Selasa, 22 Mei 2018

DASAR-DASAR MANAJEMEN


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sebagai salah satu unsur yang cukup penting didalam menyelenggarakan organisasi, maka peranan pemimpin menentukan sekali dalam upaya mencapai sasaran yang ditetapkan. Oleh karena itu, para pemegang wewenang harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi dalam arti harus mampu mempengaruhi bawahannya untuk mencapai sasarannya tanpa harus mengabaikan harapan-harapan bawahannya. Untuk itu disini akan diuraikan beberapa pengertian dari kepemimpinan, perspektif serumpun kepemimpinan dan juga membahas perilaku politis dalam organisasi.
Leadership (kepemimpinan) bukanlah gejala yang terisolir tetapi merupakan produk interaksi antara orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan adalah gejala sosial. Seorang pemimpin harus dapat memahami sikap dan sifat-sifat para anggotanya.
Menurut Ralph M. Stogdill, berpendapat setiap situasi menuntut kualitas leadership yang berbeda. Sehingga seorang pemimpin yang sukses dalam situasi tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti sukses pada situasi yang lain. Sedangkan Gouldner berasumsi bahwa teori kepemimpinan harus mencakup baik sifat-sifat atau ciri-ciri pemimpin, sudut pandang dari lingkungan pemimpin maupun situasi. Orang yang dapat memahami dan menguasai situasi adalah orang yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk menjadi pemimpin. Jadi dapat disimpulkan situasi berperan terhadap muncul dan jatuhnya seorang pemimpin.
Kepemimpinan merupakan perpaduan dari tiga faktor, yaitu situasi sosial, sifat-sifat atau ciri-ciri perseorangan dan kesempatan.  




1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kepemimpinan?
2.      Bagaimana perspektif  serumpun tentang kepemimpinan?
3.      Apa pengertian organisasi?
4.      Bagaimana perilaku politis dalam organisasi?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan paper ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami proses penebaran pengaruh dari kepemimpinan, mampu menyebutkan dan menjelaskan perspektif  serumpun tentang kepemimpinan, dan mampu membahas dan mejelaskan perilaku politis dalam organisasi dan bagaimana perilaku ini dapat dikelola dengan baik. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah dasar-dasar manajemen.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut pancasila seorang pemimpin harus bersikap sebgagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan membimbing asuhannya. Dengan perkataan lain beberapa asas utama dari kepemimpinan pancasila adalah:
1.      Ing ngarsa sung tuladha adalah seorang pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
2.      Ing madya mangun karsa adalah seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dipimpinnya.
3.      Tut wuri handayani adalah seorang pemimpin harus mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Leader dan Head adalah seorang pemimpin.
Leader adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifa-sifat kepemimpinan dan berwibawa, is disegani dan berwibaawa terhadap bawahannya atau pengikutnya karena kecakapannya dan perilakunya yang baik. Leader ini biasanya dapat memimpin organisasi formal maupuan informal, karena disegani, berwibawa dan menjadi anutan bagi bawahannya. Biasanya tipe kepemimpinannya adalah “partisipasif leader” dan falsafah kepemimpinannya “ pemimpin adalah untuk bawahan”.
Manajer adalah sumber aktivitas dan mereka harus merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengendalikan semua kegiatan, agar tujuan tercapai. Manajer adlaah harus memeberikan arahan kepada perusahan yang dipimpinnya. Manajer harus memikirkan secara tuntas misi perusahan itu, mentapkan sasaran-sasaran, strategi dan mengorganisir sumber-sumber daya untuk tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam anggaran dasar(AD) dan anggaran rumah tangga( ART).
Head(kepala) adalah seorang pemimpindalam praktek kepemimpinannya hanya berdasarkan ’’kekuasaan atau autority formalnya’’ saja. Bawahan menuruti perintah-perintahnya, karena takut akan deikenakan hukuman oleh head tersebut. Head biasanya dapat memmimpin orgnisasi formal dan tipe kepemimpinannya adalah ’’ autocratis leader’’ sedangkan falsafah “bawahan adalah untuk pemimpin”. Pemimpin dibedakan atas pemimpin tunggal dan pemimpin kolektif(presidium). Pimpinan tunggal, jika hanya seorang pemimpin saja yang mempunyai autority  untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam orgaisasi itu. Pimpinan kolektif, jika pimpinan itu terdiri dari beberapa oranag yang mempunyai autirithy yang sama besarnya untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan-kenijaksanaan dalam organisasi. Jadi keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama dari pimpinan kolektif tersebut.
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi sejumlah orang dan mengarahkan organisasinya untuk mencapai suatu tujuan, sehingga hubungan antara manusia didalam organisasi tersebut lebih kohesif dan koheren. Atau suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam rangka menjalankan proses kepemimpinannya ini, mereka menggunakan sejumlah “pengetahuan” dan “keterampilan” yang dimilikinya, terlepas dari apakah pengetahuan dan keterampilan tersebut ditunjang oleh bakat bawaan dirinya atau hasil dari proses pembelajaran (formal dan/atau non-formal). Pengetahuan merupakan kombinasi dari pengalaman, informasi kontekstual, nilai dan wawasan para pakar yang dijadikan acuan, sebagai kerangka untuk mengevaluasi dan menggambungkan informasi dan pengalaman baru.
 Secara etimologi pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi serta   membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok. Kemudian secara terminologis banyak ditemukan definisi tentang pemimpin. Para pakar manajemen biasanya mendefinisikan pemimpin menurut pandangan pribadi mereka, dan aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi pakar yang bersangkutan. (Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), 12.)
Menurut John Locke, kita memiliki kerangka ide dalam diri kita (gagasan pertama) yang kita gunakan untuk mengevaluasi informasi dan pengalaman baru (gagasan kedua). Menurut Peter F. Drucker, pengetahuan adalah informasi bagi seseorang sebagai landasan untuk melakukan suatu tindakan dalam situasi perubahan, sehingga individu atau organisasi mampu bertindak dengan cara yang berbeda dan lebih efektif. Melalui pengetahuan dan informasi, seseorang diharapkan menghasilkan tindakan yang tepat dan mengartikulasikan tindakan yang paling mungkin. Yaitu dengan menseleksi dan menilai berbagai alternatif tindakan serta bagaimana tindakan tersebut harus diimplementasikan agar sesuai dengan hasil atau kinerja yang diinginkan. Terdapat 2 (dua) jenis pengetahuan yang perlu difahami oleh seorang pemimpin, yakni pengetahuan eksplisit dan pengetahuan implisit. Pertama, pengetahuan eksplisit, yaitu pengetahuan yang dapat diartikulasikan ke dalam bahasa formal, termasuk pernyataan gramatikal (kata dan angka), ekspresi matematika, spesifikasi, manual, dan lain sebagainya. Pengetahuan eksplisit ini segera dapat ditularkan terhadap orang lain, yaitu dengan mudah dapat diproses oleh komputer, dikirimkan secara elektronik, atau disimpan dalam suatu database. Kedua, pengetahuan implisit, adalah pengetahuan pribadi yang telah tertanam dalam pengalaman individu dan melibatkan faktor-faktor tak berwujud, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan sistem nilai. Pengetahuan implisit sulit – namun bukan mustahil - diartikulasikan kedalam bahasa formal, dikarenakan berisi wawasan subyektif, intuitif, dan firasat. Sebelum pengetahuan implisit dapat dikomunikasikan, hal tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi kata-kata, model, atau nomor yang dapat dimengerti.
Semua orang mungkin saja bisa menjadi pemimpin, tapi tak semuanya bisa menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa tanda yang bisa dilihat apakah seseorang bisa menjadi pemimpin yang baik dan amanah.
Seorang pemimpin tentu saja memikul tanggung jawab yang berat. Jika ia gagal menjadi seorang pemimpin yang baik, maka dampaknya bisa menjadi sangat buruk bagi orang-orang yang dipimpinnya. Jika ia tidak mampu memimpin, tentu saja hal ini akan berdampak pada kemajuan dan kelanggengan sebuah perusahaan.
Karena itulah, sebuah gaya kepemimpinan yang tepat sangat perlu dimiliki oleh seorang atasan. Berikut beberapa tanda atau ciri pemimpin yang baik dan sukses, seperti diungkapkan oleh Rebecca Hourston, Director of Programs Aspire, sebuah perusahaan di bidang penelitian, seperti dikutip dari Womensmedia.
Proses yang dilakukan hendaknya menjadi seorang pemimpin hendaknya memiliki perilaku:
1.      Berani dan penuh percaya diri 
Agar seorang atasan memiliki cahaya yang terang, ia harus memiliki keberanian untuk melakukan sebuah tantangan besar. Saat akan mengambil sebuah tantangan, seorang pemimpin harus berani mengambil risiko dan harus terus berjalan, tak peduli yang dikatakan orang lain. Di sini karakter yang kuat sangat diperlukan oleh seorang pemimpin. Ia harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa apa yang akan dilakukannya ialah sesuatu yang benar dan akan mendatangkan sebuah keuntungan bagi perusahaan. Inti dari gaya kepemimpinan ini ialah, jangan pernah takut mengambil risiko dan jangan pernah takut melakukan kesalahan.
Untuk memunculkan sifat ini, sebaiknya atasan melakukan evaluasi, hal penting dan menantang apa yang bisa dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu minggu, buatlah tiga sampai lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif jika diterapkan, kemudian terapkan gaya tersebut pada minggu berikutnya
2.       Mempertajam kekuatan
Seorang ahli di bidang emotional intelligence, Daniel Goleman, melakukan penelitian terhadap gaya kepemimpinan di 500 perusahaan dan menemukan beberapa tipe kepemimpinan yang menonjol, misalnya melihat jauh ke depan (visionary), demokratis, dan senang melatih. Nah, carilah keahlian atau kekuatan Anda dan jadikan hal tersebut sebagai gaya kepemimpinan Anda. Gaya kepemimpinan tersebut nantinya bisa menjadi ciri khas Anda. Gaya tersebut juga akan menjadi kekuatan yang akan mengantarkan Anda pada kesuksesan di dunia karier.
3.      Padukan beberapa gaya kepemimpinan
Meski memiliki ciri khas gaya kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga bisa memadukan beberapa gaya kepemimpinan sekaligus dalam dirinya. Dalam penelitiannya, Goleman juga menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses umumnya memadukan beberapa gaya kepemimpinan pada dirinya karena satu gaya saja tidak pernah cukup mengatasi masalah yang banyak. Jika misalnya seorang atasan pria harus banyak berinteraksi dengan karyawan yang kebanyakan perempuan atau sebaliknya, gunakan pendekatan dengan gaya kepemimpinan yang lembut dan penuh perhatian. Tapi di saat tertentu, gunakan gaya kepemimpinan maskulin yang tegas.
4.        Ciptakan tujuan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, seseorang harus bisa mengomunikasikan tujuan, visi, dan misi yang ingin dicapai oleh timnya. Dengan mengomunikasikan, ini akan membuat bawahan merasa terpacu untuk mencapai target, dan atasan sang pemimpin juga bisa melihat bahwa pemimpin ini bisa membimbing anak buahnya. Untuk bisa menemukan tujuan dan visi yang tepat, pelajarilah semua hal yang terjadi di luar perusahaan. Setelah itu, tentukan tujuan, bangun kerja tim, dan gerakkan mereka semua untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5.      Pemberi semangat 
Pemimpin yang terbaik adalah manusia karena manusia bisa memberikan semangat dan mampu memotivasi karyawannya. Pemimpin haruslah bisa menempatkan dirinya sebagai seorang motivator saat karyawannya menemui halangan.Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi setiap karyawannya hingga tiap karyawan bisa memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Karena itulah, seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu bertanya pada dirinya sendiri, ”apa yang bisa saya berikan pada tim saya hari ini?”



6.       Seimbang
Setiap pemimpin harus bisa mengukur risiko yang dihadapinya. Selain itu, ciptakan waktu yang tepat untuk menikmati hidup di luar pekerjaan
7.      Menjadi diri sendiri
Tak ada yang lebih baik selain menjadi diri sendiri. Karena itulah, jadilah pemimpin yang sesuai dengan kepribadian diri sendiri, jangan berusaha untuk menjadi orang lain yang bukan diri sendiri.
2.2 Perspektif Tentang Kepemimpinan
            Menurut Alfian seorang pakar didalam bukunya (M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik)  mendifinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana seseorang punya pengaruh dalam satu kelompok (organisasi) untuk menggerakkan individu lain untuk meraih tujuan bersama. Alfian meringkas beberapa definisi ahli kepemimpinan dalam 5 perspektif diantaranya :
1.      Focus of group processes, artinya pemimpin merupakan pusat segala aktivitas dan perubahan kelompok. Kepemimpinan adalah pusat kehendak yang menggerakkan aneka aktivitas, perubahan, dan perkembangan kelompok (organisasi).
2.      Perspektif dari kepribadian (Personality perspektive), artinya pemimpin merupakan perpaduan antara bakat khusus (special traits) dan berkarakteristik individu, yang memiliki kemampuan untuk mendelegasikan tugas pada orang lain secara sempurna.
3.      Bertindak atau berperilaku (Act or Behaviour), artinya kepemimpinan merupakan seperangkat tindakan dan perilaku tertentu yang mampu menggerakkan perubahan dalam organisasi.
4.      Hubungan kekuasaan (Power relationship), artinya kepemimpinan merupakan relasi antara pemimpin (leader) dan yang dipimpin (follower)
5.      Instrumen dari pencapaian tujuan (Instrument of goal achievement), artinya kepemimpinan adalah upaya membimbing anggota mencapai tujuan bersama.
6.      Keterampilan perspektif (Skills perspective), artinya kepemimpinan adalah kapabilitas yang membuatnya bekerja secara efektif.
Dari pengertian para ilmuwan ini dapat ditarik pemahaman bahwa kepemimpinan adalah berhubungan dengan proses mempengaruhi dari seseorang pemimpin kepada pengikutnya atau anggotanya guna mencapai tujuan organisasi dimana terdapat seni mengatur, mengelola dan mengarahkan orang dengan kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, kerjasama, semangat, dam potensi-potensi yang ada guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.
Kepemimpinan dalam berbagai perspektif ada juga yang mengatakannya sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas-aktifitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota. Hal ini dikarenakan adanya tiga implikasi didalamnya yaitu : (1) kepemimpinan melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.
Kepemimpinan juga terkadang dipahami sebagai kekuatan atau kemampuan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Ada juga yang memandang kepemimpinan sebagai alat, saran, atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Adapun factor-faktor yang dapat menggerakkan atau mempengaruhi perilaku orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, ketergantungan, dan bujukan.
Berdasarkan uraian di atas, kepemimpinan itu hakikatnya adalah:
1.      Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2.      Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
3.      Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
4.      Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.
5.      Suatu kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada bila pemimpin tersebut memiliki posisi manajerial atau ketua dalam sebuah struktur organisasi. Sedangkan sumber dari pengaruh tidak formal adalah diluar struktur organisasi formal. Olehnya seorang pemimpin biasanya muncul dengan sendirinya dari dalam organisasi atau ditunjuk secara formal. Dan status formal atau tidak formal sangat mempengaruhi pengaruh dari seorang pemimpin.
Pemimpin formal (lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif), artinya serang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalamstruktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengan posisinya, seperti:
1.      Memiliki dasar legalitasnya diperoleh dari penunjukan pihak yang berwenang, artinya memiliki legitimasi.
2.      Harus memenuhi beberapa peryaratan tertentu.
3.      Mendapatan dukungan dari organisasi formal ataupun atasannya.
4.      Memperoleh balas jasa/kompensasi baik materil atau immaterial tertentu.
5.      Kemungkinan mendapat peluang untuk promosi, kenaikan pangkat/jabatan, dapat dimutasikan, diberhentikan, dan lain-lain.
6.      Mendapatkan reward dan punishment.
7.      Memiliki kekuasaan dan wewenang.
Pemimpin Informal (Tokoh masyrakat, pemuka agama, adat, LSM, Guru, Bisnis, dan lain-lain),artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai seorang yang mampu mempengarui kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok/komunitas tertentu, seperti:
1.      Sebagian tidak/belum memiliki acuan formal atau legitimasi sebagai pemimpin.
2.      Masa kepemimpinannya, sangat tergantung pada pengakuan dari kelompok atau komunitasnya.
3.      Tidak di back up dari organisasi secara formal.
4.      Tidak mendapatkan imbalan/kompensasi.
5.      Tidak mendapat promosi, kenaikan pangkat, mutasi, dan tidak memiliki atasan.
6.      Tidak ada reward dan punishment.
Konsep kepemimpinan erat kaitannya dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan.
Pada dasarnya, kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut ada unsur kekuasaan didalamnya. Kekuasaan tak lain adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya. Praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara individual maupun kelompok dalam arahan tertentu, sehingga melalui kepemimpinan merujuk pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa komponen dalam kepemimpinan yaitu:
1.      Adanya pemimpin dan orang lain yang dipimpin atau pengikutnya.
2.      Adanya proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang lain melalui berbagai kekuatan.
3.      Adanya tujuan akhir yang ingin dicapai bersama dengan adanya kepemimpinan itu.
4.      Kepemimpinan bisa muncul dalam suatu organisasi atau tanpa adanya organisasi tertentu.
5.      Pemimpin dapat diangkat secara formal atau dipilih oleh pengikutnya.
6.      Kepemimpinan berada dalam situasi tertentu baik situasi pengikut maupun lingkungan eksternalnya.

2.3 Definisi Organisasi
Organisasi diartikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang didalamnya terdapat struktur, sistem kerja, aturan, norma dan kebijakan. Dalam pengertian dinamis dan statis, organisasi memiliki arti yang berbeda pula, Dalam arti dinamis, organisasi dapat diartikan sebagai suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan ,pembatasan tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggungjawab serta penetapan hubungan diantara elemen-elemen organisasi sehingga orang-orang yang bergabung dalam organisasi tersebut dapat bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama secara efektif dan efisien. Dalam arti statis, merupakan suatu bagan atau rangka yang berwujud dan bergerak demi tercapainya tujuan bersama dalam istilah lain disebut sebagai struktur atau bentuk organisasi.
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis sedangkan organisasi merupakan suatu wadah yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan kepada dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan.
Salah satu ciri utama dari suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masing-masing pihak siap untuk menjalankan dengan penuh tanggung jawab. Menurut beberapa ahli, organisasi adalah sebagai berikut:
1. Louis A. Allen
Kita dapat mendefinisikan organisasi sebagai proses penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan wewendengan  dan tanggung jawab, dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan.
2. Drs. M. Manullang
Organisasi dalam arti dinamis adalahdan suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antar unsur unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang orang dapat bekerja bersama-sama seefektif mungkin untuk mencapai tujuan. Secara singkat organisasi adalah suatu perbuatan diferensiasi tugas-tugas.
3. Drs. Soekarno K.      
Organisasi sebagai fungsi manajemen(organisasi dalam pengertian dinamis) adalah organisasi yang memberikan kemungkinan bagi manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu mengadakan pembagian kerja.
4. Drs. Malayu S.P. Hasibuan
Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, terstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja
5.  James D. Money
Organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
6. Koont & O’Donnel
Organisasi adalah pembinaan hubungan wewenang dan dimaksudkan untuk mencapai koordinasi yang struktural, baik secara vertikal, maupun secara horizontal diantara posisi-posisi yang telah disertai tugas-tugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi organisasi adalah hubungan struktural yang mengikat dan menyatukan perusahan dan kerangka dasar tempat individu, dikoordinasi.

2.4 Perilaku Politis Dalam Organisasi
Politik/Politis adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan. Perilaku politik adalah kegiatan yang tidak di pandang sebagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi dapat mempengaruhi,atau berusaha mempengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Perilaku politik yang sah adalah politik sehari- hari yang muncul dengan wajar. Hal tersebut seperti membangun koalisi, menentang  kebijakan atau organisasi lewat pemogokan atau dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada, dan menjalin hubungan ke luar organisasi melalui kegiatan profesi. Sedangkan perilaku politik yang tidak sah adalah perilaku politik berat yang menyimpang dan aturan main yang telah ditentukan. Kegiatan yang tidak sah tersebut meliputi sabotase, melaporkan kesalahan, dan protes- protes simbolis seperti mengenakan pakaian nyeleneh atau memakai bros tanda protes, dan bebderapa karyawan yang secara serentak berpura- pura sakit agar tidak perlu masuk kerja.
Sejumlah faktor yang mendorong perilaku politik adalah sebagian merupakan karakteriktis individu, yang berasal dari sifat- sifat unik yang direkrut oleh organisasi; sebagian lainnya adalah hasil dari kultur atau lingkungan internal organisasi. Kegiatan politik didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak disyaratkan sebagai bagian dari peran formal seseorang, semakin besar ambiguitas peran semakin banyak seseorang dapat terlibat dalam kegiatan politik dengan peluang kegiatan itu terlihat kecil. Perilaku politik adalah domain praktik dari ’power in action’, dilaksanakan melalui beragam teknik dan taktik  mempengaruhi. Tujuan perilaku politik (individu/group): membuat klaim atas teritori dan sumberdaya organisasi. Saat ini para manajer  di berbagai organisasi di dorong untuk lebih bersikap demokratis. Manajer diminta untuk lebih terbuka terhadap masukan dari para karyawan dalam proses pengambiln keputusan dan mau mendengarkan saran dari kelompok dalam proses yang sama. Tetapi tidak semua manajer menganut demokrasi. Banyak manajer  menggunakan kedudukan untuk melegitimatisi kekuasaan dan membuat keputusan yang bersifat sepihak. Para karyawan semakin merasakan tekanan besar untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga besar kemungkinan mereka terlibat dalam proses politisasi. Secara umum prilaku politis dalam organisasi di bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
1. Inducement/dorongan
Adalah suatu tindakan memberikan imbalan atas prilaku yang dikerjakan. Dalam artian di dalam organisasi seseorang berperan penting sebagai pendorong sehingga mendapatkan sebuah penghargaan dari suatu organisasi.
2. Persuasion/bujukan
Adalah suatu tindakan untuk mempengaruhi atau mebujuk tingkah laku seseorang di dalam suatu organisasi. Dalam artian seseorang tersebut sangat berpengaruh terhadap organisasi dan bertindak sebagai kontrol prilaku seseorang di dalam suatu organisasi.


3. Creation of an obligation/penciptaan kewajiban
Adalah sesuatu ikatan dengan mana seseorang terikat atau berkewajiban untuk melakukan hal-hal tertentu, dan muncul dari rasa kewajiban. Dalam artian tumbuh dan muncul dari individu atau perorangan dengan iklas bergabung ke dalam suatu organisasi.
4. Coercion/Paksaan
Adalah perilaku memaksa pihak lain untuk berperilaku secara spontan(baik melalui tindakan atau tidak bertindak) dengan menggunakan ancaman, hadiah, atau intimidasi atau dalam bentuk lain menggunakan tekanan dan kekuatan.























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi sejumlah orang dan mengarahkan organisasinya untuk mencapai suatu tujuan, sehingga hubungan antara manusia didalam organisasi tersebut lebih kohesif dan koheren. Atau suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam rangka menjalankan proses kepemimpinannya ini, mereka menggunakan sejumlah “pengetahuan” dan “keterampilan” yang dimilikinya, terlepas dari apakah pengetahuan dan keterampilan tersebut ditunjang oleh bakat bawaan dirinya atau hasil dari proses pembelajaran (formal dan/atau non-formal). Pengetahuan merupakan kombinasi dari pengalaman, informasi kontekstual, nilai dan wawasan para pakar yang dijadikan acuan, sebagai kerangka untuk mengevaluasi dan menggambungkan informasi dan pengalaman baru.
organisasi dapat diartikan sebagai suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan ,pembatasan tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggungjawab serta penetapan hubungan diantara elemen-elemen organisasi sehingga orang-orang yang bergabung dalam organisasi tersebut dapat bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama secara efektif dan efisien. Sehinga secara umum sikap politis dalam organisasi itu berupa dorongan, bujukan, penciptaan kewajiban dan paksaan.

3.2 Saran
1. Tindakan perspektif harus bisa diterapkan oleh seoramg pemimpin di dalam sebuah organisasi sehingga organisasi tersebut bisa berjalan sebagai mana mestinya.
2.  Perilaku politis di dalam organisasi itu memang harus ada karena setiap pemimpin mempunyai perilaku politis di dalam suatu organisasi.



DAFTAR PUSTAKA


Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), 12.
M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakrta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), 65.
Chaniago, Nasrul Syakur, Manajemen Organisasi, Bandung, Citapustaka, 2011
Hasibuan, Malayu. 2005. “Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah”, Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu. 1984. ‘‘Manejemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah”, Jakarta: PT Toko Gunung Agung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar