Selasa, 22 Mei 2018

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN KARAKAKTERISASI TANAMAN MENTIMUN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) berasal dari bagian utara India kemudian masuk ke Cina pada tahun 1882 De Condole memasukkan tanaman ini ke daftar tanaman asli India. Pada akhirnya tanaman ini menyebar ke seluruh dunia terutama di daerah tropika. Tanaman mentimun merupakan komoditas sayuran yang mulai memasuki pasaran ekspor, sebagai sayuran dalam bentuk buah segar. Penyebaran dan produksi mentimun di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Tanaman mentimun dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun di Indonesia kebanyakan di tanam di dataran rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat ditanami tanaman ini. Selain itu, mentimun juga dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija atau  sayuran lainnya. Jenis sayuran ini juga dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir. Pada dasarnya tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur berat dan juga pada tanah organik seperti gambut dapat diusahakan sebagai tempat budidaya mentimun. Peningkatan produksi mentimun dapat dipacu dengan usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi harus dilakukan secara terpadu. Pengembangan budidaya mentimun mempunyi penting dan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup petani, penyediaan bahan pangan bergizi, serta perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai satu komoditas ekspor non migas dari sector pertanian.
Mentimun umumnya sangat digemari oleh masyarakat dan dikonsumsi dalam bentuk lalapan, sari buah, asinan, acar, dan lain-lain. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini mengandung mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, o,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, natirum 5,00 mg, niacin 0.10 mg, abu 0,40 mg, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan 0,2 IU vitamin B2. Di samping itu, buah mentimun juga dapat digunakan sebagai obat-obatan tradisional seperti untuk sakit tenggorokan dan panas dalam, sebagai bahan industri terutama di bidang kosmetik untuk dijadikan pencuci muka.
Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk ditanami mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik, tidak tergenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu basa tanaman akan terserang penyakit klorosis (Rukmana, 1994).
Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha. Budidaya tanaman mentimun dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006).
Masalah utama yang sering dihadapi dalam budidaya mentimun adalah karena tanaman mentimun lebih dominan menghasilkan bunga jantan dibandingkan dengan bunga betina sehingga produksinya tidak maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan pemupukan yang berimbang, dan pemangkasan untuk merangsang terbentuknya hormon terutama auxin dan giberilin yang dapat merangsang terbentuknya bunga betina, serta penggunaan zat perangsang tumbuh sintetis yang dapat merangsang pembentukan bunga betina lebih banyak.
Penggunaan pupuk NPK juga dapat membantu pertumbuhan tanaman mentimun dimana N akan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman sedangkan unsur P akan membantu dalam pembentukan buah (generatif) tanaman. Keseimbangan pemupukan akan memberikan keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Kandungan bahan organik didalam tanah semakin lama semakin berkurang sehingga sangat dianjurkan penggunaan pupuk organik. Bahan organik tanah meliputi semua lapisan tanaman dan sisa hewan.  Bahan organik secara umum berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Salah satu bahan organik yang sering digunakan petani yaitu pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang sangat penting terutama dalam memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
1.2 Tujuan
·         Untuk mengetahui cara budidaya tanaman mentimun dan mengkarakterisasi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)





BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu         
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Jln. Pulau Moyo No. 25 X, Pedungan, Denpasar Sel., Kota Denpasar, Bali. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2017 sampai dengan 27 November 2017.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Bahan
·         Benih mentimun
·         Pupuk kandang
·         Pupuk A dan B Mix
·         Polybag berjumlah 6 buah
2.2.2 Alat
·         Cangkul
·         Bambu lanjaran ( P = 120 cm, L = 40 cm dan diameter bambu = 5 cm)
·         Kamera
·         Alat tulis
·         Timbangan
2.3 Cara pelaksanaan praktikum
2.3.1 Persiapan Media Tanam
Mengambil tanah dan menuangkannnya ke polybag sesuai dengan ukuran polybag dengan perbandingan 5:1. 5 kg/polybag tanah dengan 1 kg/polybag pupuk kandang. Setiap polybag berisi tanah 5 kg tanah. Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang 1 kg/polybag untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta mengaktifkan mikroorganisme tanah.
2.3.3 Penanaman
Penanaman benih dilakukan setelah pupuk kandang ( kotoran sapi) sudah tercampur merata di dalam polybag, pada saat 0 hari tanam dengan menggunakan benih yang varietasnya berbeda dan melabeli polybag dengan peberian  nama (sampel) A1,A2,B1,B2 serta C1,C2.



2.3.4 Pemeliharaan Tanaman
2.3.4.1 Pemupukan
Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari. Dengan menggunakan pupuk A dan B Mix. Pemupukan dilakukan dengan pupuk A dan B Mik per tanaman dicampur dengan air di wadah ( aqua gelas) 240 ml. Pemupukan dilakukan dengan cara menuangkan pupuk yaang sudah tercampur di aqua gelas (240 ml) per polybag. Lalu penyiraman dilanjutkan pada saat ke 21 (hst) sampai dengan 42 (hst).
2.3.4.2 Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pada awal menanam benih lalu dilanjutkan pada saat ke 14 (hst),21 (hst) sampai dengan 42 (hst).
2.3.4.3 Pemberian Lanjaran
Tanaman mentimun merupakan tanaman bersifat menjalar, maka untuk membantu pertumbuhannya dapat diberikan lanjaran sepanjang 120 cm dengan lebar 40 cm, fungsinya untuk merambatkan tanaman sehingga mempermudah pemeliharaan dan juga sebagai tempat penompang letak buah.
2.3.4.4 Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma yang tumbuh tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
2.3.4.5 Menghitung Jumlah Bunga, Tinggi Tanaman, Cabang, Daun, Buah Produktif, Serta Berat Buah
Jumlah berbunga (hari setelah tanam). Berbunga dapat dihitung setelah munculnya bunga mencapai 50 % dari total populasi, dengan cara mencatat jumlah bunga jantan maupun bunga betina pada saat ke 28 (hst) sampai 42 (hst). Pencatatan jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun setiap kali pengamatan pada saat ke 21 (hst) sampai 42 (hst). Pencatatan jumlah cabang dihitung berdasarkan banyaknya cabang yang terletak disetiap buku batang  setiap kali pengamatan pada saat ke 21 (hst) sampai 42 (hst). Pencatatan tinggi tanaman dihitung berdasarkan tinggi tanaman setiap kali pengamatan pada saat ke 21 (hst) sampai 42 (hst). Umur panen dapat dihitung mulai dari saat tanam sampai dilakukan panen pertama pada saat ke (51 hst). Pengamatan jumlah buah produktif dilakukan dengan menghitung banyaknya buah produktif pada saat ke 35 (hst) sampai 42 (hst). Penimbangan berat buah (g) dilakukan dengan cara menimbang buah yang dipanen dari masing-masing tanaman dengan menggunakan timbangan pada saat ke 51 (hst).
2.3.4.6 Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 51 hari setelah tanam. kriteria buah yang dapat di panen adalah buah telah mencapai ukuran maksimal dan masih terlihat duri-duri halus yang menempel pada buah. Panen buah mentimun dilakukan dengan cara memotong tangkai buah menggunakan pisau agar tidak merusak tanaman.



























BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengamatan Tinggi Tanaman
3.1.1 Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan tinggi tanaman mentimun
Varietas
Pengamatan (HST)
21
28
35
42
A1
21,5 cm
57 cm
72 cm
78,5 cm
A2
25 cm
63,5 cm
81,5 cm
99 cm
B1
39,5 cm
83 cm
88 cm
100,5 cm
B2
30 cm
79 cm
88,5cm
113 cm
C1
15,5 cm
28 cm
60,5 cm
88,5 cm
C2
18,5 cm
41,5 cm
82 cm
89 cm

Pengamatan jumlah tinggi tanaman  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Varietas C2

3.1.2 Pembahasan
Akar Tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman sekitar 20 cm, sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal dan dangkal. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir (Sunarjono, 2007).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mentimun antara lain kekeringan yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan, kurangnya pemeliharaan, pengaruh pemupukan, cuaca dan iklim, hama, gulma dan penyakit pada tanaman sehingga bias menjadikan tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, varietas B1 dan B2 sangat terlihat bahwa mempunyai laju perumbuhan vegetatif yang lebih dominan dibandingkan dengan varietas A1,A2,C1 dan C2. Dimana varietas B1 pada saat ke 28 (hst) yaitu mempunyai laju pertumbuhan tinggi tanaman sekitar 43,5 cm serta B2 pada saat ke 28 (hst) mempunyai laju pertumbuhan tinggi tanaman sekitar 49 cm. Sedangkan yang mepunyai laju pertumbuhan tinggi tanaman paling sedikit adalah varietas A1 pada saat ke  42 (hst) yaitu sekitar 6,5 cm.
3.2 Pengaamatan Jumlah Daun
3.2.1 Hasil Pengamtan
Tabel pengamatan jumlah daun
Varietas
Pengamatan (HST)
21
28
35
42
A1
12
22
23
24,5
A2
10
20,5
27
44,5
B1
5,5
12,5
29
61
B2
4,5
13,5
39
42,5
C1
3,5
7
13,5
23,5
C2
3,5
9,5
19
21,5

Pengamatan jumlah daun tanaman  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Varietas C2

3.2.2 Pembahasan
Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua. selain itu daun bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabang-cabang, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Cahyono, 2006). Pada tabel diatas dapat kita lihat parameter yang telah diamati mengenai jumlah daun dan yang paling menunjukan peningkatan jumlah daun adalah varietas B2 pada saat ke 35 (hst) dengan peningkatan 25,5  jumlah daun. Pengamatan varietas B1  pada saat ke 42 (hst) yang menunjukan paling banyak peningkatan jumlah daun dengan jumlah 32 daun. Sedangkan yang paling rendah peningkatannya pada saat ke 35 (hst) yaitu varietas A1 dengan 1 jumlah daun.
3.3 Pengamatan Jumlah Cabang
3.3.1  Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan jumlah cabang.
Varietas
Pengamatan (HST)
21
28
35
42
A1
4
4
4,5
6
A2
4
4
5
6
B1
3
4
4,5
6
B2
3
4
4
5
C1
2
3
4
4
C2
3
3
4
5

Pengamatan jumlah cabang tanaman  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Varietas C2

3.3.2 Pembahasan
Mentimun merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral. Batangnya basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai daun (Rukmana, 1994). Jumlah cabang paling banyak mengalami peningkatan pada varietas A1 dn varietas B1. Varietas A1 mengalami peningkatan sebanyak 1,5 cabang pada saat ke 42 (hst) serta varietas A2 mengalami peningkatan sebanyak 1,5 cabang pada hari ke 42 (hst). Sedangkan pada varietas A1 dan A2  pada saat  ke 28 (hst) tidak mengalami peningkatan jumlah cabang.
3.4 Pengamatan Jumlah Bunga ( Tergantung Jenis Bunga)
3.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan jumlah bunga ( Tergantung jenis bunga)
Varietas
Bunga
Pengamatan (HST)
28
35
42
A1
- 
9
18
1
13
25
A2
1
13
26
- 
4
16
B1
3
20
32
- 
3
15
B2
6
6
20
- 
8
22
C1
- 
1
13
- 
2
14
C2
- 
6
22
- 
7
25

Pengamatan jumlah bunga tanaman  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Varietas C2

3.4.2 Pembahasan
Bunga mentimun merupakan bunga sempurna, berbentuk terompet dan berukuran 2-3 cm, terdiri dari tangkai bunga dan benang sari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah tangkai bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat (Cahyono, 2003). Umur berbunga tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga. Hal inni sesuai dengan pernyataan Wilkins (1997) bahwa cahaya dapat meningkatkan pengangkutan unsur hara dengan memasok produk-produk dari fotosintesis yang dapat merangsang pembentukan bunga, penyinaran juga dapat menyebabkan membuka dan menutupnya bunga.
Umur berbunga tanaman juga dipengaruhi oleh factor pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsure P seperti NPK. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulfatri dan Yoesuf (2007) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur P yang lebih besar akan membantu mempercepat pembentukan bunga. Dari tabel pengamatan di atas dapat diketahui bahwa varietas B1 merupakan varietas yang jumlah bunga jantannya mengalami peningkatan jumlah bunga paling banyak berjumlah 17 bunga jantan pada saat ke 35 (hst). Selanjutnya untuk bunga betina yang paling banyak mengalami peningkatan jumlah bunga adalah varietas C2 dengan 18 bunga betina pada saat ke 42 (hst). Sedangkan untuk bunga jantan yang paling sedikit mengalami peningkatan adalah varietas C1 pada saat ke 35 (hst) dengan mengalami peningkatan jumlah bunga jantan  atau berjumlah 1 serta varietas C1 yang paling sedikit mengalami peningkatan bunga betina berjumlah 2 bunga betina pada saat ke 35 (hst).
3.5 Jumlah Buah Produktif ( Membesar )
3.5.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan jumlah buah produktif ( Membesar)
Varietas
Pengamatan (HST)
35
42
A1
3
19
A2
- 
8
B1
- 
1
B2
- 
5
C1
- 
7
C2
- 
17

Pengamatan jumlah buah produktif  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Varietas C2

3.5.2 Pembahasan
Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).   Rendahnya produksi dari tanaman mentimun dikarenakan cahaya matahari yang tinggi sehingga bunga yang dihasilkan lebih banyak bunga jantan dibanding bunga betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengatakan bahwa intensitas cahaya matahari yang tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga jantan sehingga jumlah buah yang produktif tidak begitu dominan. Berdasarkan data tabel hasil pengamatan jumlah buah produktif (membesar) yang paling banyak buah produktifnya yaitu varietas A1 pada saat ke 35 (hst) sampai 42 (hst). Adapun jumlah buah yang dipatkan yaitu sebanyak 3 pada saat ke 35 (hst) dan sebanyak 19 pada saat ke 42 (hst) . Maka dapat dikatakan bahwa varietas A1 mengalami peningkatan jumlah buah sebanyak 16 buah. Lain dari pada itu yang paling sedikit mengalami peningkatan jumlah buah produktif adalah varietas B1 pada saat ke 35 (hst) sampai dengan 42 (hst) dengan peningkatan jumlah buah dari nol (0) ke satu (1).
3.6 Jumlah Buah yang Dipanen dan Bobot Segar Sisa Tanaman
3.6.1 Hasil Pengamatan
Tabel jumlah buah yang dipanen dan bobot segar sisa tanaman
Varietas
Pengamatan 51( hst)
Jumlah Buah
Bagian di Atas Tanah
A1
3
264 gram
A2
6
148 gram
B1
2
544 gram
B2
2
390 gram
C1
4
352 gram
C2
3
363 gram

Pengamatan jumlah buah yang dipanen  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Variwtas C2

Pengamatan jumlah bobot segar sisa tanaman  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Varietas C2

3.6.2 Pembahasan
 Umur panen tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan unsur hara, pupuk organik akan terurai sempurna apabila ada jarak waktu pemberian dan penanaman, sehingga unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2005) bahwa pupuk organik akan terurai sempurna 1-2 bulan sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Umur panen juga sangat dipengaruhi oleh faktor iklim terutama curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan memperlambat proses pematangan buah. Berdasarkan tabel pengamatan jumlah buah yang dipanen yang paling banyak menghasilkan buah yaitu varietas A2 sebanyak 6 jumlah buah yang dipanen. Lalu untuk bobot segar sisa tanaman atau bagian yang ada diatas tanah yang mempunyai bobot segar sisa tanaman paling berat bobotnya yaitu varietas B2 dengan bobot 390 gram. Sedangkan untuk varietas yang mmepunyai bobot segar sisa tanaman atau bagian diatas tanah paling ringan bobotnya yaitu varietas A2 dengan bobot 148 gram. Selanjutnya untuk varietas tanaman yang mempunyai jumlah buah yang dipanen paling sedikit adalah varietas B1 dan B2 dengan jumlah buah yang di panen masing-masing sebanyak 2 buah baik B1 maupun B2.
3.7 Karakteristik dan Bobot Segar Buah
3.7.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan karakteristik dan bobot segar buah
Varietas
Pengamatan (51 hst)

Panjang
Diameter
Bobot
Jumlah
Buah
A1
9,33 cm
6,5 cm
6,5 cm
4,5 cm
330 gram
3
A2
10,67 cm
5,5 cm
5,5 cm
5,5 cm
5 cm
5 cm
5,5 cm
677 gram
6
B1
20 cm
6,5 cm
6 cm
545 gram
2
B2
27,5 cm
6 cm
7 cm
810 gram
2
C1
18 cm
6 cm
6 cm
4,5 cm
4,5 cm
772 gram
4
C2
22,4 cm
4,5 cm
5,5 cm
5,5 cm
663 gram
3

Pengamatan bobot segar buah  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Variwtas C2



3.7.2 Pembahasan
Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Di Indonesia mentimun dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena 2001).
Tanaman mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara 20-320 C, dengan suhu optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat dari permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman mentimun, karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2003).
Kelembaban relatif udara (rh) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%, sedangkan curah hujan optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena 2001). Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik buah mentimun adapun varietas yang mempunyai karakteristik paling panjang ukuran buahnya yaitu varietas B2 dengan ukuran 27,5 cm serta untuk varietas yang mempunyai ukuran paling pendek yaitu varietas A1 dengan ukuran 18 cm. Lain daripada itu varietas yang mempunyai diameter paling besar yaitu varietas B2 dengan diameter 7 cm. Selanjutnya untuk varietas yang mempunyai bobot buah segar yang paling berat adalah varietas B2 dengan berat 810 gram dan varietas yang mempunyai bobot buah segar paling ringan adalah varietas A1 dengan bobot 330 gram.
3.8 Warna Buah Mentimun Saat Panen
3.8.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil pegamatan warna buah mentimun saat panen
Varietas
Warna Buah
Pengamatan 51 (hst)

A1

Hijau kekuningan
A2

Hijau agak kekuningan

B1

Hijau muda

B2

Hijau muda

C1

Hijau muda

C2

Hijau agak kekuningan


Pengamatan jumlah buah yang dipanen  (hst)
Varietas A1
Varietas A2
Varietas B1
Varietas B2
Varietas C1
Variwtas C2

3.8.2 Pembahasan
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan hijau keputihan sampai putih tergantung kultivar, sementara buah mentimun tua berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara 12-25 cm (Wawan 2004). Berdasarkan tabel hasil pengamatan warna buah mentimun saat panen varietas A1 mempunyai warna buah dengan warna yang hijau kekuningan itu berarti bahwa buah mentimun varietas A1 tersebut proses pemasakan atau pematangannya lebih cepat dibandingkan dengan vaiaetas A2,B1,B2,C1, dan C2. Sedangkan untuk varietas A2 dan C1 mempunyai warna buah saat panen yaitu dengan warna buah hijau agak kenkuningan artinya buah mentimun tersebut proses pemasakan atau pematangannnya lebih lambat dibandingkan dengan varietas A1. Lalu varietas B1,B2 dan C1 mempunyai warna buah mentimun pada saat panen yaitu berwarna hijau muda berarti buah mentimun tersebut dikatakan masih muda atau dapat juga dikatakan buah metimun tersebut proses pemasaknnya lebih lambat dibandingkan dengan varietas A2,C1 dan A1.


BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·         Penggunaan pupuk kandang sangat penting dalam budidaya mentimun karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
·         Penggunaan pupuk NPK juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun dimana unsur N akan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman sedangkan unsur P akan membantu dalam pembentukan bunga dan buah (generatif) tanaman. Keseimbangan penggunaan pupuk juga sangat mempengaruhi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman mentimun.
·         Faktor lain yang tidak kalah penting dalam budidaya mentimun adalah pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan, pemangkasan cabang-cabang yang kurang produktif serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
3.2 Saran
·         Dari hasil praktikum ini disarankan penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang guna memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
·         Disarankan juga penggunaan pupuk yang tepat agar adanya keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif.











DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soenaryono, H. 1989. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di
            Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Soewito, D. S. 1990. Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Mentimun. CV
            Titik Terang. Jakarta.
Dwijoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Harjowigeno, 1987. Ilmu Tanah. PT Milton Putra. Jakarta.
Kerta Saputra dan M. suteja. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Reneka Cipta.Jakarta.
Lingga, B. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 1 dan 19.
Harjadi, S, 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar