BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai
salah satu unsur yang cukup penting didalam menyelenggarakan organisasi, maka
peranan pemimpin menentukan sekali dalam upaya mencapai sasaran yang
ditetapkan. Oleh karena itu, para pemegang wewenang harus mempunyai jiwa
kepemimpinan yang tinggi dalam arti harus mampu mempengaruhi bawahannya untuk
mencapai sasarannya tanpa harus mengabaikan harapan-harapan bawahannya. Untuk
itu disini akan diuraikan beberapa pengertian dari kepemimpinan, perspektif
serumpun kepemimpinan dan juga membahas perilaku politis dalam organisasi.
Leadership
(kepemimpinan) bukanlah gejala yang terisolir tetapi merupakan produk interaksi
antara orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan adalah gejala sosial. Seorang
pemimpin harus dapat memahami sikap dan sifat-sifat para anggotanya.
Menurut
Ralph M. Stogdill, berpendapat setiap situasi menuntut kualitas leadership yang
berbeda. Sehingga seorang pemimpin yang sukses dalam situasi tertentu tidak
menjamin bahwa ia pasti sukses pada situasi yang lain. Sedangkan Gouldner
berasumsi bahwa teori kepemimpinan harus mencakup baik sifat-sifat atau
ciri-ciri pemimpin, sudut pandang dari lingkungan pemimpin maupun situasi.
Orang yang dapat memahami dan menguasai situasi adalah orang yang mempunyai kemungkinan
paling besar untuk menjadi pemimpin. Jadi dapat disimpulkan situasi berperan
terhadap muncul dan jatuhnya seorang pemimpin.
Kepemimpinan
merupakan perpaduan dari tiga faktor, yaitu situasi sosial, sifat-sifat atau
ciri-ciri perseorangan dan kesempatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana
perspektif serumpun tentang
kepemimpinan?
3. Apa
pengertian organisasi?
4.
Bagaimana perilaku politis dalam
organisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
paper ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami proses penebaran pengaruh dari
kepemimpinan, mampu menyebutkan dan menjelaskan perspektif serumpun tentang kepemimpinan, dan mampu membahas
dan mejelaskan perilaku politis dalam organisasi dan bagaimana perilaku ini
dapat dikelola dengan baik. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah dasar-dasar manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kepemimpinan
Menurut pancasila
seorang pemimpin harus bersikap sebgagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan
membimbing asuhannya. Dengan perkataan lain beberapa asas utama dari
kepemimpinan pancasila adalah:
1. Ing ngarsa sung tuladha
adalah seorang pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan
dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
2. Ing madya mangun karsa
adalah seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang-orang yang dipimpinnya.
3. Tut wuri handayani
adalah seorang pemimpin harus mendorong orang-orang yang diasuhnya berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin
boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Leader dan
Head adalah seorang pemimpin.
Leader
adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifa-sifat kepemimpinan dan berwibawa,
is disegani dan berwibaawa terhadap bawahannya atau pengikutnya karena
kecakapannya dan perilakunya yang baik. Leader
ini biasanya dapat memimpin organisasi formal maupuan informal, karena
disegani, berwibawa dan menjadi anutan bagi bawahannya. Biasanya tipe
kepemimpinannya adalah “partisipasif leader” dan falsafah kepemimpinannya “
pemimpin adalah untuk bawahan”.
Manajer adalah sumber
aktivitas dan mereka harus merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan
mengendalikan semua kegiatan, agar tujuan tercapai. Manajer adlaah harus
memeberikan arahan kepada perusahan yang dipimpinnya. Manajer harus memikirkan
secara tuntas misi perusahan itu, mentapkan sasaran-sasaran, strategi dan
mengorganisir sumber-sumber daya untuk tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam anggaran dasar(AD) dan anggaran rumah tangga( ART).
Head(kepala)
adalah seorang pemimpindalam praktek kepemimpinannya hanya berdasarkan
’’kekuasaan atau autority formalnya’’ saja. Bawahan menuruti
perintah-perintahnya, karena takut akan deikenakan hukuman oleh head tersebut. Head biasanya dapat memmimpin orgnisasi formal dan tipe
kepemimpinannya adalah ’’ autocratis leader’’ sedangkan falsafah “bawahan
adalah untuk pemimpin”. Pemimpin dibedakan atas pemimpin tunggal dan pemimpin
kolektif(presidium). Pimpinan tunggal, jika hanya seorang pemimpin saja yang
mempunyai autority untuk mengambil keputusan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam orgaisasi itu. Pimpinan kolektif, jika
pimpinan itu terdiri dari beberapa oranag yang mempunyai autirithy yang sama besarnya untuk mengambil keputusan dan
kebijaksanaan-kenijaksanaan dalam organisasi. Jadi keputusan yang diambil
merupakan keputusan bersama dari pimpinan kolektif tersebut.
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang berupaya
mempengaruhi sejumlah orang dan mengarahkan organisasinya untuk mencapai suatu
tujuan, sehingga hubungan antara manusia didalam organisasi tersebut lebih
kohesif dan koheren. Atau suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam rangka menjalankan proses
kepemimpinannya ini, mereka menggunakan sejumlah “pengetahuan” dan
“keterampilan” yang dimilikinya, terlepas dari
apakah pengetahuan dan keterampilan tersebut ditunjang oleh bakat bawaan
dirinya atau hasil dari proses pembelajaran (formal dan/atau non-formal).
Pengetahuan merupakan kombinasi dari pengalaman, informasi kontekstual, nilai
dan wawasan para pakar yang dijadikan acuan, sebagai kerangka untuk
mengevaluasi dan menggambungkan informasi dan pengalaman baru.
Secara etimologi pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan
pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi
awal struktur dan pusat proses kelompok. Kemudian secara terminologis banyak
ditemukan definisi tentang pemimpin. Para pakar manajemen biasanya
mendefinisikan pemimpin menurut pandangan pribadi mereka, dan aspek-aspek
fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi pakar
yang bersangkutan. (Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen,
(Jakarta, Rineka Cipta, 1990), 12.)
Menurut John Locke, kita memiliki kerangka ide dalam diri kita
(gagasan pertama) yang kita gunakan untuk mengevaluasi informasi dan pengalaman
baru (gagasan kedua). Menurut Peter F. Drucker, pengetahuan adalah informasi
bagi seseorang sebagai landasan untuk melakukan suatu tindakan dalam situasi
perubahan, sehingga individu atau organisasi mampu bertindak dengan cara yang
berbeda dan lebih efektif. Melalui pengetahuan dan informasi, seseorang
diharapkan menghasilkan tindakan yang tepat dan mengartikulasikan tindakan yang
paling mungkin. Yaitu dengan menseleksi dan menilai berbagai alternatif
tindakan serta bagaimana tindakan tersebut harus diimplementasikan agar sesuai
dengan hasil atau kinerja yang diinginkan. Terdapat 2 (dua) jenis pengetahuan yang perlu
difahami oleh seorang pemimpin, yakni pengetahuan eksplisit dan pengetahuan
implisit. Pertama, pengetahuan eksplisit, yaitu pengetahuan yang dapat
diartikulasikan ke dalam bahasa formal, termasuk pernyataan gramatikal (kata
dan angka), ekspresi matematika, spesifikasi, manual, dan lain sebagainya.
Pengetahuan eksplisit ini segera dapat ditularkan terhadap orang lain, yaitu
dengan mudah dapat diproses oleh komputer, dikirimkan secara elektronik, atau
disimpan dalam suatu database. Kedua, pengetahuan implisit,
adalah pengetahuan pribadi yang telah tertanam dalam pengalaman individu
dan melibatkan faktor-faktor tak berwujud, seperti keyakinan pribadi,
perspektif, dan sistem nilai. Pengetahuan implisit sulit – namun bukan mustahil
- diartikulasikan kedalam bahasa formal, dikarenakan berisi wawasan subyektif,
intuitif, dan firasat. Sebelum pengetahuan implisit dapat dikomunikasikan, hal
tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi kata-kata, model, atau nomor yang
dapat dimengerti.
Semua orang mungkin saja bisa
menjadi pemimpin, tapi tak semuanya bisa menjadi pemimpin yang sukses. Ada
beberapa tanda yang bisa dilihat apakah seseorang bisa menjadi pemimpin yang
baik dan amanah.
Seorang pemimpin tentu saja memikul
tanggung jawab yang berat. Jika ia gagal menjadi seorang pemimpin yang baik,
maka dampaknya bisa menjadi sangat buruk bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Jika ia tidak mampu memimpin, tentu saja hal ini akan berdampak pada kemajuan
dan kelanggengan sebuah perusahaan.
Karena itulah, sebuah gaya
kepemimpinan yang tepat sangat perlu dimiliki oleh seorang atasan. Berikut
beberapa tanda atau ciri pemimpin yang baik dan sukses, seperti diungkapkan
oleh Rebecca Hourston, Director of Programs Aspire, sebuah perusahaan di bidang
penelitian, seperti dikutip dari Womensmedia.
Proses
yang dilakukan hendaknya menjadi seorang pemimpin hendaknya memiliki perilaku:
1. Berani dan
penuh percaya diri
Agar seorang
atasan memiliki cahaya yang terang, ia harus memiliki keberanian untuk
melakukan sebuah tantangan besar. Saat akan mengambil sebuah tantangan, seorang
pemimpin harus berani mengambil risiko dan harus terus berjalan, tak peduli
yang dikatakan orang lain. Di sini karakter yang kuat sangat diperlukan oleh
seorang pemimpin. Ia harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa apa yang
akan dilakukannya ialah sesuatu yang benar dan akan mendatangkan sebuah
keuntungan bagi perusahaan. Inti dari gaya kepemimpinan ini ialah, jangan
pernah takut mengambil risiko dan jangan pernah takut melakukan kesalahan.
Untuk memunculkan sifat ini,
sebaiknya atasan melakukan evaluasi, hal penting dan menantang apa yang bisa
dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu minggu, buatlah tiga sampai
lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif jika diterapkan, kemudian
terapkan gaya tersebut pada minggu berikutnya
2.
Mempertajam
kekuatan
Seorang ahli
di bidang emotional intelligence, Daniel Goleman, melakukan
penelitian terhadap gaya kepemimpinan di 500 perusahaan dan menemukan beberapa
tipe kepemimpinan yang menonjol, misalnya melihat jauh ke depan (visionary),
demokratis, dan senang melatih. Nah, carilah keahlian atau kekuatan Anda dan
jadikan hal tersebut sebagai gaya kepemimpinan Anda. Gaya kepemimpinan tersebut
nantinya bisa menjadi ciri khas Anda. Gaya tersebut juga akan menjadi kekuatan
yang akan mengantarkan Anda pada kesuksesan di dunia karier.
3.
Padukan beberapa gaya kepemimpinan
Meski
memiliki ciri khas gaya kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga bisa
memadukan beberapa gaya kepemimpinan sekaligus dalam dirinya. Dalam
penelitiannya, Goleman juga menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses umumnya
memadukan beberapa gaya kepemimpinan pada dirinya karena satu gaya saja tidak
pernah cukup mengatasi masalah yang banyak. Jika misalnya seorang atasan pria
harus banyak berinteraksi dengan karyawan yang kebanyakan perempuan atau
sebaliknya, gunakan pendekatan dengan gaya kepemimpinan yang lembut dan penuh
perhatian. Tapi di saat tertentu, gunakan gaya kepemimpinan maskulin yang
tegas.
4.
Ciptakan tujuan
Untuk
menjadi seorang pemimpin yang baik, seseorang harus bisa mengomunikasikan
tujuan, visi, dan misi yang ingin dicapai oleh timnya. Dengan mengomunikasikan,
ini akan membuat bawahan merasa terpacu untuk mencapai target, dan atasan sang
pemimpin juga bisa melihat bahwa pemimpin ini bisa membimbing anak buahnya. Untuk
bisa menemukan tujuan dan visi yang tepat, pelajarilah semua hal yang terjadi
di luar perusahaan. Setelah itu, tentukan tujuan, bangun kerja tim, dan
gerakkan mereka semua untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5.
Pemberi semangat
Pemimpin
yang terbaik adalah manusia karena manusia bisa memberikan semangat dan mampu
memotivasi karyawannya. Pemimpin haruslah bisa menempatkan dirinya sebagai
seorang motivator saat karyawannya menemui halangan.Seorang pemimpin harus bisa
melihat potensi setiap karyawannya hingga tiap karyawan bisa memberikan yang
terbaik bagi perusahaan. Karena itulah, seorang pemimpin yang baik seharusnya
selalu bertanya pada dirinya sendiri, ”apa yang bisa saya berikan pada tim saya
hari ini?”
6.
Seimbang
Setiap
pemimpin harus bisa mengukur risiko yang dihadapinya. Selain itu, ciptakan
waktu yang tepat untuk menikmati hidup di luar pekerjaan
7.
Menjadi diri sendiri
Tak ada yang
lebih baik selain menjadi diri sendiri. Karena itulah, jadilah pemimpin yang
sesuai dengan kepribadian diri sendiri, jangan berusaha untuk menjadi orang
lain yang bukan diri sendiri.
2.2 Perspektif Tentang Kepemimpinan
Menurut Alfian seorang pakar didalam
bukunya (M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik) mendifinisikan kepemimpinan sebagai suatu
proses dimana seseorang punya pengaruh dalam satu kelompok (organisasi) untuk
menggerakkan individu lain untuk meraih tujuan bersama. Alfian meringkas
beberapa definisi ahli kepemimpinan dalam 5 perspektif diantaranya :
1. Focus
of group processes, artinya
pemimpin merupakan pusat segala aktivitas dan perubahan kelompok. Kepemimpinan
adalah pusat kehendak yang menggerakkan aneka aktivitas, perubahan, dan
perkembangan kelompok (organisasi).
2. Perspektif dari kepribadian (Personality perspektive), artinya pemimpin merupakan perpaduan
antara bakat khusus (special traits)
dan berkarakteristik individu, yang memiliki kemampuan untuk mendelegasikan
tugas pada orang lain secara sempurna.
3. Bertindak atau berperilaku (Act or Behaviour), artinya kepemimpinan merupakan seperangkat
tindakan dan perilaku tertentu yang mampu menggerakkan perubahan dalam
organisasi.
4. Hubungan kekuasaan (Power relationship), artinya kepemimpinan merupakan relasi antara
pemimpin (leader) dan yang dipimpin (follower)
5. Instrumen dari pencapaian tujuan (Instrument of goal achievement), artinya
kepemimpinan adalah upaya membimbing anggota mencapai tujuan bersama.
6.
Keterampilan
perspektif (Skills perspective),
artinya kepemimpinan adalah kapabilitas yang membuatnya bekerja secara efektif.
Dari pengertian para ilmuwan ini dapat ditarik pemahaman bahwa
kepemimpinan adalah berhubungan dengan proses mempengaruhi dari seseorang
pemimpin kepada pengikutnya atau anggotanya guna mencapai tujuan organisasi
dimana terdapat seni mengatur, mengelola dan mengarahkan orang dengan
kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, kerjasama, semangat, dam potensi-potensi
yang ada guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.
Kepemimpinan dalam berbagai
perspektif ada juga yang mengatakannya sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktifitas-aktifitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para
anggota. Hal ini dikarenakan adanya tiga implikasi didalamnya yaitu : (1)
kepemimpinan melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan
melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok,
karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk
menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku
pengikutnya melalui berbagai cara.
Kepemimpinan juga terkadang dipahami
sebagai kekuatan atau kemampuan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Ada
juga yang memandang kepemimpinan sebagai alat, saran, atau proses untuk
membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Adapun
factor-faktor yang dapat menggerakkan atau mempengaruhi perilaku orang yaitu
karena ancaman, penghargaan, otoritas, ketergantungan, dan bujukan.
Berdasarkan uraian di atas, kepemimpinan itu
hakikatnya adalah:
1. Proses
mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
2.
Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara
kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama.
3.
Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
4.
Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan
situasi tertentu.
5. Suatu
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber
pengaruh dapat secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada bila
pemimpin tersebut memiliki posisi manajerial atau ketua dalam sebuah struktur
organisasi. Sedangkan sumber dari pengaruh tidak formal adalah diluar struktur
organisasi formal. Olehnya seorang pemimpin biasanya muncul dengan sendirinya
dari dalam organisasi atau ditunjuk secara formal. Dan status formal atau tidak
formal sangat mempengaruhi pengaruh dari seorang pemimpin.
Pemimpin formal (lembaga eksekutif, legislatif, dan
yudikatif), artinya serang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan
dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalamstruktur organisasi
dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengan posisinya, seperti:
1.
Memiliki dasar legalitasnya diperoleh dari penunjukan
pihak yang berwenang, artinya memiliki legitimasi.
2.
Harus memenuhi beberapa peryaratan tertentu.
3.
Mendapatan dukungan dari organisasi formal ataupun
atasannya.
4.
Memperoleh balas jasa/kompensasi baik materil atau
immaterial tertentu.
5.
Kemungkinan mendapat peluang untuk promosi, kenaikan
pangkat/jabatan, dapat dimutasikan, diberhentikan, dan lain-lain.
6.
Mendapatkan reward dan punishment.
7. Memiliki
kekuasaan dan wewenang.
Pemimpin Informal (Tokoh
masyrakat, pemuka agama, adat, LSM, Guru, Bisnis, dan lain-lain),artinya
seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas
unggul, dia mencapai kedudukan sebagai seorang yang mampu mempengarui kondisi
psikis dan perilaku suatu kelompok/komunitas tertentu, seperti:
1.
Sebagian tidak/belum memiliki acuan formal atau
legitimasi sebagai pemimpin.
2.
Masa kepemimpinannya, sangat tergantung pada pengakuan
dari kelompok atau komunitasnya.
3.
Tidak di back up dari organisasi secara formal.
4.
Tidak mendapatkan imbalan/kompensasi.
5.
Tidak mendapat promosi, kenaikan pangkat, mutasi, dan
tidak memiliki atasan.
6. Tidak ada reward
dan punishment.
Konsep kepemimpinan erat kaitannya
dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku
para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan yaitu kekuasaan
paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan.
Pada dasarnya, kemampuan untuk
mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut ada unsur
kekuasaan didalamnya. Kekuasaan tak lain adalah kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya. Praktik
kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain
baik secara individual maupun kelompok dalam arahan tertentu, sehingga melalui
kepemimpinan merujuk pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi
orang atau ide-idenya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi
beberapa komponen dalam kepemimpinan yaitu:
1.
Adanya pemimpin dan orang lain yang dipimpin atau
pengikutnya.
2.
Adanya proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang
lain melalui berbagai kekuatan.
3.
Adanya tujuan akhir yang ingin dicapai bersama dengan
adanya kepemimpinan itu.
4.
Kepemimpinan bisa muncul dalam suatu organisasi atau
tanpa adanya organisasi tertentu.
5.
Pemimpin dapat diangkat secara formal atau dipilih
oleh pengikutnya.
6.
Kepemimpinan berada dalam situasi tertentu baik
situasi pengikut maupun lingkungan eksternalnya.
2.3 Definisi Organisasi
Organisasi diartikan sebagai sekelompok orang yang saling
berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
didalamnya terdapat struktur, sistem kerja, aturan, norma dan kebijakan. Dalam
pengertian dinamis dan statis, organisasi memiliki arti yang berbeda pula,
Dalam arti dinamis, organisasi dapat diartikan sebagai suatu proses penetapan
dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan ,pembatasan tugas dan kewajiban,
otoritas dan tanggungjawab serta penetapan hubungan diantara elemen-elemen
organisasi sehingga orang-orang yang bergabung dalam organisasi tersebut dapat
bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Dalam arti statis, merupakan suatu bagan atau rangka yang berwujud dan bergerak
demi tercapainya tujuan bersama dalam istilah lain disebut sebagai struktur
atau bentuk organisasi.
Pengorganisasian adalah fungsi
manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis sedangkan organisasi
merupakan suatu wadah yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan
pekerjaan-pekerjaan kepada dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan
membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan.
Salah satu
ciri utama dari suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang
menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan
kebijakan yang telah dirumuskan dan masing-masing pihak siap untuk menjalankan
dengan penuh tanggung jawab. Menurut beberapa ahli, organisasi adalah sebagai
berikut:
1.
Louis A. Allen
Kita dapat mendefinisikan organisasi
sebagai proses penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan,
menetapkan dan melimpahkan wewendengan
dan tanggung jawab, dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja
sama secara efektif dalam mencapai tujuan.
2. Drs. M. Manullang
Organisasi dalam arti dinamis
adalahdan suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan,
pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan
hubungan-hubungan antar unsur unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang
orang dapat bekerja bersama-sama seefektif mungkin untuk mencapai tujuan.
Secara singkat organisasi adalah suatu perbuatan diferensiasi tugas-tugas.
3. Drs. Soekarno K.
Organisasi sebagai fungsi
manajemen(organisasi dalam pengertian dinamis) adalah organisasi yang memberikan
kemungkinan bagi manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu.
Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu mengadakan pembagian
kerja.
4. Drs. Malayu S.P. Hasibuan
Organisasi adalah suatu sistem
perserikatan formal, terstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang
bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat
dan wadah saja
5.
James D. Money
Organisasi adalah setiap bentuk
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
6. Koont & O’Donnel
Organisasi adalah pembinaan hubungan
wewenang dan dimaksudkan untuk mencapai koordinasi yang struktural, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal diantara posisi-posisi yang telah disertai
tugas-tugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi
organisasi adalah hubungan struktural yang mengikat dan menyatukan perusahan
dan kerangka dasar tempat individu, dikoordinasi.
2.4 Perilaku Politis Dalam
Organisasi
Politik/Politis
adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan. Perilaku politik adalah kegiatan yang tidak di
pandang sebagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi dapat
mempengaruhi,atau berusaha mempengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di
dalam organisasi. Perilaku politik yang sah adalah politik sehari- hari yang
muncul dengan wajar. Hal tersebut seperti membangun koalisi, menentang
kebijakan atau organisasi lewat pemogokan atau dengan terlalu berpegang ketat
pada ketentuan yang ada, dan menjalin hubungan ke luar organisasi melalui
kegiatan profesi. Sedangkan perilaku politik yang tidak sah adalah perilaku
politik berat yang menyimpang dan aturan main yang telah ditentukan. Kegiatan
yang tidak sah tersebut meliputi sabotase, melaporkan kesalahan, dan protes-
protes simbolis seperti mengenakan pakaian nyeleneh atau memakai bros tanda
protes, dan bebderapa karyawan yang secara serentak berpura- pura sakit agar
tidak perlu masuk kerja.
Sejumlah
faktor yang mendorong perilaku politik adalah sebagian merupakan karakteriktis
individu, yang berasal dari sifat- sifat unik yang direkrut oleh organisasi;
sebagian lainnya adalah hasil dari kultur atau lingkungan internal organisasi.
Kegiatan politik didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak disyaratkan sebagai
bagian dari peran formal seseorang, semakin besar ambiguitas peran semakin
banyak seseorang dapat terlibat dalam kegiatan politik dengan peluang kegiatan
itu terlihat kecil. Perilaku politik adalah domain praktik dari ’power in
action’, dilaksanakan melalui beragam teknik dan taktik mempengaruhi.
Tujuan perilaku politik (individu/group): membuat klaim atas teritori dan
sumberdaya organisasi. Saat ini para manajer di berbagai organisasi di
dorong untuk lebih bersikap demokratis. Manajer diminta untuk lebih terbuka
terhadap masukan dari para karyawan dalam proses pengambiln keputusan dan mau
mendengarkan saran dari kelompok dalam proses yang sama. Tetapi tidak semua
manajer menganut demokrasi. Banyak manajer menggunakan kedudukan untuk
melegitimatisi kekuasaan dan membuat keputusan yang bersifat sepihak. Para
karyawan semakin merasakan tekanan besar untuk meningkatkan kinerja mereka
sehingga besar kemungkinan mereka terlibat dalam proses politisasi. Secara umum
prilaku politis dalam organisasi di bagi menjadi beberapa bagian sebagai
berikut:
1. Inducement/dorongan
Adalah suatu tindakan
memberikan imbalan atas prilaku yang dikerjakan. Dalam artian di dalam organisasi
seseorang berperan penting sebagai pendorong sehingga mendapatkan sebuah
penghargaan dari suatu organisasi.
2. Persuasion/bujukan
Adalah suatu tindakan
untuk mempengaruhi atau mebujuk tingkah laku seseorang di dalam suatu
organisasi. Dalam artian seseorang tersebut sangat berpengaruh terhadap
organisasi dan bertindak sebagai kontrol prilaku seseorang di dalam suatu
organisasi.
3. Creation of
an obligation/penciptaan kewajiban
Adalah sesuatu ikatan
dengan mana seseorang terikat atau berkewajiban untuk melakukan hal-hal
tertentu, dan muncul dari rasa kewajiban. Dalam artian tumbuh dan muncul dari
individu atau perorangan dengan iklas bergabung ke dalam suatu organisasi.
4. Coercion/Paksaan
Adalah perilaku memaksa
pihak lain untuk berperilaku secara spontan(baik melalui tindakan atau tidak
bertindak) dengan menggunakan ancaman, hadiah, atau intimidasi atau dalam
bentuk lain menggunakan tekanan dan kekuatan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang berupaya
mempengaruhi sejumlah orang dan mengarahkan organisasinya untuk mencapai suatu
tujuan, sehingga hubungan antara manusia didalam organisasi tersebut lebih
kohesif dan koheren. Atau suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam rangka menjalankan proses
kepemimpinannya ini, mereka menggunakan sejumlah “pengetahuan” dan
“keterampilan” yang dimilikinya, terlepas dari
apakah pengetahuan dan keterampilan tersebut ditunjang oleh bakat bawaan
dirinya atau hasil dari proses pembelajaran (formal dan/atau non-formal).
Pengetahuan merupakan kombinasi dari pengalaman, informasi kontekstual, nilai
dan wawasan para pakar yang dijadikan acuan, sebagai kerangka untuk
mengevaluasi dan menggambungkan informasi dan pengalaman baru.
organisasi dapat diartikan sebagai
suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan ,pembatasan
tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggungjawab serta penetapan hubungan
diantara elemen-elemen organisasi sehingga orang-orang yang bergabung dalam
organisasi tersebut dapat bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama
secara efektif dan efisien. Sehinga secara umum sikap politis dalam organisasi
itu berupa dorongan, bujukan, penciptaan kewajiban dan paksaan.
3.2 Saran
1. Tindakan perspektif harus bisa diterapkan
oleh seoramg pemimpin di dalam sebuah organisasi sehingga organisasi tersebut
bisa berjalan sebagai mana mestinya.
2.
Perilaku politis di dalam organisasi itu memang harus ada karena setiap
pemimpin mempunyai perilaku politis di dalam suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta, Rineka Cipta,
1990), 12.
M.
Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakrta: Gramedia Pustaka Utama,
2009),
65.
Chaniago, Nasrul
Syakur, Manajemen Organisasi, Bandung, Citapustaka, 2011
Hasibuan,
Malayu. 2005. “Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah”, Jakarta: Bumi
Aksara.
Hasibuan, Malayu. 1984. ‘‘Manejemen: Dasar, Pengertian, dan
Masalah”, Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar