BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sayuran
merupakan komoditas Hortikultura yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat
sebagai sumber gizi. Pada saat ini sebagian besar petani masih memakai pupuk
dan pestisida anorganik yang terkadang berlebihan untuk menjamin produksi dan
kualitas sayur yang dihasilkan. Produk sayuran yang tercemar pestisida dan
pupuk kimia mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan konsumen dan daya
saing pemasaran.Sekalipun belum terungkap data resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah tentang resiko (kesehatan) maupun dampak negatif lainnya akibat
mengkonsumsi sayur yang mengandung residu pestisida dan pupuk kimia di
Indonesia, namun sudah saatnya kita bertindak arif dan bijaksana dalam
menggunakan bahan-bahan tersebut. Berkembangnya pasar produk pertanian organik
di dunia juga harus diantisipasi Indonesia.Negara kita harus berperan dalam
perdagangan pertanian organik.Saat ini di beberapa daerah di Indonesia, telah
bermunculan kebun-kebun sayuran organik.Namun dalam budidayanya belum seluruhnya
menerapkan kaidah-kaidah budidaya secara organik. Sayuran organik dapat
dibudidayakan, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Komoditas sayuran
organik antara lain :bayam, kangkung, kubis, brokoli, buncis, wortel, kentang,
kapri, cabai, tomat, sawi, selada, daun bawang, dan lain-lain. Namun produksi
sayuran organik belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara
kuantitas, kualitas, maupun kontinuitasnya.
Sejak tahun
1990, isu pertanian organik mulai berhembus keras di dunia. Sejak saat itu
mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang memproduksi produk
organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia
(MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Pertanian organik
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan
atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh,
maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian
organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain
mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik
membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.
Di
Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan,
Provinsi Bali merupakan sentra penanaman komoditi sayur-sayuran. Di Desa Kembang Merta berdiri Perusahaan Daerah Sayur Mayur
Provinsi Bali sejak tahun 1967. Berdirinya perusahaan ini
merupakan inisiatif pemerintah Provinsi Bali, untuk mendukung pasokan sayuran
di daerah bali umumnya dan khususnya untuk mendukung sektor pariwisata.
Perusahaan
yang di bentuk oleh Provinsi Bali terdiri dari beberapa unit yaitu unit
industri dan perdagangan, unit bali tek, unit peternakan, unit sayur
mayur dan unik pulukan. Yang masih berjalan saat ini yaitu unit sayur
mayur dan unit pulukan sedangkan unit lainnya tidak bisa berjalan karana ada
kendala hal. Masih berjalannya unit sayur mayur dan unit pulukan ini karena
pengelolaannya yang baik. Oleh karena itu pada praktikum kali ini perlu
diketahui jenis tanaman dan cara budidaya Perusahaan Daerah Sayur Mayur yang
terletak
Di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan,
Provinsi Bali.
Sistem Pertanian Organik adalah sistem
produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro
ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup,
berkualitas dan berkelanjutan. Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah
menerapkan sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah
organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan
sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan
sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang berkembang pesat sejak
dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang lebih
mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara
waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka
panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang
akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di
Indonesia.
Sistem pertanian organik sebenarnya sudah
sejak lama diterapkan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan
dan Amerika Serikat. Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut
mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian
terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik
(organic farming system) mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih
baik daripada yang menggunakan pertanian anorganik.
Selama ini limbah organik yang berupa sisa
tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi
ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan
siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah
organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian
agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian
berkelanjutan dapat terwujud. Budidaya tanaman secara organik merupakan salah
satu solusi di tengah kecemasan masyarakat terhadap bahaya pestisida dan
pencemaran lingkungan. Atas dasar kesehatan manusia dan kelestarian
lingkungan, pertanian organik muncul sebagai salah satu alternatif pertanian
modern dengan mengandalkan bahan alami dan menghindari bahan sintetik.
Melalui metode bertanam secara organik diharapkan dapat menghasilkan pangan
yang sehat dan bebas residu pestisida, sekaligus tidak menyebabkan pencemaran
pada lingkungan.
Pangan sehat atau lebih dikenal dengan
istilah pangan organik merupakan produk pertanian yang diproduksi dan
ditumbuhkan dari bahan-bahan organik. Pangan organik dihasilkan dari
sistem penanaman yang terbebas dari unsur-unsur kimia, baik pupuk kimia maupun
pestisida kimia. Pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman berasal dari alam,
seperti pupuk kandang dan kompos. Sementara itu, pestisida untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman menggunakan musuh alaminya atau
pestisida organik (biopestisida). Artinya, seluruh proses pangan organik
dilakukan secara alami, mulai budidaya hingga pengolahannya.
Hasil produksi dari pertanian organik
ternyata lebih bermutu dibandingkan dengan hasil budidaya pertanian
konvensional. Beberapa kriteria yang memiliki nilai lebih diantaranya
rasa lebih enak, penyimpanan lebih lama, warna lebih menarik, dan lebih
menyehatkan karena tidak mengandung bahan kimia. Sistem pertanian organik
menjadi trend dan terus berkembang karena dapat menghasilkan produk yang lebih
sehat untuk dikonsumsi. Secara fisik, penampilan produk organik tidak
berbeda dengan produk non-organik, tetapi kualitas produk organik lebih baik
dibandingkan dengan produk non-organik.
1.2
Tujuan Praktikum Lapangan
1.
Untuk mengetahui berapa jenis tanaman yang ditanam di Kebun Sayur Mayur
Perusahan Daerah yang terletak di Jln.
Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kecamatan Bedugul, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
2.
Untuk mengetahui penerapan sistem pertanian organik maupun semi organik yang
ada di Kebun Sayur Mayur Perusahan Daerah yang terletak di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kecamatan
Bedugul, Kabupaten
Tabanan,
Provinsi Bali.
3.
Untuk mengetahui hubungan antara masyrakat dan Kebun Sayur Mayur Perusahan
Daerah yang terletak di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kecamatan
Bedugul, Kabupaten
Tabanan,
Provinsi Bali.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sistem Pertanian Organik
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian
yang mendorong tanaman dan tanah tetap sehat dengan menggunakan bahan-bahan
alamiah dalam pengelolahannya serta menghindari atau membatasi penggunaan bahan
kimia sintetis seperti pupuk kimia, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh
dan zat aditif pakan. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara
secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah
yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisai akan menjadi hara dalam
larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui beberapa
tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap oleh tanaman. Hal ini tentu
berbeda dengan pertanian yang menggunakan pupuk sintetis yang memberikan unsur
hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga cepat diserap oleh
tanaman dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto,
2002).
Penerapan sistem pertanian organik ini bertujuan untuk
menghasilkan produk-produk pertanian terutama pangan yang aman bagi kesehatan
konsumen dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
Selain itu penerapan pertanian organik juga bertujuan untuk pembenah tanah,
menjaga kesuburan tanah serta pengendalian hama dan penyakit pada tanaman. Oleh
karena itu dalam hal ini sistem pertanian organik dikatakan sebagai salah satu
upaya dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan karena dalam penerapannya
memperhatikan lingkungan supaya ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya
serta tidak mengganggu keseimbangan lingkungan dan tanpa memutuskan suatu mata
rantai makhluk hidup. Lahan yang digunakan untuk pertanian organik harus bebas
dari bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan
lahan yang dapat digunakan untuk produksi pertanian organik yaitu lahan
pertanian yang baru dibuka, atau lahan pertanian intensif yang telah
dikonservasi menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konservasi ini
bergantung pada sejarah penggunaan lahan yang meliputi penggunaan pupuk,
pestisida, dan jenis tanaman yang pernah dibudidayakan.
Sitem pertanian organik juga harus didasarkan pada
prinsip–prinsip pertanian organik yang meliputi prinsip kesehatan, prinsip
ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip perlindungan. Pertama prinsip Kesehatan yaitu Pertanian organik harus
melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi
sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa
kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan
ekosistem. Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat
mendukung kesehatan hewan dan manusia. Pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan
kesehatan dan kesejahteraan, kedua prinsip ekologi pertanian organik harus didasarkan pada siklus ekologi kehidupan
dengan berusaha memeliharanya. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan
pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh
melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus, sebagai contoh tanaman
membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan
organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan
dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan
keseimbangan ekologi di alam. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan
kondisi, ekologi, dan skala lokal, ketiga prinsip keadilan artinya Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini
menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun
hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di
segala tingkatan seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan
konsumen. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan
ketersediaan pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip
keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan
habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin
kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi
dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis,
dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi,
distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya
sosial dan lingkungan yang sebenarnya, dan keempat prinsip perlindungan pertanian organik harus dikelola secara hati – hati dan
bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi
sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Para pelaku pertanian organik
didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh
membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. lmu pengetahuan diperlukan untuk
menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah
lingkungan. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan
dengan menerapkan teknologi yang tepat.
2.2
Pemupukan Organik serta Anorganik Secara Tepat dan Berimbang
Tanah-tanah
di daerah tropik termasuk di indonesia pada umumnya memiliki kandungan bahan
organik rendah dan miskin unsur hara. Tanah miskin bahan organik akan berkurang
kemampuan daya sangga terhadap pupuk, sehingga efisiensi pupuk anorganik
rendah, karena sebagian besar pupuk akan hilang dari lingkungan perakaran.
Tanaman sayur-sayuran pada umumnya akan tumbuh baik pada tanah dengan kandungan
bahan organik (humus) yang tinggi, tidak tergenang, memiliki aerasi dan
drainasi yang baik. Kandungan bahan organik yang rendah merupakan kendala utama
dalam produksi sayur-sayuran. Oleh karena itu untuk mendapatkan produksi
sayur-sayuran yang tinggi, disamping pemberian pupuk kimia juga harus dilakukan
pemberian pupuk organik.
Kelebihan
pemakaian dan atau tidak tepatnya waktu pemupukan dapat merusak tanaman dan
mengakibatkan tidak efisiennya pemakaian input. Secara umum, banyak petani
menggunakan pupuk urea (nitrogen) pada tanaman lebih banyak daripada pupuk
lainnya, karena pupuk nitrogen relatif murah harganya dibanding pupuk lain.
Pemakaian pupuk yang tidak seimbang secara terus menerus pada tanaman dapat
memperburuk degradasi tanah dan mengakibatkan meningkatnya masalah hama dan
penyakit.
Pemberian
pupuk kandang dapat mengurangi penggunaan dan meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk kimia yang juga akan menyumbangkan unsur hara bagi tanaman serta
meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman. Disamping itu pemberian pupuk
kandang juga dapat memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas tanah
menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total, memperbaiki stabilitas
agregat tanah dan meningkatkan kandungan humus tanah yang merupakan suatu
kondisi yang dikehendki oleh tanaman sayur-sayuran. Namun pada umumnya untuk
meningkatkan produksi tananam hortikultura memerlukan bahan organik dengan
dosis tinggi.
Selanjutnya
dikatakan bahwa kombinasi penggunaan pupuk kandang dan pengurangan pupuk
anorganik menghasilkan ketersediaan N yang tinggi dan pelepasan NO3 yang
konstan selama masa pertanaman, yang menunjukkan terjadinya keselarasan antara
ketersediaan dan serapan N. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk anorganik melalui pengelolaan pupuk terpadu, yaitu
dengan mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk kimia yang tepat,
sehingga biaya penggunaan pupuk dapat ditekan, tetapi tingkat produksinya tetap
tinggi.
Pemupukan
dosis pupuk kandang yang diberikan per hektar ialah 10 ton. Waktu pemupukan
dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah
dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan
atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya
dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk
dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis
untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam
biasanya diperlukan sekitar 1 – 2 kg per lubang tanam. Selain itu tambahkan
juga pupuk Urea 150 kg, TSP100 kg, dan KCl 75 kg per hektar. Pupuk kimia
disebar di sebelah kiri-kanan tanaman. Bila tanaman bayam ditanam dalam barisan
teratur, pupuk ditaruh 5 cm darikiri dan kanan tanaman. Pupuk diberikan 7 hari
setelah benih disebar. Bayam petik dipanen berkali-kali. Setelah 1-1,5 bulan
setelah tanam pemetikan awal boleh dimulai. Selanjutnya tanaman dibiarkan
tumbuh kembali dan seminggu kemudian bayam dapat dipetik lagi.
Apabila
pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya.
Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada
tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg
kapur pertanian / ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5. Kisaran kebutuhan kapur
pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730
- 4.493 kg / hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan
tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara
pemberiannya, bahan - bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah
minimal sebulan sebelum tanam.
Tanggapan
tanaman terhadap pupuk Nitrogen sangat cepat yang efeknya dapat segera terlihat
pada warna daun bayam. Sebagian besar petani cendrung beranggapan bahwa tanaman
bayam yang berwarna hijau gelap akan memberikan hasil panen yang tinggi. Untuk
menentukan warna hijau yang tepat agar mendapatkan hasil yang maksimum
digunakan bagan warna daun (LCC = Leaf Color Chart) yang sederhana dan murah
yang dapat membantu petani menentukan intensitas warna daun bayam, sehingga petani
dapat menentukan kebutuhan pupuk nitrogen yang harus diaplikasikan. Metode ini
sangat membantu petani dalam aplikasi pupuk Nitrogen sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman.
2.3
Keunggulan dan Kelemhan Sistem Pertanian Organik
Adapun
keunggulan sistem pertanian organik yaitu menghasilkan makanan yang cukup, aman
dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa
praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75 %
dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga
mempunyai kandungan vitamin C, Kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi
(Pither dan Hall, 1999). Membuat
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar
dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia
sintetik dalam produksi pertanian. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani karena (1) biaya pembelian pupuk organik lebih murah dari biaya
pembelian pupuk kimia; (2) harga jual hasil pertanian organik seringkali lebih
mahal; (3) petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari
penjualan jerami dan kotoran ternaknya; (4) bagi peternak, biaya pembelian
pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan ternak
konvensional; (5) pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing
produk agribisnis indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan
produk pertanian organik yang terus meningkat. ini berarti akan mendatangkan
devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan petani.
Sedangkan
kelemahan dari penerapan sistem pertanian organik meliputi kebutuhan tenaga
kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit masih
dilakukan secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami, pestisida perlu
dibuat sendiri karena belum tersedia dipasaran. Penampilan fisik tanaman
organic kurang bagus (misalnya berkurang lebih kecil dan daun berlubang-lubang)
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1
Lokasi
Kebun Sayur Mayur Perusahaan Daerah Pemerintah Provinsi Bali, di Jln. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan.
3.2
Bahan dan Alat
Adapun
alat-alat yang digunakan pada praktikum yaitu :
1. Alat
tulis
2. Perekam /
recorder
3. Kamera
Adapun bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum yaitu :
1. Jenis-jenis tanaman
yang ada di lapangan
2. Jenis-jenis pupuk
yang digunakan oleh petani
3. Jenis-jenis pestisida
yang digunakan oleh petani
3.3
Metoda
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum yaitu :
1. Melihat dan mengamati jenis tanaman
yang ada dilapangan.
2. Menanyakan
ke petani cara pengolahan lahan yang dilakukan.
3. Menanyakan
jenis, dosis dan cara pemberian pupuk maupun pestisida yang dilakukan oleh
petani
4. Mencatat dan
mendokumentasikan hasil pengamatan serta hasil wawancara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Kebun Sayur
Mayur Perusahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali yang terletak di Jl. Raya
Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Adapun hal-hal
yang perlu dibahas yaitu seperti profil perusahaan dan pengelolaan tanaman ada
di bawah ini :
4.1.1 Profil Perusahan
Ketinggian
tempat usaha : > 1200 – 1300 m dpl ( diatas permukaan laut )
Sejak kapan
berdiri : tahun berdiri
1967
Luas lahan :
kurang lebih 4,2 hektar
Pemilik
lahan
:
Perusahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali
Jumlah
petani :
12 orang
4.1.2 Pengelolaan Tanaman
Jenis-jenis tanaman
yang diusahakan yaitu tanaman sayur mayur (lebih dari 50 jenis tanaman sayur
mayur ). Kemudian cara mengolah tanah yaitu dengan cara tradisional yaitu masih
menggunakan cangkul dimana pengolahan tanah dilakukan sekali untuk tiga kali
penanaman. Pemupukan anorganik menggunakan pupuk NPK ( cap mutiara dan DGW ) dengan
dosis 10 gr/bedengan serta cara pemberiannya dengan cara ditebar. Kemudian
pemberian Pupuk organik menggunakan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi
dengan dosis 5 kg/
bedengan serta cara
pemberian dengan cara ditebar. Selanjutnya pemberian pupuk daun dengan merek
pupuk Green Tonic. Pengendalian organisme pengganggu tanaman yaitu menggunakan
pestisida, adapun pestisida yang digunakan yaitu fungisida dengan merek Daconil
dan Antrakol serta dosis untuk tanaman cabai yaitu 5cc/12 liter air dengan cara
disemprot. Kemudian Insektisida yang diberikan yaitu insektisida dengan
merek Dusbarn dengan dosis untuk tanaman cabai yaitu 5cc/12 liter air dengan
cara disemprot.

4.2
Pembahasan
4.2.1
Tanaman yang diusahakan di di Perusahaan Daerah Sayur Mayur
Provinsi Bali
Dari hasil
pengamatan dan wawancara dari pihak perusahaan daerah sayur mayur
terdapat 50 jenis tanaman sayuran dan beberapa tanaman bumbu-bumbuan yang
dibudidayakan, yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu: Komoditi pokok: wortel,
tomat, kentang, lombok merah, selada bulat, kol putih, sawi putih, lobak,
buncis, selada keriting supini, romana hijau, sawi korea, pokcai, kwije, roro
barber, sawi hijau, kubis merah, terung kintamani, selada kuning, selada bulat,
mentimun. Komoditi tambahan(bumbu bumbuan) diantaranya Rosc mary,
parselai, batter kuning, batter merah, daun adas, daun mint dan
masih banyak lagi.
4.2.2
Tahapan Budidaya Tanaman di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi
Bali
4.2.2.1 Penggunaan bibit unggul
Benih unggul
merupakan benih yang telah di pilih dan di pilah agar menghasilkan kualitas
yang baik dan tahan hama penyakit dan gangguan lainnya.dari pengamatan dan
wawancara yang dilakukan bahwa pada tempat penelitian menggunakan benih ungul
yang di infort dari luar yang merupakan benih hibrida.
4.2.2.2 Pengolahan tanah yang baik
Tanah yang
baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap.
Selain harus mengandung zat organik dan anorganik, air dan udara, yang tidak
kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur
tanah. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari pihak pd sayur mayur,
bahwa pengolahan tanah dilakuakan dengan cara tradisional yaitu menggunakan
cangkul. Hal yang pertama dilakukan adalah penggemburan tanah kemudian
pembuatan bedengan dan saluran irigasi sedemikian rupa sehingga dapat mndukung
produksi tanaman.
4.2.2.3 Pengairan atau irigasi
Irigasi
adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa
dan irigasi tambak. Dari hasil wawancara yang dilakuakan baha sumbar air yang
digunakan untuk pengairan tanaman berasal dari bukit/ pegunungan yang beraa
didekat daerah lahan yan disalurka menggunakan pipa langsung mengalir ke
masing- masing lahan petani, penyiraman dilakukan menyesuaiakan dengan keadaan
tanah dan tanaman.
4.2.2.4 Penumpukan
Pemupukan
bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi,
pencucian, fiksasi, dan sebagainya. Pemupukan yang dilakukan di perusahaan
daerah syur mayur menggunakan dua jenis pupuk ytaitu pupuk organik dan
anorganik, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam dan pupuk
kandang sapi, tetapi dalam kesehariannya pupuk kandang ayam lebih banyak digunakan
karana lebih mudah untuk didapatkan dan penggunaan pupuk organik hanya
dilakukan pada pengolahan tanah (pupuk dasar) dengan dosis 5 kg per meter, sedangkan
pupuk anorganiak yang digunakan yaitu pupuk NPK (NPK mutiara, NPK DGW) Yang
diaplikasikan pada saat pengolahan tanah dan juga setelah pengolahan
tanah tergantung jenis tanaman dengan dosis 10 gr per meter, pada saat
pengolahan tanah diaplikasikan dengan cara ditebar, dan saat tanaman sudah
tumbuh diaplikasikan secara dikocor dengan dosis dan konsentrasi yang sudah
dianjurkan.
4.2.2.5 Pengendalian hama/penyakit
Pengendalian
hama dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mekanis, lingkungan atau
ekologi, dan kimiawi. Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan daerah sayur
mayur poengendalian hama/penyakit menggunakan bahan kimia (pestisida), hama
yang paling banyak menyeran tanaman adalah ulat Plutela, sedangkan
penyakit yang paling banyak menyerang adalah penyakit akar gada terutama pada
tanaman kubis dan tanaman brokoli yang belum bisa dikendaliakan oleh petani
sehingga tidak jarang membuat petani tidak dapat produksi dengan maksimal.
Pengendalian hama dan penyakit dilakuakn dengan menyemprotkan pestisida, untuk
waktu penyemprotan disesuaikan dengan lingkungan dan jenis tanaman. Adapun
fungisida yang dipakai adalah Daconil dan Antrakol. Sedangkan insektisida
yang dipakai adalah Dusbarn.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai bahwa tanaman yang diusahakan
di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali ada 50 jenis
tanaman sayuran dan beberapa tanaman bumbu-bumbuan yang dibudidayakan diantaranya
yaitu wortel, tomat, kentang, lombok merah, selada bulat, kol putih, sawi
putih, lobak, buncis, selada keriting supini, romana hijau, sawi korea, pokcai,
kwije, roro barber, dan lain-lain.
Budidaya
tanaman yang ada di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali yang
dilakukan antara lain yaiu penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik,
pengairan atau irigasi, penumpukan, dan pengendalian hama/penyakit.
5.2
Saran
Adapun yang
dapat saya sarankan kepada petani agar lebih memperhatikan penggunaan pestisida
yang ada. Usahakan menggunakan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan.
Dan sebaiknya dalam menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan harus memperhatikan
prinsip kesehatan, berkeadilan antara anusia dan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986. Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana
Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi tanah. Departemen Kehutanan.
Jakarta.
Foth, H.D., 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
(Fundamentals of Soil Science). Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Daerah Aliran
Sungai Hutan Tropika (Tropical Forested Watersheds). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Mawardi, M., 1991. Hand Out Hidrologi Pertanian.
Program Studi Mekanisasi Pertanian Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Sinukaban, N. 1994. Membangun Pertanian Menjadi
Lestari dengan Konservasi. Faperta IPB. Bogor.
Sinukaban, N., 2003. Bahan Kuliah Teknologi
Pengelolaan DAS. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sukirno, 1995. Hand Out Teknik Konservasi Tanah.
Program Studi Teknik Pertanian Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Nice....
BalasHapusterima kasih, sangat bisa menjadi panutan
BalasHapus