Selasa, 22 Mei 2018

BUDIDAYA TANAMAN TERONG DENGAN PERLAKUAN PEMULSAAN


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pangan di Indonesia memang cukup besar, salah satunya adalah buah terung yang dikonsumsi sebagai sayur. Terung sudah cukup populer di Indonesia. Hampir semua kalangan dari berbagai daerah di Indonesia mengkonsumsi buah ini. Dari catatan sejarah, daerah/Negara sebagai asal tanaman terung terletak di Asia, yakni India dan Birma. Menurut penelitian, sejak ratusan tahun lalu, terung mulanya hanya tumbuh liar. Namun kemudian setelah diketahui rasanya enak dan bermanfaat terung kemudian dibudidayakan di daerah tersebut. Di Afrika juga ditemukan plasma nutfah (sumber genetik) tanaman terung. Salah satunya adalah engkol (solanum marcrocarpon). Jadi hakikatnya, tanaman terung merupakan tanaman asli daerah tropis.Namun ada tigal hal yang membuat budidaya terung kurang berkembang yaitu benihnya masih banyak diimpor dari luar nengeri yang daya kecambahnya kurang  dan harganya mahal, masih ada beberapa varietas yang kurang tahan panas dan semua varietas banyak diserang hama busuk buah.
Terung (Solanum melongena L) termasuk suku Solanaceae dan termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Buahnya beraneka ragam bentuk dan warnanya. Kulit buah liat tapi kalau digigit renyah. Kebanyakan buahnya tunggal walaupun bunganya terdapat dalam satu tandan tetapi yang dapat menjadi buah hanya satu, bunga berbentuk terompet dengan bentuk biji gepeng. Tanaman terung dapat ditanam dimana saja mulai dari dataran rendahsampai dataran tinggi. Perawatannya mudah, bahkan lebih mudah dari tanaman tomat karena lebih tahan terhadap penyakit layu dan tahan terhadap banyaknya hujan. Tanam terung yang baik adalah pada awal musim kemarau atau pada musim hujan.

1.2 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui bagaimana cara dalam budidaya tanaman terong ungu dari pengolahan tanah, pemasangan mulsa, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, serta pemasaran hasil terong tersebut.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
Tanaman terung berbentuk perdu. Tanaman ini berakar tunggang dengan akar samping yang dangkal. Batangnya bercabang banyak dan berbulu agak kasar. Batangnya agak keras dan lebih keras dari batang tomat. Terung termasuk tanaman sayuran dataran rendah semusim. Terung berbunga sempurna dengan benang sarinya tidak berlekatan (lepas). Jumlah bunga terung dalam satu tandan banyak. Umumnya bunga berwarna ungu, tetapi ada pula berwarna putih. Sementara buahnya tunggal, tetapi ada pula varietas terung yang buahnya antara 2-3  setiap tandan. Bentuk buahnya beraneka ragam, diantaranya bulat, lonjong, atau bulat panjang. Warna buahnya ungu, tetapi ada pula yang warnanya putih dan hijau bergaris putih. Setelah tua, buah berwarna kekuningan dan berbiji banyak.
Daging buah terung kenyal, tidak berair seperti tomat. Di dalamnya mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Kulit buahnya liat, tetapi bila digigit terasa renyah. Terung (Solanum melongena  L.) termasuk famili Solanaceae. Ada beberapa jenis terung yang dikenal, diantaranya ialah terung kopek, terung craigi, terung bogor, dan terung gelatik.
Terung kopek buahnya bulat panjang dengan ujungnya tumbul. Warnanya ada yang ungu dan ada pula yang hijau keputih-putihan. Varietasnya terdiri dari imperial, dusky, dan florida market. Buah terung craigi bulat panjang dengan ujung runcing dan warnanya ungu. Bentuk buahnya ada yang lurus dan ada yang bengkok. Varietasnya ialah melionaire, black shine, dan kurunme. Buah terung bogor bulat besar, berwarna putih dan hijau keputih-putihan. Rasanya renyah aga gentir. Contoh varietasnya ialah easter (putih) dan bogor (hijau). Terung gelatik buahnya seperti terung bogor, tetapi lebih kecil. Warnanya ungu atau putih keungu-unguan rasanya renyah, tetapi tidak getir.Varietasnya ialah Black beauty dan Black bell.
Tanaman terung yang mempunyai nama latin Solanum melongena adalah tanaman setahun yang termasuk kedalam tanaman perdu. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-100 cm, berdaun lebar berbentuk telinga serta bunga berwarna ungu. Tanaman ini sangat mudah untuk dikembangbiakan karena dapattumbuh didaerah dataran rendah hingga dataran tinggi berkisar 1200 meter diatas permukaan laut.
Terong memiliki sistem perakaran tunggang hal ini dapat dilihat dengan jelas dimana bagain-bagian batang akar, cabang akar, serabut akar dan rambut-rambut akar. Terong dikatakan akar tunggang karena pada terong akar primernrnya tumbuh terus menjadi akar pokok , pada akar ini kemudian tumbuh caang-cabang dan serabut akar dan batang terong bercabang banyak dan berbulu agak kasar, batangnya agak keras dan kekar. Tanaman terong berhubungan sempurna dengan benang sarinya serta daun terong merupakan daun tidak lengkap karena tidak mempunyai upih daun. Bangun daun ( Circum scription ) merupakan bangun bulat telur ( ovatus ). Ujung daun ( apex folii ) termasuk ujung daun yang runcing ( acutus ) karena tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pangkal daun ( Basis folii ) termasuk berlekuk ( emargiratus ). Susunan tulang daun ( venation ) termasuk ke dalam susunan tulang daun yang menyirip karena mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Tepi daun ( Margo folii ) yaitu berombak ( repandus ) karena sinus dan angulusnya sama-sama tumpul dan jika dilihat dari torehan yang tidak merdeka termasuk berlekuk menjari. Daging daun ( intervenium ) termasuk tipis seperti selaput. Warna daun pada daun terong ( Solanum melongena ) yaitu hijau tua. Permukaan daunnya yaitu berbulu halus dan rapat ( villosus ). Jumlah bunga terong dalam satu tandang banyak. Umumnya bunga berwarna ungu tapi adapula berwarna putih Sementara itu buah tanaman terong tunggal. Berntuk buah beragam, diantaranya ada bulat lonjong atau bulat panjang. Warna buahnya ungu tapi adapula yang putih dan hijau bergaris putih setelah tua, buah berwarna kekuningan dan berbiji banyak.
Terung dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 1000 m dpm, tetapi di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat. Suhu yang paling cocok untuk tanaman terung adalah 25 – 30  C dengan perbedaan sedikit antara suhu siang dan malam. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah-tanah lempung berpasir dengan drainase yang baik. Sekalipun terung memerlukan suhu tinggi selama pertumbuhannya, akan tetapi juga tahan terhadap hujan yang tinggi asalkan tanahnya tidak menjadi becek. Terung bermasuk tanaman yan agak tanah terhadap kadar gram yangtinggi (Sutarya et al., 1995).
Adapun pupuk yang diberikan pada saat pasca tanam hingga tanaman berproduksi. Untuk pemberian pupuk pada tanaman sayur buah ini pertama kali diberikan pada saat tanaman berusia 10-15 hari setelah tanam. Lalu diulangi lagi setiap 7-30 hari sekali, cara aplikasinya cukup dengan ditabur atau di kocor. Cara pemberian pupuk NPK Mutiara ini diberikan dengan cara ditabur pada sekeliling batang tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari pangkal batang. Semakin banyak usia tanaman, maka semakin lebar pula jarak pemberian pupuk ini, agar nantinya tanaman tidak keracunan dan membusuk. Setelah itu jangan lupa untuk menutup pupuk dengan tanah agar tidak menguap dan juga larut pada saat musim hujan. Selain dengan cara ditabur, pemberian pupuk ini juga bisa dilakukan dengan cara dikocor. untuk pemupukan pada hari pertama, bisa dengan cara melarutkan 1 KG pupuk NPK Mutiara dengan 100 liter air. Lalu dikocorkan pada tanaman dengan takaran 250 ml per batang. Untuk pengocoran ini bisa dilakukan setiap 7-10 hari sekali.
Kondisi tanah yang ideal untuk penanaman terung yaitu tanah yang remah, lempung berpasir, dan cukup bahan organik. Dengan kondisi tersebut, biasanya aerasi dan draenasinya baik, tidak mudah tergenang air. Sebenarnya terung bisa di tanam disegala jenis tanah, asal cukup bahan organik. Keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman terung sekitar 6,0-6 ,5 (Pracaya,  2006).
Tanaman terung merupakan tanaman daerah beriklim panas. Pada saat pertumbuhan dan pembentukan buah memerlukan cuaca panas, temperatur optimum untuk pembungaan berkisar antara 22 - 30 ̊ C. Pertumbuhan akan terhenti pada temperatur dibawah 17 ̊ C. Pada temperatur dibawah 17 ̊ C terjadi kemandulan tepung sari. Terung tumbuh baik pada tanah ringan maupun yang berlempung. Tanaman ini tidak tahan genangan sehingga memperluas drainase yang baik. Warna kulit buah kurang menarik apabila terjadi kekurangan air ( Ashari,  1995).

2.2 Peranan Mulsa Plastik
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi (Lamont 1993).  Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi sayuran yang bernilai ekonomis tinggi seperti cabai, tomat, terong, semangka, melon dan mentimun, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan. 
Adapun keuntungan dengan adanya pemberian mulsa pada tanaman yaitu melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta  mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah, menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga kerja untuk penyiangan, membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga  mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien, dan tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah.
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya. Adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energy air hujan akan ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.
Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan ditanah-tanah yang diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang sama. Kegiatan – kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu, tenaga, dan biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun dengan pemulsaan dapat memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan sekali saja yaitu sebelum saat panen. Demikain juga dengan penyiraman perlakuannya hanya dilakukan sekali saja. Selain itu kegiatan penyiangan tidak perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada lubang tanam atau sekitar batang tanaman.











BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
1. Waktu    : 15 februari-9 mei 2018. Jam 16.00 wita
2. Tempat : Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas udayana. Jln. Pualu moyo Kel. Pedungan, Denpasar, Prov. Bali.

3.2 Bahan dan Alat Praktikum
1.  Bahan : Pupuk organik 10 kg, pupuk NPK,mulsa plastik, serta bibit terong ungu.
2. Alat     : Cangkul, gunting, ember, plastik kantong, buku, milimeter block, serta botol plastik 250 ml.

3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Waktu     : Pengelolaan lahan (15 februari 2018), pemasangan mulsa (19 februari 2018), menanam bibit terong( 22 februari 2018 ), pemeliharaan (27 februari-1 maret (2018 ), pencatatan/penimbangan gulma (8 maret 2018), pemupukan pertama (11 maret 2018), pemasangan anjir (18 maret 2018), pencabutan gulma kedua ( 26 april 2018), pemupukan kedua ( 2 april 2018), pemanenan pertama (3 mei 2018), serta pemanenan kedua ( 9 mei 2018)
2. Tempat     : Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas udayana. Jln. Pualu moyo,  Kel. Peduhngan, Denpasar, Prov. Bali., Serta pengamatan di lapangan.
3. Cara Kerja : Lahan diolah terlebih dahulu menggunakan cangkul sampai gembur dibagi menjadi dua bedengan yaitu bedengan dengan mulsa serta tanpa mulsa dan didiamkan 3-4 hari untuk meminimalisir racun-racun yang ada di dalam tanah, setelah 3-4 hari campur masing-masing bedengan dengan 5 kg pupuk organik, kemudian pasang satu bedengan menggunakan mulsa plastik, lalu setelah pemasangan mulsa plastik dilanjutkan dengan membuat lubang tanam pada bedengan dengan tujuan untuk menanam bibit terong. Kemudian dilakukan pemeliharaan secara rutin dan cabut gulma-gulma yang ada di lubang tanam pada dua bedengan dengan mulsa dan tanpa mulsa, setelah itu dilakukan pemupukan pertama dengan pupuk NPK, lalu dilanjutkan dengan pemasangan ajir pada bedengan dengan mulsa dan tanpa mulsa bertujuan untuk menopang tanaman terong agar tidak mudah rebah. Selanjutnya dilakukan pemupukan kedua dengan pupuk NPK. Kemudian setelah pemupukan kedua, dilakukan pemanenan dengan dua tahap pemanenan yaitu pemaennan pertama dan kedua dengan selang waktu satu minggu.

3.4 Pengamatan Variabel
Tabel. Pengamatan daun, cabang, buah, bunga, dan tinggi tanaman
Perlakuan Mulsa
Variabel Pengalaman
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Jumlah variabel
pengamatan
memakai mulsa
Daun
67 lembar
71 lembar
53 lembar
Cabang
15 cabang
17 cabang
10 cabang
Buah
2 buah
5 buah
1 buah
Bunga
4 bunga
6 bunga
5 bunga
Tinggi
69 cm
84 cm
56 cm





Jumlah variabel pengamatan
tidak memakai mulsa
Daun
100 lembar
81 lembar
83 lembar
Cabang
22 cabang
13 cabang
20 cabang
Buah
5 buah
5 buah
1buah
Bunga
6 bunga
5 bunga
8 bunga
Tinggi
73 cm
89 cm
77 cm

Tabel. Pengamatan luas dau dan konstanta daun
Perlakuan Mulsa
Daun Tanaman
Panjang Daun
Lebar Daun
Luas daun
Konstanta daun
Tanpa
mulsa
1
21.2 cm
16.2 cm
8,672 x 21.2 x 16.2 = 2,978 cm
25253/ 21.2 x 16.2 = 8,672 cm
2
25 cm
20.2 cm
20.416 x 25 x 20.2 = 10,310 cm
25268/ 25 x 20.2 = 20.416 cm
3
17.5 cm
13.5 cm
13,364 x 17.5 x 13,5 = 3,157 cm
18621/17.5 x 13.5 = 13.364 cm






Dengan
mulsa
1
21 cm
16 cm
38,552 x 21 x 16 = 12, 953 cm
50600/ 21 x 16 = 38.552 cm
2
23 cm
17.5 cm
25,722 x 23 x 17,5 = 10, 353 cm
33807/ 23 x 17.5 =25.722 cm
3
24 cm
15.5 cm
18,687 x 24 x 15.5 = 6,951 cm
28935/ 24 x 15.5 = 18.687 cm

Adapun variabel yang diamati adalah jumlah daun, cabang, buah, bunga dan tinggi tanaman pada bedengan dengan mulsa plastiik dan bedengan tanpa mulsa plastik. Selanjutnya pada setiap bedengan dipilih tiga tanaman yang akan dimati jumlah daun, cabang, buah, bunga, dan tinggi tanamannya serta dipilih tiga daun pada bedengan memakai mulsa serta tiga daun pada bedengan tanpa mulsa untuk menghitung luas daun dan konstanta daun pada bedengan mulsa plastik. Lalu diamati pertumbuhan gulma serta ditimbang bobot dari gulma pada bedengan tanpa mulsa plastik.



























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel. Pengamatan daun, cabang, buah, bunga, dan tinggi tanaman
Perlakuan Mulsa
Variabel Pengalaman
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Jumlah variabel
pengamatan
memakai mulsa
Daun
67 lembar
71 lembar
53 lembar
Cabang
15 cabang
17 cabang
10 cabang
Buah
2 buah
5 buah
1 buah
Bunga
4 bunga
6 bunga
5 bunga
Tinggi
69 cm
84 cm
56 cm





Jumlah variabel pengamatan
tidak memakai mulsa
Daun
100 lembar
81 lembar
83 lembar
Cabang
22 cabang
13 cabang
20 cabang
Buah
5 buah
5 buah
1buah
Bunga
6 bunga
5 bunga
8 bunga
Tinggi
73 cm
89 cm
77 cm

Tabel. Pengamatan luas daun dan konstanta daun
Perlakuan Mulsa
Daun Tanaman
Panjang Daun
Lebar Daun
Luas daun
Konstanta daun
Tanpa
mulsa
1
21.2 cm
16.2 cm
8,672 x 21.2 x 16.2 = 2,978 cm
25253/ 21.2 x 16.2 = 8,672 cm
2
25 cm
20.2 cm
20.416 x 25 x 20.2 = 10,310 cm
25268/ 25 x 20.2 = 20.416 cm
3
17.5 cm
13.5 cm
13,364 x 17.5 x 13,5 = 3,157 cm
18621/17.5 x 13.5 = 13.364 cm






Dengan
mulsa
1
21 cm
16 cm
38,552 x 21 x 16 = 12, 953 cm
50600/ 21 x 16 = 38.552 cm
2
23 cm
17.5 cm
25,722 x 23 x 17,5 = 10, 353 cm
33807/ 23 x 17.5 =25.722 cm
3
24 cm
15.5 cm
18,687 x 24 x 15.5 = 6,951 cm
28935/ 24 x 15.5 = 18.687 cm



Tabel. Hasil penjualan terong
Hasil terong
Pemamenan pertama
Pemanenan kedua
Penjualan pertama
Penjualan kedua
7 kg
5 kg
Rp_42000,00
Rp_30.000,00
Total
12 kg ( terong ungu)
Rp_72000,00 ribu rupiah

4.2 Pembahasan
Adapun jumlah variabel pengmatan tanaman dengan memakai mulsa yaitu jumlah daun pada tanaman satu berjumlah 67 lembar, tanaman dua berjumlah 71 lembar, serta tanaman tiga berjumlah 53 lembar, kemudian diamati cabang pada tanaman satu berjumlah 15 cabang, cabang pada tanaman dua berjumlah 17 cabang, dan cabang pada tanaman tiga berjumlah 10 cabang, selanjutnya diamati buah pada tanaman satu berjumlah 2 buah, pada tanaman dua berjumlah 5 buah, dan tanaman tiga berjumlah 1 buah. Dan dilanjutkan dengan menghitung jumlah bunga dan tinggi tanaman. Adapun jumlah bunga yang didapatkan pada tanaman satu berjumlah 4 bunga, tanaman 2 berjumlah 6 bunga, dan pada tanaman 3 berjumlah 5 bunga, sedangkan tingi tanaman yang didapatkan pada tanaman satu dengan tinggi 69 cm, tanaman dua 84 cm dan tanaman tiga 56 cm.
Adapun jumlah variabel pengmatan tanaman dengan tidak memakai mulsa yaitu jumlah daun pada tanaman satu berjumlah 100 lembar, tanaman dua berjumlah 81 lembar, serta tanaman tiga berjumlah 83 lembar, kemudian diamati cabang pada tanaman satu berjumlah 22 cabang, cabang pada tanaman dua berjumlah 13 cabang, dan cabang pada tanaman tiga berjumlah 20 cabang, selanjutnya diamati buah pada tanaman satu berjumlah 5 buah, pada tanaman dua berjumlah 5 buah, dan tanaman tiga berjumlah 1 buah. Dan dilanjutkan dengan menghitung jumlah bunga dan tinggi tanaman. Adapun jumlah bunga yang didapatkan pada tanaman satu berjumlah 6 bunga, tanaman dua berjumlah 5 bunga, dan pada tanaman tiga berjumlah 8 bunga, sedangkan tingi tanaman yang didapatkan pada tanaman satu dengan tinggi 73 cm, tanaman dua 89 cm dan tanaman tiga 77 cm.
Dapat dikatakan bahwa tanaman terong yang tidak memakai mulsa lebih bagus pertumbuhannya, jika dilihat dari  daun, bunga, buah dan cabang jumlahnya lebih banyak serta jika ditinjau dari tinggi tanamannya, tanaman terong yang tidak memakai mula lebih tinngi ukurannya dibadingkan dengan tanaman terong memakai mulsa.
Pemanenan buah terong dilakukan untuk mendapatkan berapa berat total buah teorong yang dapat dipanen dan berapa hasil penjualan yang didapatkan dari pemanenan buah teorng tersebut. Adapun berat buah terong yang didapat pada pemanenan pertama yaitu seberat 7 kg serta pada pemanenan kedua seberat 5 kg, jadi total berat buah terong yang dapat dipanen adalah 12 kg, kemudian buah terong tersebut dijual dengan harga Rp_6000,00 ribu rupiah/1 kg nya. Buah terong tersebut dijual kepada ibu-ibu rumah tangga dan pedangan lalapan serta teman-teman kuliah. Total jumlah uang yang diapatkan dari total berat buah terong dengan berat 12 kg adalah Rp_72000,00 ribu rupiah.






























BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terung berbunga sempurna dengan benang sarinya tidak berlekatan (lepas). Jumlah bunga terung dalam satu tandan banyak. Umumnya bunga berwarna ungu, tetapi ada pula berwarna putih. Sementara buahnya tunggal, tetapi ada pula varietas terung yang buahnya antara 2-3  setiap tandan. Bentuk buahnya beraneka ragam, diantaranya bulat, lonjong, atau bulat panjang. Warna buahnya ungu, tetapi ada pula yang warnanya putih dan hijau bergaris putih. Setelah tua, buah berwarna kekuningan dan berbiji banyak.
Tanaman terung merupakan tanaman daerah beriklim panas. Pada saat pertumbuhan dan pembentukan buah memerlukan cuaca panas, temperatur optimum untuk pembungaan berkisar antara 22 - 30 ̊ C. Pertumbuhan akan terhenti pada temperatur dibawah 17 ̊ C. Pada temperatur dibawah 17 ̊ C terjadi kemandulan tepung sari. Terung tumbuh baik pada tanah ringan maupun yang berlempung. Tanaman ini tidak tahan genangan sehingga memperluas drainase yang baik. Warna kulit buah kurang menarik apabila terjadi kekurangan air ( Ashari,  1995).
Adapun pupuk yang diberikan pada saat pasca tanam hingga tanaman berproduksi. Untuk pemberian pupuk pada tanaman sayur buah ini pertama kali diberikan pada saat tanaman berusia 10-15 hari setelah tanam. Lalu diulangi lagi setiap 7-30 hari sekali, cara aplikasinya cukup dengan ditabur atau di kocor. Cara pemberian pupuk NPK Mutiara ini diberikan dengan cara ditabur pada sekeliling batang tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari pangkal batang
Adapun keuntungan dengan adanya pemberian mulsa pada tanaman yaitu melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta  mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah, menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga kerja untuk penyiangan, membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga  mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien, dan tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah.

5.2 Saran
Karena tanaman terong ungu ini tidak terlalu memerukan perawatan yang serius maka dapat dikatakan bahwa jika ingin membudidayakan tanaman terong ungu tidak memerlukan input atau pupuk yang terlalu banyak dan tanaman terong ungu merupakan tanaman yang tidak rakus akan air serta dapat tumbuh di daerah yang cuacanya panas. Maka dapat dikatakan budidaya terong ungu dapat meminimalisir pengeluaran biyaya dan produksinya pun maksimal.































DAFTAR PUSTAKA

Fahri Karim, Dkk. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Terung (Solanum Melongena L.) Terhadap Perlakuan Pupuk Phonska.Kabupaten Bone Bolango.

Hendri Martinus, Dkk. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Npk Mutiara Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum Melongena L. ). Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda. Volume Xiv. Hal 214.

Herwindo. Rival 2014. Kajian Jenis Kemasan Dan Simulasi Pengangkutan Terhadap Mutu Fisik Buah Terung (Solanum Melongena L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pracaya, Gema Juang Kartika. 2016. Bertanam 8 Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pudji Umi Astuti, dkk. 2013. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Pupukdan Frekuensi Pemberian Zpt Terhadap Tanaman Terung Ungu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Bengkulu.

Sasongko Johan. 2010. Pengaruh Macam Pupuk Npk Dan Macam Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong Ungu (Solanum melongena L.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sriyanto Doni, Dkk. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu Dan Terung Hijau (Solanum Melongena L .). Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda. Volume XIV. Hal 40.
   















LAMPIRAN

Gambar Luas Daun
Daun 1 dan 2
Daun 3 dan 4
Daun 5 dan 6


 Foto Dokumentasi
Tabel. Poto pelaksanaan praktikum
Pengolahan lahan
Pemasangan mulsa
Pembolongan mulsa
Peletakan bibit

Penananaman bibit
Pemanenan buah terong
Penimbangan buah terong
Pengemasan buah terong


Tidak ada komentar:

Posting Komentar