BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman
mentimun (Cucumis sativus L.) berasal dari bagian utara India kemudian
masuk ke Cina pada tahun 1882 De Condole memasukkan tanaman ini ke daftar
tanaman asli India. Pada akhirnya tanaman ini menyebar ke seluruh dunia
terutama di daerah tropika. Tanaman mentimun merupakan komoditas sayuran yang
mulai memasuki pasaran ekspor, sebagai sayuran dalam bentuk buah segar.
Penyebaran dan produksi mentimun di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat.
Tanaman
mentimun dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun di
Indonesia kebanyakan di tanam di dataran rendah. Berbagai jenis lahan sawah,
tegalan, dan lahan gambut dapat ditanami tanaman ini. Selain itu, mentimun juga
dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija atau sayuran
lainnya. Jenis sayuran ini juga dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun
tumpang gilir. Pada dasarnya tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di
hampir semua jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada
tanah yang bertekstur berat dan juga pada tanah organik seperti gambut dapat
diusahakan sebagai tempat budidaya mentimun. Peningkatan produksi mentimun
dapat dipacu dengan usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi harus
dilakukan secara terpadu. Pengembangan budidaya mentimun mempunyi penting dan
sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup petani, penyediaan
bahan pangan bergizi, serta perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai
satu komoditas ekspor non migas dari sector pertanian.
Mentimun
umumnya sangat digemari oleh masyarakat dan dikonsumsi dalam bentuk lalapan,
sari buah, asinan, acar, dan lain-lain. Nilai gizi mentimun cukup baik karena
sayuran buah ini mengandung mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g
mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, o,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg
fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, natirum 5,00 mg, niacin
0.10 mg, abu 0,40 mg, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan
0,2 IU vitamin B2. Di samping itu, buah mentimun juga dapat digunakan sebagai
obat-obatan tradisional seperti untuk sakit tenggorokan dan panas dalam,
sebagai bahan industri terutama di bidang kosmetik untuk dijadikan pencuci
muka.
Pada
umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok
untuk ditanami mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas
yang baik, tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur dan gembur, kaya akan
bahan organik, tidak tergenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran terhadap pH 5,5
batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan
terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu basa tanaman akan terserang
penyakit klorosis (Rukmana, 1994).
Produksi
mentimun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha,
padahal produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha. Budidaya tanaman
mentimun dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan,
pada umumnya tanaman mentimun ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek,
2006).
Masalah
utama yang sering dihadapi dalam budidaya mentimun adalah karena tanaman
mentimun lebih dominan menghasilkan bunga jantan dibandingkan dengan bunga
betina sehingga produksinya tidak maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka perlu dilakukan pemupukan yang berimbang, dan pemangkasan untuk merangsang
terbentuknya hormon terutama auxin dan giberilin yang dapat merangsang
terbentuknya bunga betina, serta penggunaan zat perangsang tumbuh sintetis yang
dapat merangsang pembentukan bunga betina lebih banyak.
Penggunaan
pupuk NPK juga dapat membantu pertumbuhan tanaman mentimun dimana N akan
membantu pertumbuhan vegetatif tanaman sedangkan unsur P akan membantu dalam
pembentukan buah (generatif) tanaman. Keseimbangan pemupukan akan memberikan
keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Kandungan bahan organik didalam tanah semakin lama
semakin berkurang sehingga sangat dianjurkan penggunaan pupuk organik. Bahan
organik tanah meliputi semua lapisan tanaman dan sisa hewan. Bahan
organik secara umum berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Salah satu bahan organik yang sering digunakan petani yaitu pupuk kandang.
Penggunaan pupuk kandang sangat penting terutama dalam memperbaiki struktur dan
tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
1.2
Tujuan
·
Untuk mengetahui cara budidaya tanaman
mentimun dan mengkarakterisasi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
BAB II
METODOLOGI
2.1
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Jln. Pulau Moyo No. 25 X, Pedungan,
Denpasar Sel., Kota Denpasar, Bali. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6
Oktober 2017 sampai dengan 27 November 2017.
2.2
Alat dan Bahan
2.2.1
Bahan
·
Benih mentimun
·
Pupuk kandang
·
Pupuk A dan B Mix
·
Polybag berjumlah 6 buah
2.2.2
Alat
·
Cangkul
·
Bambu lanjaran ( P = 120 cm, L = 40 cm
dan diameter bambu = 5 cm)
·
Kamera
·
Alat tulis
·
Timbangan
2.3
Cara pelaksanaan praktikum
2.3.1
Persiapan Media Tanam
Mengambil
tanah dan menuangkannnya ke polybag sesuai dengan ukuran polybag dengan perbandingan
5:1. 5 kg/polybag tanah dengan 1 kg/polybag pupuk kandang. Setiap polybag
berisi tanah 5 kg tanah. Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang 1
kg/polybag untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta mengaktifkan
mikroorganisme tanah.
2.3.3
Penanaman
Penanaman
benih dilakukan setelah pupuk kandang ( kotoran sapi) sudah tercampur merata di
dalam polybag, pada saat 0 hari tanam dengan menggunakan benih yang varietasnya
berbeda dan melabeli polybag dengan peberian nama (sampel) A1,A2,B1,B2 serta C1,C2.
2.3.4
Pemeliharaan Tanaman
2.3.4.1
Pemupukan
Pemupukan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari. Dengan menggunakan pupuk A
dan B Mix. Pemupukan dilakukan dengan pupuk A dan B Mik per tanaman dicampur
dengan air di wadah ( aqua gelas) 240 ml. Pemupukan dilakukan dengan cara menuangkan
pupuk yaang sudah tercampur di aqua gelas (240 ml) per polybag. Lalu penyiraman
dilanjutkan pada saat ke 21 (hst) sampai dengan 42 (hst).
2.3.4.2
Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan
dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pada awal menanam benih lalu
dilanjutkan pada saat ke 14 (hst),21 (hst) sampai dengan 42 (hst).
2.3.4.3
Pemberian Lanjaran
Tanaman
mentimun merupakan tanaman bersifat menjalar, maka untuk membantu pertumbuhannya
dapat diberikan lanjaran sepanjang 120 cm dengan lebar 40 cm, fungsinya untuk
merambatkan tanaman sehingga mempermudah pemeliharaan dan juga sebagai tempat
penompang letak buah.
2.3.4.4
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma yang tumbuh tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan
mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman dan disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
2.3.4.5 Menghitung
Jumlah Bunga, Tinggi Tanaman, Cabang, Daun, Buah Produktif, Serta Berat Buah
Jumlah
berbunga (hari setelah tanam). Berbunga dapat dihitung setelah munculnya bunga
mencapai 50 % dari total populasi, dengan cara mencatat jumlah bunga jantan
maupun bunga betina pada saat ke 28 (hst) sampai 42 (hst). Pencatatan jumlah
daun dihitung berdasarkan jumlah daun setiap kali pengamatan pada saat ke 21
(hst) sampai 42 (hst). Pencatatan jumlah cabang dihitung berdasarkan banyaknya
cabang yang terletak disetiap buku batang setiap kali pengamatan pada saat ke 21 (hst)
sampai 42 (hst). Pencatatan tinggi tanaman dihitung berdasarkan tinggi tanaman
setiap kali pengamatan pada saat ke 21 (hst) sampai 42 (hst). Umur panen dapat
dihitung mulai dari saat tanam sampai dilakukan panen pertama pada saat ke (51
hst). Pengamatan jumlah buah produktif dilakukan dengan menghitung banyaknya
buah produktif pada saat ke 35 (hst) sampai 42 (hst). Penimbangan berat buah
(g) dilakukan dengan cara menimbang buah yang dipanen dari masing-masing tanaman
dengan menggunakan timbangan pada saat ke 51 (hst).
2.3.4.6
Panen
Panen
dilakukan pada saat tanaman berumur 51 hari setelah tanam. kriteria buah yang
dapat di panen adalah buah telah mencapai ukuran maksimal dan masih terlihat
duri-duri halus yang menempel pada buah. Panen buah mentimun dilakukan dengan
cara memotong tangkai buah menggunakan pisau agar tidak merusak tanaman.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Pengamatan Tinggi Tanaman
3.1.1
Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan tinggi tanaman mentimun
Varietas
|
Pengamatan (HST)
|
||||
21
|
28
|
35
|
42
|
||
A1
|
21,5 cm
|
57 cm
|
72 cm
|
78,5 cm
|
|
A2
|
25 cm
|
63,5 cm
|
81,5 cm
|
99 cm
|
|
B1
|
39,5 cm
|
83 cm
|
88 cm
|
100,5 cm
|
|
B2
|
30 cm
|
79 cm
|
88,5cm
|
113 cm
|
|
C1
|
15,5 cm
|
28 cm
|
60,5 cm
|
88,5 cm
|
|
C2
|
18,5 cm
|
41,5 cm
|
82 cm
|
89 cm
|
|
Pengamatan jumlah tinggi tanaman (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Varietas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.1.2 Pembahasan
Akar Tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut.
Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman sekitar 20 cm,
sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal dan dangkal. Tanaman
mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa
mencapai 1,5 m dan umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun
mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur
mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila
menyentuh galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah
melekat kuat pada galah/ajir (Sunarjono, 2007).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mentimun antara
lain kekeringan yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan, kurangnya
pemeliharaan, pengaruh pemupukan, cuaca dan iklim, hama, gulma dan penyakit
pada tanaman sehingga bias menjadikan tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, varietas B1 dan B2 sangat terlihat
bahwa mempunyai laju perumbuhan vegetatif yang lebih dominan dibandingkan
dengan varietas A1,A2,C1 dan C2. Dimana varietas B1 pada saat ke 28 (hst) yaitu
mempunyai laju pertumbuhan tinggi tanaman sekitar 43,5 cm serta B2 pada saat ke
28 (hst) mempunyai laju pertumbuhan tinggi tanaman sekitar 49 cm. Sedangkan
yang mepunyai laju pertumbuhan tinggi tanaman paling sedikit adalah varietas A1
pada saat ke 42 (hst) yaitu sekitar 6,5
cm.
3.2
Pengaamatan Jumlah Daun
3.2.1 Hasil Pengamtan
Tabel
pengamatan jumlah daun
Varietas
|
Pengamatan (HST)
|
||||
21
|
28
|
35
|
42
|
||
A1
|
12
|
22
|
23
|
24,5
|
|
A2
|
10
|
20,5
|
27
|
44,5
|
|
B1
|
5,5
|
12,5
|
29
|
61
|
|
B2
|
4,5
|
13,5
|
39
|
42,5
|
|
C1
|
3,5
|
7
|
13,5
|
23,5
|
|
C2
|
3,5
|
9,5
|
19
|
21,5
|
|
Pengamatan jumlah daun tanaman (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Varietas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.2.2 Pembahasan
Daun mentimun berbentuk bulat
dengan ujung daun runcing berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua.
selain itu daun bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip
dan bercabang-cabang, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling
antara satu daun dengan daun diatasnya (Cahyono, 2006). Pada tabel diatas dapat
kita lihat parameter yang telah diamati mengenai jumlah daun dan yang paling
menunjukan peningkatan jumlah daun adalah varietas B2 pada saat ke 35 (hst) dengan
peningkatan 25,5 jumlah daun. Pengamatan
varietas B1 pada saat ke 42 (hst) yang
menunjukan paling banyak peningkatan jumlah daun dengan jumlah 32 daun. Sedangkan
yang paling rendah peningkatannya pada saat ke 35 (hst) yaitu varietas A1
dengan 1 jumlah daun.
3.3 Pengamatan Jumlah Cabang
3.3.1 Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan jumlah cabang.
Varietas
|
Pengamatan (HST)
|
||||
21
|
28
|
35
|
42
|
||
A1
|
4
|
4
|
4,5
|
6
|
|
A2
|
4
|
4
|
5
|
6
|
|
B1
|
3
|
4
|
4,5
|
6
|
|
B2
|
3
|
4
|
4
|
5
|
|
C1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
|
C2
|
3
|
3
|
4
|
5
|
|
Pengamatan jumlah cabang tanaman (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Varietas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.3.2
Pembahasan
Mentimun merupakan tanaman semusim (annual) yang
bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk
pilin spiral. Batangnya basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman
dapat mencapai 50-250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai
daun (Rukmana, 1994). Jumlah cabang paling banyak mengalami peningkatan pada
varietas A1 dn varietas B1. Varietas A1 mengalami peningkatan sebanyak 1,5
cabang pada saat ke 42 (hst) serta varietas A2 mengalami peningkatan sebanyak
1,5 cabang pada hari ke 42 (hst). Sedangkan pada varietas A1 dan A2 pada saat
ke 28 (hst) tidak mengalami peningkatan jumlah cabang.
3.4
Pengamatan Jumlah Bunga ( Tergantung Jenis Bunga)
3.4.1
Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan jumlah bunga ( Tergantung
jenis bunga)
Varietas
|
Bunga
|
Pengamatan (HST)
|
||
28
|
35
|
42
|
||
A1
|
♂
|
-
|
9
|
18
|
♀
|
1
|
13
|
25
|
|
A2
|
♂
|
1
|
13
|
26
|
♀
|
-
|
4
|
16
|
|
B1
|
♂
|
3
|
20
|
32
|
♀
|
-
|
3
|
15
|
|
B2
|
♂
|
6
|
6
|
20
|
♀
|
-
|
8
|
22
|
|
C1
|
♂
|
-
|
1
|
13
|
♀
|
-
|
2
|
14
|
|
C2
|
♂
|
-
|
6
|
22
|
♀
|
-
|
7
|
25
|
Pengamatan jumlah bunga tanaman (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Varietas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.4.2
Pembahasan
Bunga
mentimun merupakan bunga sempurna, berbentuk terompet dan berukuran 2-3 cm,
terdiri dari tangkai bunga dan benang sari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah,
berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah tangkai bunga.
Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat
(Cahyono, 2003). Umur berbunga tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor genetis
dan faktor lingkungan. Faktor intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh
terhadap proses pembentukan bunga. Hal inni sesuai dengan pernyataan Wilkins
(1997) bahwa cahaya dapat meningkatkan pengangkutan unsur hara dengan memasok
produk-produk dari fotosintesis yang dapat merangsang pembentukan bunga,
penyinaran juga dapat menyebabkan membuka dan menutupnya bunga.
Umur berbunga tanaman juga dipengaruhi oleh factor
pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsure P seperti NPK. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Zulfatri dan Yoesuf (2007) yang menyatakan bahwa ketersediaan
unsur P yang lebih besar akan membantu mempercepat pembentukan bunga. Dari
tabel pengamatan di atas dapat diketahui bahwa varietas B1 merupakan varietas
yang jumlah bunga jantannya mengalami peningkatan jumlah bunga paling banyak
berjumlah 17 bunga jantan pada saat ke 35 (hst). Selanjutnya untuk bunga betina
yang paling banyak mengalami peningkatan jumlah bunga adalah varietas C2 dengan
18 bunga betina pada saat ke 42 (hst). Sedangkan untuk bunga jantan yang paling
sedikit mengalami peningkatan adalah varietas C1 pada saat ke 35 (hst) dengan
mengalami peningkatan jumlah bunga jantan
atau berjumlah 1 serta varietas C1 yang paling sedikit mengalami
peningkatan bunga betina berjumlah 2 bunga betina pada saat ke 35 (hst).
3.5
Jumlah Buah Produktif ( Membesar )
3.5.1
Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan
jumlah buah produktif ( Membesar)
Varietas
|
Pengamatan (HST)
|
||
35
|
42
|
||
A1
|
3
|
19
|
|
A2
|
-
|
8
|
|
B1
|
-
|
1
|
|
B2
|
-
|
5
|
|
C1
|
-
|
7
|
|
C2
|
-
|
17
|
|
Pengamatan jumlah buah produktif (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Varietas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.5.2
Pembahasan
Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong
(oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada
ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini
dapat digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003). Rendahnya
produksi dari tanaman mentimun dikarenakan cahaya matahari yang tinggi sehingga
bunga yang dihasilkan lebih banyak bunga jantan dibanding bunga betina. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengatakan bahwa intensitas cahaya
matahari yang tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga
jantan sehingga jumlah buah yang produktif tidak begitu dominan. Berdasarkan
data tabel hasil pengamatan jumlah buah produktif (membesar) yang paling banyak
buah produktifnya yaitu varietas A1 pada saat ke 35 (hst) sampai 42 (hst).
Adapun jumlah buah yang dipatkan yaitu sebanyak 3 pada saat ke 35 (hst) dan
sebanyak 19 pada saat ke 42 (hst) . Maka dapat dikatakan bahwa varietas A1
mengalami peningkatan jumlah buah sebanyak 16 buah. Lain dari pada itu yang paling
sedikit mengalami peningkatan jumlah buah produktif adalah varietas B1 pada
saat ke 35 (hst) sampai dengan 42 (hst) dengan peningkatan jumlah buah dari nol
(0) ke satu (1).
3.6
Jumlah Buah yang Dipanen dan Bobot Segar Sisa Tanaman
3.6.1
Hasil Pengamatan
Tabel jumlah buah yang dipanen dan bobot segar sisa tanaman
Varietas
|
Pengamatan 51( hst)
|
||
Jumlah Buah
|
Bagian di Atas Tanah
|
||
A1
|
3
|
264 gram
|
|
A2
|
6
|
148 gram
|
|
B1
|
2
|
544 gram
|
|
B2
|
2
|
390 gram
|
|
C1
|
4
|
352 gram
|
|
C2
|
3
|
363 gram
|
|
Pengamatan jumlah buah yang
dipanen (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Variwtas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
Pengamatan jumlah bobot segar sisa
tanaman (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Varietas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.6.2
Pembahasan
Umur panen tanaman
mentimun dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan unsur hara, pupuk organik akan
terurai sempurna apabila ada jarak waktu pemberian dan penanaman, sehingga
unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Novizan (2005) bahwa pupuk organik akan terurai sempurna 1-2 bulan sehingga
menjadi tersedia bagi tanaman. Umur panen juga sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim terutama curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan memperlambat proses
pematangan buah. Berdasarkan tabel pengamatan jumlah buah yang dipanen yang
paling banyak menghasilkan buah yaitu varietas A2 sebanyak 6 jumlah buah yang
dipanen. Lalu untuk bobot segar sisa tanaman atau bagian yang ada diatas tanah
yang mempunyai bobot segar sisa tanaman paling berat bobotnya yaitu varietas B2
dengan bobot 390 gram. Sedangkan untuk varietas yang mmepunyai bobot segar sisa
tanaman atau bagian diatas tanah paling ringan bobotnya yaitu varietas A2
dengan bobot 148 gram. Selanjutnya untuk varietas tanaman yang mempunyai jumlah
buah yang dipanen paling sedikit adalah varietas B1 dan B2 dengan jumlah buah
yang di panen masing-masing sebanyak 2 buah baik B1 maupun B2.
3.7
Karakteristik dan Bobot Segar Buah
3.7.1
Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan karakteristik dan bobot segar
buah
Varietas
|
Pengamatan (51 hst)
|
|
|||||||
Panjang
|
Diameter
|
Bobot
|
Jumlah
Buah
|
||||||
A1
|
9,33 cm
|
6,5 cm
|
6,5 cm
|
4,5 cm
|
330 gram
|
3
|
|||
A2
|
10,67 cm
|
5,5 cm
|
5,5 cm
|
5,5 cm
|
5 cm
|
5 cm
|
5,5 cm
|
677 gram
|
6
|
B1
|
20 cm
|
6,5 cm
|
6 cm
|
545 gram
|
2
|
||||
B2
|
27,5 cm
|
6 cm
|
7 cm
|
810 gram
|
2
|
||||
C1
|
18 cm
|
6 cm
|
6 cm
|
4,5 cm
|
4,5 cm
|
772 gram
|
4
|
||
C2
|
22,4 cm
|
4,5 cm
|
5,5 cm
|
5,5 cm
|
663 gram
|
3
|
|||
Pengamatan bobot segar buah (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Variwtas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.7.2
Pembahasan
Tanaman
mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Di
Indonesia mentimun dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu
sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena 2001).
Tanaman
mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara
20-320 C, dengan suhu optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di
Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat dari
permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman
mentimun, karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika
pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2003).
Kelembaban relatif udara (rh) yang dikehendaki oleh
tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%, sedangkan curah hujan
optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak
baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai berbunga
karena curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena 2001).
Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik buah mentimun adapun varietas yang
mempunyai karakteristik paling panjang ukuran buahnya yaitu varietas B2 dengan
ukuran 27,5 cm serta untuk varietas yang mempunyai ukuran paling pendek yaitu
varietas A1 dengan ukuran 18 cm. Lain daripada itu varietas yang mempunyai
diameter paling besar yaitu varietas B2 dengan diameter 7 cm. Selanjutnya untuk
varietas yang mempunyai bobot buah segar yang paling berat adalah varietas B2
dengan berat 810 gram dan varietas yang mempunyai bobot buah segar paling ringan
adalah varietas A1 dengan bobot 330 gram.
3.8
Warna Buah Mentimun Saat Panen
3.8.1
Hasil Pengamatan
Tabel hasil pegamatan
warna buah mentimun saat panen
Varietas
|
Warna Buah
|
Pengamatan 51
(hst)
|
A1
|
Hijau
kekuningan
|
|
A2
|
Hijau agak
kekuningan
|
|
B1
|
Hijau muda
|
|
B2
|
Hijau muda
|
|
C1
|
Hijau muda
|
|
C2
|
Hijau agak
kekuningan
|
Pengamatan jumlah buah yang
dipanen (hst)
|
||
Varietas A1
|
Varietas A2
|
Varietas B1
|
![]() |
![]() |
![]() |
Varietas B2
|
Varietas C1
|
Variwtas C2
|
![]() |
![]() |
![]() |
3.8.2
Pembahasan
Buah mentimun muda
berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan hijau keputihan sampai
putih tergantung kultivar, sementara buah mentimun tua berwarna coklat, coklat
tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara 12-25 cm (Wawan 2004).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan warna buah mentimun saat panen varietas A1
mempunyai warna buah dengan warna yang hijau kekuningan itu berarti bahwa buah
mentimun varietas A1 tersebut proses pemasakan atau pematangannya lebih cepat
dibandingkan dengan vaiaetas A2,B1,B2,C1, dan C2. Sedangkan untuk varietas A2
dan C1 mempunyai warna buah saat panen yaitu dengan warna buah hijau agak
kenkuningan artinya buah mentimun tersebut proses pemasakan atau pematangannnya
lebih lambat dibandingkan dengan varietas A1. Lalu varietas B1,B2 dan C1 mempunyai
warna buah mentimun pada saat panen yaitu berwarna hijau muda berarti buah
mentimun tersebut dikatakan masih muda atau dapat juga dikatakan buah metimun
tersebut proses pemasaknnya lebih lambat dibandingkan dengan varietas A2,C1 dan
A1.
BAB
IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Penggunaan pupuk kandang sangat penting
dalam budidaya mentimun karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah,
aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
·
Penggunaan pupuk NPK juga sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun dimana unsur N
akan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman sedangkan unsur P akan membantu
dalam pembentukan bunga dan buah (generatif) tanaman. Keseimbangan penggunaan
pupuk juga sangat mempengaruhi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman mentimun.
·
Faktor lain yang tidak kalah penting
dalam budidaya mentimun adalah pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan,
pemangkasan cabang-cabang yang kurang produktif serta pengendalian hama dan
penyakit secara terpadu.
3.2 Saran
·
Dari hasil praktikum ini disarankan
penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang guna memperbaiki struktur dan
tekstur tanah.
·
Disarankan juga penggunaan pupuk yang
tepat agar adanya keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif.
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, R. 1994.
Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soenaryono, H.
1989. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di
Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Soewito, D. S.
1990. Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Mentimun. CV
Titik Terang. Jakarta.
Dwijoseputro, D. 1985.
Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Harjowigeno, 1987. Ilmu
Tanah. PT Milton Putra. Jakarta.
Kerta Saputra dan M.
suteja. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Reneka Cipta.Jakarta.
Lingga, B. 1992.
Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumpena, U. 2001.
Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 1 dan 19.
Harjadi, S, 1996.
Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk
Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar