Selasa, 22 Mei 2018

LAPORAN PRAKTIKUM RAMAH LINGKUNGAN TENTANG POTENSI SAYUR MAYUR YANG ADA DI DESA KEMBANG MERTA, JLN.BEDUGUL-SINGARAJA, KABUPATRN TABANAN, PROV. BALI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas Hortikultura yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat sebagai sumber gizi. Pada saat ini sebagian besar petani masih memakai pupuk dan pestisida anorganik yang terkadang berlebihan untuk menjamin produksi dan kualitas sayur yang dihasilkan. Produk sayuran yang tercemar pestisida dan pupuk kimia mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan konsumen dan daya saing pemasaran.Sekalipun belum terungkap data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang resiko (kesehatan) maupun dampak negatif lainnya akibat mengkonsumsi sayur yang mengandung residu pestisida dan pupuk kimia di Indonesia, namun sudah saatnya kita bertindak arif dan bijaksana dalam menggunakan bahan-bahan tersebut. Berkembangnya pasar produk pertanian organik di dunia juga harus diantisipasi Indonesia.Negara kita harus berperan dalam perdagangan pertanian organik.Saat ini di beberapa daerah di Indonesia, telah bermunculan kebun-kebun sayuran organik.Namun dalam budidayanya belum seluruhnya menerapkan kaidah-kaidah budidaya secara organik. Sayuran organik dapat dibudidayakan, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Komoditas sayuran organik antara lain :bayam, kangkung, kubis, brokoli, buncis, wortel, kentang, kapri, cabai, tomat, sawi, selada, daun bawang, dan lain-lain. Namun produksi sayuran organik belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara kuantitas, kualitas, maupun kontinuitasnya.
Sejak tahun 1990, isu pertanian organik mulai berhembus keras di dunia. Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang memproduksi produk organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.
Di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali merupakan sentra penanaman komoditi sayur-sayuran. Di Desa Kembang Merta berdiri Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali sejak tahun 1967. Berdirinya perusahaan ini merupakan inisiatif pemerintah Provinsi Bali, untuk mendukung pasokan sayuran di daerah bali umumnya dan khususnya  untuk mendukung sektor pariwisata. Perusahaan yang di bentuk oleh Provinsi Bali  terdiri dari beberapa unit yaitu unit industri dan perdagangan, unit bali tek, unit peternakan, unit sayur  mayur dan unik pulukan.  Yang masih berjalan saat ini yaitu unit sayur mayur dan unit pulukan sedangkan unit lainnya tidak bisa berjalan karana ada kendala hal. Masih berjalannya unit sayur mayur dan unit pulukan ini karena pengelolaannya yang baik. Oleh karena itu pada praktikum kali ini perlu diketahui jenis tanaman dan cara budidaya Perusahaan Daerah Sayur Mayur yang terletak Di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Sistem Pertanian Organik adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah menerapkan sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang berkembang pesat sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.
Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterapkan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih baik daripada yang menggunakan pertanian anorganik.
Selama ini limbah organik yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud. Budidaya tanaman secara organik merupakan salah satu solusi di tengah kecemasan masyarakat terhadap bahaya pestisida dan pencemaran lingkungan.  Atas dasar kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan, pertanian organik muncul sebagai salah satu alternatif pertanian modern dengan mengandalkan bahan alami dan menghindari bahan sintetik.  Melalui metode bertanam secara organik diharapkan dapat menghasilkan pangan yang sehat dan bebas residu pestisida, sekaligus tidak menyebabkan pencemaran pada lingkungan.
Pangan sehat atau lebih dikenal dengan istilah pangan organik merupakan produk pertanian yang diproduksi dan ditumbuhkan dari bahan-bahan organik.  Pangan organik dihasilkan dari sistem penanaman yang terbebas dari unsur-unsur kimia, baik pupuk kimia maupun pestisida kimia. Pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman berasal dari alam, seperti pupuk kandang dan kompos.  Sementara itu, pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman menggunakan musuh alaminya atau pestisida organik (biopestisida).  Artinya, seluruh proses pangan organik dilakukan secara alami, mulai budidaya hingga pengolahannya.
Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibandingkan dengan hasil budidaya pertanian konvensional.  Beberapa kriteria yang memiliki nilai lebih diantaranya rasa lebih enak, penyimpanan lebih lama, warna lebih menarik, dan lebih menyehatkan karena tidak mengandung bahan kimia. Sistem pertanian organik menjadi trend dan terus berkembang karena dapat menghasilkan produk yang lebih sehat untuk dikonsumsi.  Secara fisik, penampilan produk organik tidak berbeda dengan produk non-organik, tetapi kualitas produk organik lebih baik dibandingkan dengan produk non-organik.

1.2 Tujuan Praktikum Lapangan
1. Untuk mengetahui berapa jenis tanaman yang ditanam di Kebun Sayur Mayur Perusahan Daerah yang terletak di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kecamatan Bedugul, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
2. Untuk mengetahui penerapan sistem pertanian organik maupun semi organik yang ada di Kebun Sayur Mayur Perusahan Daerah yang terletak di  Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kecamatan Bedugul, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
3. Untuk mengetahui hubungan antara masyrakat dan Kebun Sayur Mayur Perusahan Daerah yang terletak di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kecamatan Bedugul, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pertanian Organik
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang mendorong tanaman dan tanah tetap sehat dengan menggunakan bahan-bahan alamiah dalam pengelolahannya serta menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan zat aditif pakan. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisai akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui beberapa tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap oleh tanaman. Hal ini tentu berbeda dengan pertanian yang menggunakan pupuk sintetis yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga cepat diserap oleh tanaman dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002).
Penerapan sistem pertanian organik ini bertujuan untuk menghasilkan produk-produk pertanian terutama pangan yang aman bagi kesehatan konsumen dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya. Selain itu penerapan pertanian organik juga bertujuan untuk pembenah tanah, menjaga kesuburan tanah serta pengendalian hama dan penyakit pada tanaman. Oleh karena itu dalam hal ini sistem pertanian organik dikatakan sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan karena dalam penerapannya memperhatikan lingkungan supaya ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya serta tidak mengganggu keseimbangan lingkungan dan tanpa memutuskan suatu mata rantai makhluk hidup. Lahan yang digunakan untuk pertanian organik harus bebas dari bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan lahan yang dapat digunakan untuk produksi pertanian organik yaitu lahan pertanian yang baru dibuka, atau lahan pertanian intensif yang telah dikonservasi menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konservasi ini bergantung pada sejarah penggunaan lahan yang meliputi penggunaan pupuk, pestisida, dan jenis tanaman yang pernah dibudidayakan. 
Sitem pertanian organik juga harus didasarkan pada prinsip–prinsip pertanian organik yang meliputi prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip perlindungan. Pertama prinsip Kesehatan yaitu Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem. Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan, kedua prinsip ekologi pertanian organik harus didasarkan pada siklus ekologi kehidupan dengan berusaha memeliharanya. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus, sebagai contoh tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, dan skala lokal, ketiga prinsip keadilan artinya Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya, dan keempat prinsip perlindungan pertanian organik harus dikelola secara hati – hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. lmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi yang tepat.

2.2 Pemupukan Organik serta Anorganik Secara Tepat dan Berimbang
Tanah-tanah di daerah tropik termasuk di indonesia pada umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan miskin unsur hara. Tanah miskin bahan organik akan berkurang kemampuan daya sangga terhadap pupuk, sehingga efisiensi pupuk anorganik rendah, karena sebagian besar pupuk akan hilang dari lingkungan perakaran. Tanaman sayur-sayuran pada umumnya akan tumbuh baik pada tanah dengan kandungan bahan organik (humus) yang tinggi, tidak tergenang, memiliki aerasi dan drainasi yang baik. Kandungan bahan organik yang rendah merupakan kendala utama dalam produksi sayur-sayuran. Oleh karena itu untuk mendapatkan produksi sayur-sayuran yang tinggi, disamping pemberian pupuk kimia juga harus dilakukan pemberian pupuk organik.
Kelebihan pemakaian dan atau tidak tepatnya waktu pemupukan dapat merusak tanaman dan mengakibatkan tidak efisiennya pemakaian input. Secara umum, banyak petani menggunakan pupuk urea (nitrogen) pada tanaman lebih banyak daripada pupuk lainnya, karena pupuk nitrogen relatif murah harganya dibanding pupuk lain. Pemakaian pupuk yang tidak seimbang secara terus menerus pada tanaman dapat memperburuk degradasi tanah dan mengakibatkan meningkatnya masalah hama dan penyakit.
Pemberian pupuk kandang dapat mengurangi penggunaan dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia yang juga akan menyumbangkan unsur hara bagi tanaman serta meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman. Disamping itu pemberian pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas tanah menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total, memperbaiki stabilitas agregat tanah dan meningkatkan kandungan humus tanah yang merupakan suatu kondisi yang dikehendki oleh tanaman sayur-sayuran. Namun pada umumnya untuk meningkatkan produksi tananam hortikultura memerlukan bahan organik dengan dosis tinggi.
Selanjutnya dikatakan bahwa kombinasi penggunaan pupuk kandang dan pengurangan pupuk anorganik menghasilkan ketersediaan N yang tinggi dan pelepasan NO3 yang konstan selama masa pertanaman, yang menunjukkan terjadinya keselarasan antara ketersediaan dan serapan N. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik melalui pengelolaan pupuk terpadu, yaitu dengan mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk kimia yang tepat, sehingga biaya penggunaan pupuk dapat ditekan, tetapi tingkat produksinya tetap tinggi.
Pemupukan dosis pupuk kandang yang diberikan per hektar ialah 10 ton. Waktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1 – 2 kg per lubang tanam. Selain itu tambahkan juga pupuk Urea 150 kg, TSP100 kg, dan KCl 75 kg per hektar. Pupuk kimia disebar di sebelah kiri-kanan tanaman. Bila tanaman bayam ditanam dalam barisan teratur, pupuk ditaruh 5 cm darikiri dan kanan tanaman. Pupuk diberikan 7 hari setelah benih disebar. Bayam petik dipanen berkali-kali. Setelah 1-1,5 bulan setelah tanam pemetikan awal boleh dimulai. Selanjutnya tanaman dibiarkan tumbuh kembali dan seminggu kemudian bayam dapat dipetik lagi.
Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya. Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian / ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730 - 4.493 kg / hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara pemberiannya, bahan - bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.
Tanggapan tanaman terhadap pupuk Nitrogen sangat cepat yang efeknya dapat segera terlihat pada warna daun bayam. Sebagian besar petani cendrung beranggapan bahwa tanaman bayam yang berwarna hijau gelap akan memberikan hasil panen yang tinggi. Untuk menentukan warna hijau yang tepat agar mendapatkan hasil yang maksimum digunakan bagan warna daun (LCC = Leaf Color Chart) yang sederhana dan murah yang dapat membantu petani menentukan intensitas warna daun bayam, sehingga petani dapat menentukan kebutuhan pupuk nitrogen yang harus diaplikasikan. Metode ini sangat membantu petani dalam aplikasi pupuk Nitrogen sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

2.3 Keunggulan dan Kelemhan Sistem Pertanian Organik
Adapun keunggulan sistem pertanian organik yaitu menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75 % dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, Kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi (Pither dan Hall, 1999).  Membuat lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani karena (1) biaya pembelian pupuk organik lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia; (2) harga jual hasil pertanian organik seringkali lebih mahal; (3) petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya; (4) bagi peternak, biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan ternak konvensional; (5) pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing produk agribisnis indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. ini berarti akan mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
Sedangkan kelemahan dari penerapan sistem pertanian organik meliputi kebutuhan tenaga kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami, pestisida perlu dibuat sendiri karena belum tersedia dipasaran. Penampilan fisik tanaman organic kurang bagus (misalnya berkurang lebih kecil dan daun berlubang-lubang)






















BAB III
BAHAN DAN METODA

3.1 Lokasi
      Kebun Sayur Mayur Perusahaan Daerah Pemerintah Provinsi Bali, di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan.

3.2 Bahan dan Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum yaitu :
     1.      Alat tulis 
     2.      Perekam / recorder
     3.      Kamera
 Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum yaitu :
     1.      Jenis-jenis tanaman yang ada di lapangan
     2.      Jenis-jenis pupuk yang digunakan oleh petani
     3.      Jenis-jenis pestisida yang digunakan oleh petani

3.3 Metoda
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum yaitu :
           1.  Melihat dan mengamati jenis tanaman yang ada dilapangan.
           2.   Menanyakan ke petani cara pengolahan lahan yang dilakukan.
           3.   Menanyakan jenis, dosis dan cara pemberian pupuk maupun pestisida yang dilakukan oleh petani
          4.   Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan serta hasil wawancara.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kebun Sayur Mayur Perusahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali yang terletak di Jl. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Adapun hal-hal yang perlu dibahas yaitu seperti profil perusahaan dan pengelolaan tanaman ada di bawah ini :

4.1.1 Profil Perusahan
Ketinggian tempat usaha : > 1200 – 1300 m dpl ( diatas permukaan laut )
Sejak kapan berdiri         : tahun berdiri 1967
 Luas lahan                     : kurang lebih 4,2 hektar
Pemilik lahan                 : Perusahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali
Jumlah petani                 : 12 orang

 4.1.2 Pengelolaan Tanaman
Jenis-jenis tanaman yang diusahakan yaitu tanaman sayur mayur (lebih dari 50 jenis tanaman sayur mayur ). Kemudian cara mengolah tanah yaitu dengan cara tradisional yaitu masih menggunakan cangkul dimana pengolahan tanah dilakukan sekali untuk tiga kali penanaman. Pemupukan anorganik menggunakan pupuk NPK ( cap mutiara dan DGW ) dengan dosis 10 gr/bedengan serta cara pemberiannya dengan cara ditebar. Kemudian pemberian Pupuk organik menggunakan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi dengan dosis 5 kg/bedengan serta cara pemberian dengan cara ditebar. Selanjutnya pemberian pupuk daun dengan merek pupuk Green Tonic. Pengendalian organisme pengganggu tanaman yaitu menggunakan pestisida, adapun pestisida yang digunakan yaitu fungisida dengan merek Daconil dan Antrakol serta dosis untuk tanaman cabai yaitu 5cc/12 liter air dengan cara disemprot. Kemudian Insektisida yang diberikan yaitu insektisida dengan merek Dusbarn dengan dosis untuk tanaman cabai yaitu 5cc/12 liter air dengan cara disemprot.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tanaman yang diusahakan di di Perusahaan Daerah  Sayur Mayur Provinsi Bali
Dari hasil pengamatan dan wawancara dari pihak perusahaan daerah sayur mayur  terdapat 50 jenis tanaman sayuran dan beberapa tanaman bumbu-bumbuan yang dibudidayakan, yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu: Komoditi pokok: wortel, tomat, kentang, lombok merah, selada bulat, kol putih, sawi putih, lobak, buncis, selada keriting supini, romana hijau, sawi korea, pokcai, kwije, roro barber, sawi hijau, kubis merah, terung kintamani, selada kuning, selada bulat, mentimun. Komoditi tambahan(bumbu bumbuan) diantaranya Rosc mary, parselai, batter kuning, batter merah, daun adas,  daun mint dan masih banyak lagi.

4.2.2 Tahapan Budidaya Tanaman di Perusahaan Daerah  Sayur Mayur Provinsi Bali
4.2.2.1 Penggunaan bibit unggul
Benih unggul merupakan benih yang telah di pilih dan di pilah agar menghasilkan kualitas yang baik dan tahan hama penyakit dan gangguan lainnya.dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan bahwa pada tempat penelitian menggunakan benih ungul yang di infort dari luar yang merupakan benih hibrida.

4.2.2.2 Pengolahan tanah yang baik
Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap. Selain harus mengandung zat organik dan anorganik, air dan udara, yang tidak kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari pihak pd sayur mayur, bahwa pengolahan tanah dilakuakan dengan cara tradisional yaitu menggunakan cangkul. Hal yang pertama dilakukan adalah penggemburan tanah kemudian pembuatan bedengan dan saluran irigasi sedemikian rupa sehingga dapat mndukung produksi tanaman.

4.2.2.3 Pengairan atau irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Dari hasil wawancara yang dilakuakan baha sumbar air yang digunakan untuk pengairan tanaman berasal dari bukit/ pegunungan yang beraa didekat daerah lahan yan disalurka menggunakan pipa langsung mengalir ke masing- masing lahan petani, penyiraman dilakukan menyesuaiakan dengan keadaan tanah dan tanaman.



4.2.2.4 Penumpukan
Pemupukan bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi, pencucian, fiksasi, dan sebagainya. Pemupukan yang dilakukan di perusahaan daerah syur mayur menggunakan dua jenis pupuk ytaitu pupuk organik dan anorganik, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi, tetapi dalam kesehariannya pupuk kandang ayam lebih banyak digunakan karana lebih mudah untuk didapatkan dan penggunaan pupuk organik hanya dilakukan pada pengolahan tanah (pupuk dasar) dengan dosis 5 kg per meter, sedangkan pupuk anorganiak yang digunakan yaitu pupuk NPK (NPK mutiara, NPK DGW) Yang diaplikasikan pada saat pengolahan tanah dan juga  setelah pengolahan tanah tergantung jenis tanaman dengan dosis 10 gr per meter, pada saat pengolahan tanah diaplikasikan dengan cara ditebar, dan saat tanaman sudah tumbuh diaplikasikan secara dikocor dengan dosis dan konsentrasi yang sudah dianjurkan.

4.2.2.5 Pengendalian hama/penyakit
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mekanis, lingkungan atau ekologi, dan kimiawi. Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan daerah sayur mayur poengendalian hama/penyakit menggunakan bahan kimia (pestisida), hama yang paling banyak menyeran tanaman adalah ulat Plutela, sedangkan penyakit yang paling banyak menyerang adalah penyakit akar gada terutama pada tanaman kubis dan tanaman brokoli yang belum bisa dikendaliakan oleh petani sehingga tidak jarang membuat petani tidak dapat produksi dengan maksimal. Pengendalian hama dan penyakit dilakuakn dengan menyemprotkan pestisida, untuk waktu penyemprotan disesuaikan dengan lingkungan dan jenis tanaman. Adapun fungisida yang dipakai adalah Daconil dan Antrakol. Sedangkan insektisida yang dipakai adalah Dusbarn.









BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai bahwa tanaman yang diusahakan di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali ada 50 jenis tanaman sayuran dan beberapa tanaman bumbu-bumbuan yang dibudidayakan diantaranya yaitu wortel, tomat, kentang, lombok merah, selada bulat, kol putih, sawi putih, lobak, buncis, selada keriting supini, romana hijau, sawi korea, pokcai, kwije, roro barber, dan lain-lain.
Budidaya tanaman yang ada di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali yang dilakukan antara lain yaiu penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pengairan atau irigasi, penumpukan, dan pengendalian hama/penyakit.

5.2 Saran
Adapun yang dapat saya sarankan kepada petani agar lebih memperhatikan penggunaan pestisida yang ada. Usahakan menggunakan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan. Dan sebaiknya dalam menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan harus memperhatikan prinsip kesehatan, berkeadilan antara anusia dan lingkungannya.
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986. Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi tanah. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Foth, H.D., 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. (Fundamentals of Soil Science). Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.

Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika (Tropical Forested Watersheds). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Mawardi, M., 1991. Hand Out Hidrologi Pertanian. Program Studi Mekanisasi Pertanian Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sinukaban, N. 1994. Membangun Pertanian Menjadi Lestari dengan Konservasi. Faperta IPB. Bogor.

Sinukaban, N., 2003. Bahan Kuliah Teknologi Pengelolaan DAS. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sukirno, 1995. Hand Out Teknik Konservasi Tanah. Program Studi Teknik Pertanian Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

















2 komentar: