BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan
pangan di Indonesia memang cukup besar, salah satunya adalah buah terung yang
dikonsumsi sebagai sayur. Terung sudah cukup populer di Indonesia. Hampir semua
kalangan dari berbagai daerah di Indonesia mengkonsumsi buah ini. Dari catatan
sejarah, daerah/Negara sebagai asal tanaman terung terletak di Asia, yakni
India dan Birma. Menurut penelitian, sejak ratusan tahun lalu, terung mulanya
hanya tumbuh liar. Namun kemudian setelah diketahui rasanya enak dan bermanfaat
terung kemudian dibudidayakan di daerah tersebut. Di Afrika juga
ditemukan plasma nutfah (sumber genetik) tanaman terung. Salah
satunya adalah engkol (solanum marcrocarpon). Jadi hakikatnya, tanaman terung
merupakan tanaman asli daerah tropis.Namun ada tigal hal yang membuat budidaya
terung kurang berkembang yaitu benihnya masih banyak diimpor dari luar nengeri
yang daya kecambahnya kurang dan harganya mahal, masih ada beberapa
varietas yang kurang tahan panas dan semua varietas banyak diserang hama busuk
buah.
Terung
(Solanum melongena L) termasuk suku Solanaceae dan termasuk tanaman
setahun yang berbentuk perdu. Buahnya beraneka ragam bentuk dan warnanya. Kulit
buah liat tapi kalau digigit renyah. Kebanyakan buahnya tunggal walaupun
bunganya terdapat dalam satu tandan tetapi yang dapat menjadi buah hanya satu,
bunga berbentuk terompet dengan bentuk biji gepeng. Tanaman terung dapat
ditanam dimana saja mulai dari dataran rendahsampai dataran tinggi.
Perawatannya mudah, bahkan lebih mudah dari tanaman tomat karena lebih tahan
terhadap penyakit layu dan tahan terhadap banyaknya hujan. Tanam terung yang
baik adalah pada awal musim kemarau atau pada musim hujan.
1.2
Tujuan Praktikum
Untuk
mengetahui bagaimana cara dalam budidaya tanaman terong ungu dari pengolahan
tanah, pemasangan mulsa, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, serta pemasaran
hasil terong tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Budidaya Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
Tanaman
terung berbentuk perdu. Tanaman ini berakar tunggang dengan akar samping yang
dangkal. Batangnya bercabang banyak dan berbulu agak kasar. Batangnya agak
keras dan lebih keras dari batang tomat. Terung termasuk tanaman sayuran
dataran rendah semusim. Terung berbunga sempurna dengan benang sarinya tidak
berlekatan (lepas). Jumlah bunga terung dalam satu tandan banyak. Umumnya bunga
berwarna ungu, tetapi ada pula berwarna putih. Sementara buahnya tunggal,
tetapi ada pula varietas terung yang buahnya antara 2-3 setiap
tandan. Bentuk buahnya beraneka ragam, diantaranya bulat, lonjong, atau bulat
panjang. Warna buahnya ungu, tetapi ada pula yang warnanya putih dan hijau
bergaris putih. Setelah tua, buah berwarna kekuningan dan berbiji banyak.
Daging
buah terung kenyal, tidak berair seperti tomat. Di dalamnya mengandung vitamin
A, vitamin B, dan vitamin C. Kulit buahnya liat, tetapi bila digigit terasa
renyah. Terung (Solanum melongena L.) termasuk famili Solanaceae.
Ada beberapa jenis terung yang dikenal, diantaranya ialah terung kopek, terung
craigi, terung bogor, dan terung gelatik.
Terung
kopek buahnya bulat panjang dengan ujungnya tumbul. Warnanya ada yang ungu dan
ada pula yang hijau keputih-putihan. Varietasnya terdiri dari imperial, dusky,
dan florida market. Buah terung craigi bulat panjang dengan ujung runcing dan
warnanya ungu. Bentuk buahnya ada yang lurus dan ada yang bengkok. Varietasnya
ialah melionaire, black shine, dan kurunme. Buah terung bogor bulat besar,
berwarna putih dan hijau keputih-putihan. Rasanya renyah aga gentir. Contoh
varietasnya ialah easter (putih) dan bogor (hijau). Terung gelatik buahnya
seperti terung bogor, tetapi lebih kecil. Warnanya ungu atau putih
keungu-unguan rasanya renyah, tetapi tidak getir.Varietasnya ialah Black beauty
dan Black bell.
Tanaman
terung yang mempunyai nama latin Solanum melongena adalah tanaman setahun
yang termasuk kedalam tanaman perdu. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai
tinggi 60-100 cm, berdaun lebar berbentuk telinga serta bunga berwarna ungu.
Tanaman ini sangat mudah untuk dikembangbiakan karena dapattumbuh didaerah
dataran rendah hingga dataran tinggi berkisar 1200 meter diatas permukaan laut.
Terong
memiliki sistem perakaran tunggang hal ini dapat dilihat dengan jelas dimana
bagain-bagian batang akar, cabang akar, serabut akar dan rambut-rambut akar.
Terong dikatakan akar tunggang karena pada terong akar primernrnya tumbuh terus
menjadi akar pokok , pada akar ini kemudian tumbuh caang-cabang dan serabut
akar dan batang terong bercabang banyak dan berbulu agak kasar, batangnya agak
keras dan kekar. Tanaman terong berhubungan sempurna dengan benang sarinya
serta daun terong merupakan daun tidak lengkap karena tidak mempunyai upih
daun. Bangun daun ( Circum scription ) merupakan bangun bulat telur
( ovatus ). Ujung daun ( apex folii ) termasuk ujung daun
yang runcing ( acutus ) karena tepi daun di kanan kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk
suatu sudut lancip. Pangkal daun ( Basis folii ) termasuk berlekuk
( emargiratus ). Susunan tulang daun ( venation ) termasuk
ke dalam susunan tulang daun yang menyirip karena mempunyai satu ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Tepi
daun ( Margo folii ) yaitu berombak ( repandus ) karena
sinus dan angulusnya sama-sama tumpul dan jika dilihat dari torehan yang tidak
merdeka termasuk berlekuk menjari. Daging daun ( intervenium ) termasuk tipis
seperti selaput. Warna daun pada daun terong ( Solanum melongena )
yaitu hijau tua. Permukaan daunnya yaitu berbulu halus dan rapat
( villosus ). Jumlah bunga terong dalam satu tandang banyak. Umumnya
bunga berwarna ungu tapi adapula berwarna putih Sementara itu buah tanaman
terong tunggal. Berntuk buah beragam, diantaranya ada bulat lonjong atau bulat
panjang. Warna buahnya ungu tapi adapula yang putih dan hijau bergaris putih
setelah tua, buah berwarna kekuningan dan berbiji banyak.
Terung
dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 1000 m dpm, tetapi di dataran rendah
tumbuhnya lebih cepat. Suhu yang paling cocok untuk tanaman terung adalah 25 –
30 C dengan perbedaan sedikit antara suhu siang dan malam. Tanaman
ini tumbuh baik pada tanah-tanah lempung berpasir dengan drainase yang baik.
Sekalipun terung memerlukan suhu tinggi selama pertumbuhannya, akan tetapi juga
tahan terhadap hujan yang tinggi asalkan tanahnya tidak menjadi becek. Terung
bermasuk tanaman yan agak tanah terhadap kadar gram yangtinggi (Sutarya et al.,
1995).
Adapun pupuk yang diberikan pada saat pasca tanam hingga
tanaman berproduksi. Untuk pemberian pupuk pada tanaman sayur buah ini pertama
kali diberikan pada saat tanaman berusia 10-15 hari setelah tanam. Lalu
diulangi lagi setiap 7-30 hari sekali, cara aplikasinya cukup dengan ditabur
atau di kocor. Cara pemberian pupuk NPK Mutiara ini diberikan dengan cara
ditabur pada sekeliling batang tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari pangkal
batang. Semakin banyak usia tanaman, maka semakin lebar pula jarak pemberian
pupuk ini, agar nantinya tanaman tidak keracunan dan membusuk. Setelah itu
jangan lupa untuk menutup pupuk dengan tanah agar tidak menguap dan juga larut
pada saat musim hujan. Selain dengan cara ditabur, pemberian pupuk ini juga
bisa dilakukan dengan cara dikocor. untuk pemupukan pada hari pertama, bisa
dengan cara melarutkan 1 KG pupuk NPK Mutiara dengan 100 liter air. Lalu
dikocorkan pada tanaman dengan takaran 250 ml per batang. Untuk pengocoran ini
bisa dilakukan setiap 7-10 hari sekali.
Kondisi
tanah yang ideal untuk penanaman terung yaitu tanah yang remah, lempung berpasir,
dan cukup bahan organik. Dengan kondisi tersebut, biasanya aerasi dan
draenasinya baik, tidak mudah tergenang air. Sebenarnya terung bisa di tanam
disegala jenis tanah, asal cukup bahan organik. Keasaman (pH) tanah yang sesuai
untuk tanaman terung sekitar 6,0-6 ,5 (Pracaya, 2006).
Tanaman
terung merupakan tanaman daerah beriklim panas. Pada saat pertumbuhan dan
pembentukan buah memerlukan cuaca panas, temperatur optimum untuk pembungaan
berkisar antara 22 - 30 ̊ C. Pertumbuhan akan terhenti pada temperatur dibawah
17 ̊ C. Pada temperatur dibawah 17 ̊ C terjadi kemandulan tepung sari. Terung
tumbuh baik pada tanah ringan maupun yang berlempung. Tanaman ini tidak tahan
genangan sehingga memperluas drainase yang baik. Warna kulit buah kurang
menarik apabila terjadi kekurangan air ( Ashari, 1995).
2.2
Peranan Mulsa Plastik
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga
membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum
dalam produksi tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, baik di
negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama
penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang
dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang
sangat tinggi (Lamont 1993). Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa
plastik hitam perak, dalam produksi sayuran yang bernilai ekonomis tinggi
seperti cabai, tomat, terong, semangka, melon dan mentimun, semakin hari
semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen
terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini
memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu
menutupi biaya awal yang dikeluarkan.
Adapun keuntungan dengan adanya pemberian mulsa pada tanaman yaitu melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan
serta mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah, menekan
pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga kerja
untuk penyiangan, membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan
sehingga mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban
tanah menjadi lebih efisien, dan tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan
jumlah tenaga kerja / biaya rendah.
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat
terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi
dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan
gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya
produksi tanaman budidaya. Adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energy
air hujan akan ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah
tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa dapat
digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang
menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke
tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air
ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi
inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah
terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.
Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah
terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan
ditanah-tanah yang diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang
sama. Kegiatan – kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu,
tenaga, dan biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun
dengan pemulsaan dapat memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan
sekali saja yaitu sebelum saat panen. Demikain juga dengan penyiraman
perlakuannya hanya dilakukan sekali saja. Selain itu kegiatan penyiangan tidak
perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada lubang tanam atau
sekitar batang tanaman.
BAB
III
METODELOGI
PRAKTIKUM
3.1
Tempat dan Waktu Praktikum
1.
Waktu : 15 februari-9 mei 2018. Jam
16.00 wita
2.
Tempat : Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas udayana. Jln. Pualu
moyo Kel. Pedungan, Denpasar, Prov. Bali.
3.2
Bahan dan Alat Praktikum
1. Bahan : Pupuk organik 10 kg, pupuk NPK,mulsa
plastik, serta bibit terong ungu.
2.
Alat : Cangkul, gunting, ember,
plastik kantong, buku, milimeter block, serta botol plastik 250 ml.
3.3
Pelaksanaan Praktikum
1. Waktu : Pengelolaan
lahan (15 februari 2018), pemasangan mulsa (19 februari 2018), menanam bibit
terong( 22 februari 2018 ), pemeliharaan (27 februari-1 maret (2018 ),
pencatatan/penimbangan gulma (8 maret 2018), pemupukan pertama (11 maret 2018),
pemasangan anjir (18 maret 2018), pencabutan gulma kedua ( 26 april 2018),
pemupukan kedua ( 2 april 2018), pemanenan pertama (3 mei 2018), serta
pemanenan kedua ( 9 mei 2018)
2. Tempat : Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas udayana. Jln. Pualu moyo, Kel. Peduhngan, Denpasar, Prov. Bali., Serta
pengamatan di lapangan.
3.
Cara Kerja : Lahan diolah terlebih dahulu menggunakan cangkul sampai gembur
dibagi menjadi dua bedengan yaitu bedengan dengan mulsa serta tanpa mulsa dan
didiamkan 3-4 hari untuk meminimalisir racun-racun yang ada di dalam tanah,
setelah 3-4 hari campur masing-masing bedengan dengan 5 kg pupuk organik, kemudian
pasang satu bedengan menggunakan mulsa plastik, lalu setelah pemasangan mulsa
plastik dilanjutkan dengan membuat lubang tanam pada bedengan dengan tujuan
untuk menanam bibit terong. Kemudian dilakukan pemeliharaan secara rutin dan
cabut gulma-gulma yang ada di lubang tanam pada dua bedengan dengan mulsa dan
tanpa mulsa, setelah itu dilakukan pemupukan pertama dengan pupuk NPK, lalu
dilanjutkan dengan pemasangan ajir pada bedengan dengan mulsa dan tanpa mulsa
bertujuan untuk menopang tanaman terong agar tidak mudah rebah. Selanjutnya
dilakukan pemupukan kedua dengan pupuk NPK. Kemudian setelah pemupukan kedua, dilakukan
pemanenan dengan dua tahap pemanenan yaitu pemaennan pertama dan kedua dengan
selang waktu satu minggu.
3.4
Pengamatan Variabel
Tabel.
Pengamatan daun, cabang, buah, bunga, dan tinggi tanaman
Perlakuan
Mulsa
|
Variabel
Pengalaman
|
Tanaman
1
|
Tanaman
2
|
Tanaman
3
|
Jumlah variabel
pengamatan
memakai mulsa
|
Daun
|
67 lembar
|
71 lembar
|
53 lembar
|
Cabang
|
15 cabang
|
17 cabang
|
10 cabang
|
|
Buah
|
2 buah
|
5 buah
|
1 buah
|
|
Bunga
|
4 bunga
|
6 bunga
|
5 bunga
|
|
Tinggi
|
69 cm
|
84 cm
|
56 cm
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah variabel pengamatan
tidak memakai mulsa
|
Daun
|
100 lembar
|
81 lembar
|
83 lembar
|
Cabang
|
22 cabang
|
13 cabang
|
20 cabang
|
|
Buah
|
5 buah
|
5 buah
|
1buah
|
|
Bunga
|
6 bunga
|
5 bunga
|
8 bunga
|
|
Tinggi
|
73 cm
|
89 cm
|
77 cm
|
Tabel.
Pengamatan luas dau dan konstanta daun
Perlakuan
Mulsa
|
Daun
Tanaman
|
Panjang
Daun
|
Lebar
Daun
|
Luas
daun
|
Konstanta
daun
|
Tanpa
mulsa
|
1
|
21.2 cm
|
16.2 cm
|
8,672 x 21.2 x 16.2 = 2,978 cm
|
25253/ 21.2 x 16.2 = 8,672 cm
|
2
|
25 cm
|
20.2 cm
|
20.416 x 25 x 20.2 = 10,310 cm
|
25268/ 25 x 20.2 = 20.416 cm
|
|
3
|
17.5 cm
|
13.5 cm
|
13,364 x 17.5 x 13,5 = 3,157 cm
|
18621/17.5 x 13.5 = 13.364 cm
|
|
|
|
|
|
|
|
Dengan
mulsa
|
1
|
21 cm
|
16 cm
|
38,552 x 21 x 16 = 12, 953 cm
|
50600/ 21 x 16 = 38.552 cm
|
2
|
23 cm
|
17.5 cm
|
25,722 x 23 x 17,5 = 10, 353 cm
|
33807/ 23 x 17.5 =25.722 cm
|
|
3
|
24 cm
|
15.5 cm
|
18,687 x 24 x 15.5 = 6,951 cm
|
28935/ 24 x 15.5 = 18.687 cm
|
Adapun
variabel yang diamati adalah jumlah daun, cabang, buah, bunga dan tinggi
tanaman pada bedengan dengan mulsa plastiik dan bedengan tanpa mulsa plastik.
Selanjutnya pada setiap bedengan dipilih tiga tanaman yang akan dimati jumlah
daun, cabang, buah, bunga, dan tinggi tanamannya serta dipilih tiga daun pada
bedengan memakai mulsa serta tiga daun pada bedengan tanpa mulsa untuk
menghitung luas daun dan konstanta daun pada bedengan mulsa plastik. Lalu
diamati pertumbuhan gulma serta ditimbang bobot dari gulma pada bedengan tanpa
mulsa plastik.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel.
Pengamatan daun, cabang, buah, bunga, dan tinggi tanaman
Perlakuan
Mulsa
|
Variabel
Pengalaman
|
Tanaman
1
|
Tanaman
2
|
Tanaman
3
|
Jumlah variabel
pengamatan
memakai mulsa
|
Daun
|
67 lembar
|
71 lembar
|
53 lembar
|
Cabang
|
15 cabang
|
17 cabang
|
10 cabang
|
|
Buah
|
2 buah
|
5 buah
|
1 buah
|
|
Bunga
|
4 bunga
|
6 bunga
|
5 bunga
|
|
Tinggi
|
69 cm
|
84 cm
|
56 cm
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah variabel pengamatan
tidak memakai mulsa
|
Daun
|
100 lembar
|
81 lembar
|
83 lembar
|
Cabang
|
22 cabang
|
13 cabang
|
20 cabang
|
|
Buah
|
5 buah
|
5 buah
|
1buah
|
|
Bunga
|
6 bunga
|
5 bunga
|
8 bunga
|
|
Tinggi
|
73 cm
|
89 cm
|
77 cm
|
Tabel.
Pengamatan luas daun dan konstanta daun
Perlakuan
Mulsa
|
Daun
Tanaman
|
Panjang
Daun
|
Lebar
Daun
|
Luas
daun
|
Konstanta
daun
|
Tanpa
mulsa
|
1
|
21.2 cm
|
16.2 cm
|
8,672 x 21.2 x 16.2 = 2,978 cm
|
25253/ 21.2 x 16.2 = 8,672 cm
|
2
|
25 cm
|
20.2 cm
|
20.416 x 25 x 20.2 = 10,310 cm
|
25268/ 25 x 20.2 = 20.416 cm
|
|
3
|
17.5 cm
|
13.5 cm
|
13,364 x 17.5 x 13,5 = 3,157 cm
|
18621/17.5 x 13.5 = 13.364 cm
|
|
|
|
|
|
|
|
Dengan
mulsa
|
1
|
21 cm
|
16 cm
|
38,552 x 21 x 16 = 12, 953 cm
|
50600/ 21 x 16 = 38.552 cm
|
2
|
23 cm
|
17.5 cm
|
25,722 x 23 x 17,5 = 10, 353 cm
|
33807/ 23 x 17.5 =25.722 cm
|
|
3
|
24 cm
|
15.5 cm
|
18,687 x 24 x 15.5 = 6,951 cm
|
28935/ 24 x 15.5 = 18.687 cm
|
Tabel.
Hasil penjualan terong
Hasil
terong
|
Pemamenan
pertama
|
Pemanenan
kedua
|
Penjualan
pertama
|
Penjualan
kedua
|
7 kg
|
5 kg
|
Rp_42000,00
|
Rp_30.000,00
|
|
Total
|
12 kg ( terong ungu)
|
Rp_72000,00 ribu rupiah
|
4.2
Pembahasan
Adapun
jumlah variabel pengmatan tanaman dengan memakai mulsa yaitu jumlah daun pada
tanaman satu berjumlah 67 lembar, tanaman dua berjumlah 71 lembar, serta
tanaman tiga berjumlah 53 lembar, kemudian diamati cabang pada tanaman satu
berjumlah 15 cabang, cabang pada tanaman dua berjumlah 17 cabang, dan cabang
pada tanaman tiga berjumlah 10 cabang, selanjutnya diamati buah pada tanaman
satu berjumlah 2 buah, pada tanaman dua berjumlah 5 buah, dan tanaman tiga
berjumlah 1 buah. Dan dilanjutkan dengan menghitung jumlah bunga dan tinggi
tanaman. Adapun jumlah bunga yang didapatkan pada tanaman satu berjumlah 4
bunga, tanaman 2 berjumlah 6 bunga, dan pada tanaman 3 berjumlah 5 bunga,
sedangkan tingi tanaman yang didapatkan pada tanaman satu dengan tinggi 69 cm,
tanaman dua 84 cm dan tanaman tiga 56 cm.
Adapun
jumlah variabel pengmatan tanaman dengan tidak memakai mulsa yaitu jumlah daun pada
tanaman satu berjumlah 100 lembar, tanaman dua berjumlah 81 lembar, serta
tanaman tiga berjumlah 83 lembar, kemudian diamati cabang pada tanaman satu
berjumlah 22 cabang, cabang pada tanaman dua berjumlah 13 cabang, dan cabang
pada tanaman tiga berjumlah 20 cabang, selanjutnya diamati buah pada tanaman
satu berjumlah 5 buah, pada tanaman dua berjumlah 5 buah, dan tanaman tiga
berjumlah 1 buah. Dan dilanjutkan dengan menghitung jumlah bunga dan tinggi
tanaman. Adapun jumlah bunga yang didapatkan pada tanaman satu berjumlah 6
bunga, tanaman dua berjumlah 5 bunga, dan pada tanaman tiga berjumlah 8 bunga,
sedangkan tingi tanaman yang didapatkan pada tanaman satu dengan tinggi 73 cm,
tanaman dua 89 cm dan tanaman tiga 77 cm.
Dapat
dikatakan bahwa tanaman terong yang tidak memakai mulsa lebih bagus
pertumbuhannya, jika dilihat dari daun,
bunga, buah dan cabang jumlahnya lebih banyak serta jika ditinjau dari tinggi
tanamannya, tanaman terong yang tidak memakai mula lebih tinngi ukurannya
dibadingkan dengan tanaman terong memakai mulsa.
Pemanenan
buah terong dilakukan untuk mendapatkan berapa berat total buah teorong yang
dapat dipanen dan berapa hasil penjualan yang didapatkan dari pemanenan buah
teorng tersebut. Adapun berat buah terong yang didapat pada pemanenan pertama
yaitu seberat 7 kg serta pada pemanenan kedua seberat 5 kg, jadi total berat
buah terong yang dapat dipanen adalah 12 kg, kemudian buah terong tersebut
dijual dengan harga Rp_6000,00 ribu rupiah/1 kg nya. Buah terong tersebut
dijual kepada ibu-ibu rumah tangga dan pedangan lalapan serta teman-teman
kuliah. Total jumlah uang yang diapatkan dari total berat buah terong dengan
berat 12 kg adalah Rp_72000,00 ribu rupiah.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Terung
berbunga sempurna dengan benang sarinya tidak berlekatan (lepas). Jumlah bunga
terung dalam satu tandan banyak. Umumnya bunga berwarna ungu, tetapi ada pula
berwarna putih. Sementara buahnya tunggal, tetapi ada pula varietas terung yang
buahnya antara 2-3 setiap tandan. Bentuk buahnya beraneka ragam,
diantaranya bulat, lonjong, atau bulat panjang. Warna buahnya ungu, tetapi ada
pula yang warnanya putih dan hijau bergaris putih. Setelah tua, buah berwarna
kekuningan dan berbiji banyak.
Tanaman
terung merupakan tanaman daerah beriklim panas. Pada saat pertumbuhan dan
pembentukan buah memerlukan cuaca panas, temperatur optimum untuk pembungaan
berkisar antara 22 - 30 ̊ C. Pertumbuhan akan terhenti pada temperatur dibawah
17 ̊ C. Pada temperatur dibawah 17 ̊ C terjadi kemandulan tepung sari. Terung
tumbuh baik pada tanah ringan maupun yang berlempung. Tanaman ini tidak tahan
genangan sehingga memperluas drainase yang baik. Warna kulit buah kurang
menarik apabila terjadi kekurangan air ( Ashari, 1995).
Adapun pupuk yang diberikan pada saat pasca tanam hingga
tanaman berproduksi. Untuk pemberian pupuk pada tanaman sayur buah ini pertama
kali diberikan pada saat tanaman berusia 10-15 hari setelah tanam. Lalu
diulangi lagi setiap 7-30 hari sekali, cara aplikasinya cukup dengan ditabur
atau di kocor. Cara pemberian pupuk NPK Mutiara ini diberikan dengan cara
ditabur pada sekeliling batang tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari pangkal
batang
Adapun keuntungan dengan adanya pemberian mulsa pada tanaman yaitu melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan
serta mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah, menekan
pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga kerja
untuk penyiangan, membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan
sehingga mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban
tanah menjadi lebih efisien, dan tergolong teknik konservasi tanah yang
memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah.
5.2
Saran
Karena
tanaman terong ungu ini tidak terlalu memerukan perawatan yang serius maka
dapat dikatakan bahwa jika ingin membudidayakan tanaman terong ungu tidak
memerlukan input atau pupuk yang terlalu banyak dan tanaman terong ungu
merupakan tanaman yang tidak rakus akan air serta dapat tumbuh di daerah yang
cuacanya panas. Maka dapat dikatakan budidaya terong ungu dapat meminimalisir
pengeluaran biyaya dan produksinya pun maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahri Karim, Dkk. 2013. Respon Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Terung (Solanum Melongena L.) Terhadap Perlakuan Pupuk
Phonska.Kabupaten Bone Bolango.
Hendri Martinus, Dkk. 2015. Pengaruh Pupuk
Kandang Sapi Dan Pupuk Npk Mutiara Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Terung Ungu (Solanum Melongena L. ). Universitas 17 Agustus 1945.
Samarinda. Volume Xiv. Hal 214.
Herwindo. Rival 2014. Kajian Jenis Kemasan Dan
Simulasi Pengangkutan Terhadap Mutu Fisik Buah Terung (Solanum
Melongena L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pracaya, Gema Juang Kartika. 2016. Bertanam 8
Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pudji Umi Astuti, dkk. 2013. Pengaruh
Penggunaan Kombinasi Pupukdan Frekuensi Pemberian Zpt Terhadap Tanaman Terung
Ungu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Bengkulu.
Sasongko Johan. 2010. Pengaruh Macam Pupuk Npk
Dan Macam Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong Ungu (Solanum
melongena L.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sriyanto Doni, Dkk. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk
Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu Dan Terung
Hijau (Solanum Melongena L .). Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda.
Volume XIV. Hal 40.
LAMPIRAN
Gambar
Luas Daun
Daun 1 dan 2
|
Daun 3 dan 4
|
Daun 5 dan 6
|
![]() |
![]() |
![]() |
Foto Dokumentasi
Tabel.
Poto pelaksanaan praktikum
Pengolahan
lahan
|
Pemasangan
mulsa
|
Pembolongan
mulsa
|
Peletakan
bibit
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Penananaman bibit
|
Pemanenan buah terong
|
Penimbangan buah terong
|
Pengemasan buah terong
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar