IDENTIFIKASI
FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR SECARA MIKROSKOPIS PADA RHIZOSFER TANAMAN ALANG-ALANG
(Imperata Cylindrica L.) DI DESA
SANUR KAJA

DISUSUN
OLEH:
I
GEDE KRISNA WARDANA
NIM.
1606541102
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F
A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS
UDAYANA
2017
KATA
PENGANTAR
Om Swastiyastu
Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah “Bioteknologi Pertanian”.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bioteknologi Pertanian”. Saya
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam segi materi. Mohon maaf
sedalam-dalamnya atas kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penyusunan
makalah ini baik dalam segi bahasa, pemaparan, maupun penyajiannya.
Makalah
ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan campur tangan beberapa pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, harapan saya dalam penulisan makalah ini
dapat terwujud, yaitu memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada kami dan
pembaca pada umumnya.
Om Santhi
Santhi Santhi Om
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang.......................................................................................................... .... 1
1.2
Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB
II BAHAN DAN METODE..................................................................................... 2
2.1
Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................................... 2
2.2
Bahan dan Alat.............................................................................................................. 2
2.3
Metode Pelaksanaan...................................................................................................... 3
BAB
III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 4
3.1
Hasil Identifikasi Spora FMA Pada Tanaman Alang-Alang......................................... 4
3.1.1
Glomulus multicalute (Gambar 1) ............................................................................. 4
3.1.2
Glomua ambisporum (Gambar 2)............................................................................... 5
3.1.3
Acaulospora foveata (Gambar 3)................................................................................ 5
3.1.4
Gigaspora gigantae (Gambar 4).................................................................................. 5
3.2
Analisis Kolonisasi Mikoriza pada Akar Tanaman........................................................ 6
BAB
IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 8
4.1
Kesimpulan.................................................................................................................... 8
4.2
Saran.............................................................................................................................. 8
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................... .... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Alang–alang
merupakan sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan
pertanian. Rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah
tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau
duri. Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang
tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah
yang gembur (Smith et al., 2000). Tanaman yang banyak terdapat di sekitaran
desa Sanur Kaja antara lain adalah tanaman jagung, padi, dan disekitaran
tanaman tersebut terdapat tumbuhnya tanaman alang-alang. Kecepatan tumbuh
jalinan rimpang alang-alang di bawah tanah, serta tutupan daunnya yang rapat,
memberikan manfaat perlindungan yang
dibutuhkan pada tanaman-tanaman lainnya.
Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan alang-alang
didesa Sanur Kaja maka perlu adanya alternatif yang tepat dan ramah lingkungan.
Alternatif tersebut bisa dengan memanfaatkan peranan mikroba simbiotik. Jenis
mikroba simbiotik yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan
penyerapan air dan sebagai pupuk hayati adalah mikoriza. Mikoriza merupakan
bentuk simbiosis antara cendawan (fungi) dengan tumbuhan tingkat tinggi
(tumbuhan berpembuluh, Tracheophyta), khususnya pada sistem perakaran. Mikoriza
merupakan gejala umum pada perakaran tumbuhan. Sekitar 90%
suku tumbuhan (mencakup sekitar
80% spesies tumbuhan) memiliki asosiasi simbiotik ini (Eckardt, 2005). FMA
dapat digolongkan sebagai parasit terhadap tanaman jika jumlah karbohidrat yang
dikeluarkan tanaman lebih besar nilainya dari pada nilai unsur hara yang
diperoleh tanaman dari FMA, kondisi tersebut dapat terjadi pada kandungan P
tersedia tinggi sehingga penyarapan hara langsung melalui rambut akar lebih
besar dibanding penyerapan hara secara langsung melalui rambut akar lebih besar
dibanding penyerapan hara melalui FMA.
1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman genus atau spesies fungi
mikoriza arbuskular (FMA) pada rhizosfer tanaman alang-alang di desa Sanur
Kaja, dan untuk mengetahui ada tidaknya kolonisasi fungi mikoriza arbuskular
(FMA) pada jaringan akar tanaman alang-alang di desa Sanur Kaja.
BAB
II
BAHAN
DAN METODE
2.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember
2013 – Maret 2014. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Genetika dan Biologi Molekuler
Pasca Sarjana Universitas Udayana.
2.2
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1
set penyaring (sieve) yang berukuran garis tengah lubang 1 mm, 500 µm, 212 µm,
106 µm, 53 µm, gelas Beaker 1000 ml, cawan petri, pipet mikro, kaca preparat,
cover glass, mikroskop stereo, mikroskop compound, jarum oose, timbangan
analitik, kamera digital, dan, kalkulator. Sedangkan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
100 gram sampel tanah dan akar yang berasal dari tanaman alang-alang (Imperata
cylindrica. L) di desa Sanur Kaja, 10% KOH, 3% H2O2, 1% HCL, lactoglycerol,
Trypan blue, dan air kran.
2.3
Metode Pelaksanaan
Pengambilan
sampel dilakukan di Desa Sanur Kaja, Denpasar. Pengambilan sampel tanah
dilakukan dengan cara mengambil tanah di rhizosfer tanaman alangalang sekitar
1000 gr, tanah yang diambil berkisaran antara 0-20 cm dari permukaan tanah
karena spora mikoriza banyak ditemukan pada bagian top soil. Dan pengambilan
sampel akar dilakukan dengan cara memegang pangkal alang-alang dan mencabut
sampai akar terlihat dan mengambil akar dari tanaman alang-alang tersebut
sebagai sampel secukupnya. Akar yang digunakan adalah akar yang masih muda
karna akar yang masih muda merupakan bagian akar yang menghasilkan eksudat
paling tinggi, sehingga FMA cendrung menginfeksi akar-akar tanaman yang masih
muda untuk memperoleh nutrisi dari tanaman. Adapun isolasi dan karakteristik
spora jamur FMA pada penelitian ini
yaitu : tanah yang telah diambil dari rishosfer tanaman alang-alang ditimbang
dengan sebanyak 100 gr, kemudian tanah dimasukkan kedalam gelas beaker 1000 ml
dan kemudian tambahkan air sampai menjadi 1000 ml. Pecahkan agregat tanah
dengan tangan supaya spora terbebas dari tanah, setelah agregat pecah tanah
tersebut diaduk selama ± 5 menit. Diamkan selama ± 1 menit sampai
partikel-partikel yang besar mengendap. Setelah itu cairan supernata tersebut
dituang ke dalam saringan bertingkat dengan ukuran saringan lubang 1 mm, 500
µm, 212 µm, 106 µm, 53 µm (ulangi prosedur ini 3-4 kali). Setelah cairan
supernata tersebut dituang dalam saringan bertingkat, dilakukan pembilasan
dengan air kran untuk menjamin bahwa semua partikel yang kecil sudah terbawa
oleh air. Hasil saringan yang berukuran 500 µm, 212 µm, 106 µm dan 53 µm
dituang kedalam tabung reaksi dengan bantuan botol semprot dan di sentrifugasi
dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Setelah itu hasil sentrifugasi
dituang kedalam cawan petri kemudian dilakukan pengamatan spora tahap pertama
dibawah mikroskop sterio. Spora yang ditemukan dari hasil pengamatan pertama
kemudian dipindahkan ke preparat datar dengan bantuan pipet mikro. Untuk
melihat ciri mikroskopis spora dilakukakan pengamatan dibawah mikroskop
compound. Pedoman yang digunakan untuk mengkarakterisasi jenis FMA dilakukan
dengan deskripsi morfologi secara manual yang digunakan INVAM (www.invam.wvu.edu).
Sebelum
melakukan pewarnaan struktur FMA pada jaringan akar, maka langkah pertama yang
harus dilakukan adalah pembuatan larutan. Ada beberapa larutan yang perlu
dibuat yaitu : Pembuatan 10% KOH, pembuatan 3% H2O2, pembuatan 1% HCL,
lactoglyserol solution dan pembuatan 0,05% trypan blue solution. Setelah itu, akar -akar yang akan diamati dilakukan
pewarnaan dengan metode sebagai berikut : akar alang-alang dicuci sampai
bersih, akar dipotong ± 5cm dan kemudian diletakkan pada gelas beaker 100 ml,
ditambahkan 10% KOH pada gelas beaker (sampai akar dalam keadaan tenggelam),
kemudian tutup gelas beaker dengan aluminium foil, dipanaskan pada suhu 250ºC
selama 10 menit pada microwave, setelah 10 menit gelas beaker dikeluarkan dari
microwave, kemudian didiamkan selama ±12 jam pada suhu ruangan, 10% KOH dibuang
dari gelas beaker, dilanjutkan dengan mencuci akar, 3% H2O2 ditambahkan ke
dalam gelas beaker (sampai semua akar dalam keadaan tenggelam), didiamkan
selama ±12 jam pada suhu ruangan, setelah itu buang 3% H2O2, selanjutnya akar
dicuci dengan air bersih, setelah itu ditambahkan 1%HCL sampai semua akar
tenggelam, didiamkan selama ±12 jam pada suhu ruangan, 1% HCL dibuang dan
ditambahkan Trypan Blue sampai akar tenggelam, gelas beaker ditutup dengan
aluminium foil dan dipanaskan pada suhu
250ºC selama 5 menit pada microwave, gelas beaker dikeluarkan dari microwave
kemudian diamkan ±12 jam pada suhu ruangan, Trypan Blue dibuang dari gelas
beaker dan tambahkan loktoglycerol sampai akar tenggelam, gelas beaker ditutup
dengan aluminium foil dan panaskan pada suhu 250ºC selama 5 menit pada
microwave, gelas beaker dikeluarkan dari microwave kemudian diamkan selama ±12
jam pada suhu ruangan, ambil akar dengan bantuan pinset, kemudian dipotong 3cm
dan diletakan berjejer rapi pada preparat, masing – masing preparat ditaruh 5
potong akar ditutup dengan cover glass, setiap pemotongan akar diamati dibawah
mikroskop dan dilihat struktur mikorizanya (vesikel dan hifa).
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Identifikasi Spora FMA pada Tanaman Alang-alang
Hasil identifikasi fungi mikoriza arbuskular pada
tanaman alang-alang di Desa Sanur Kaja memiliki banyak karakterisik.
Keanekaragaman spora yang diperoleh dibedakan berdasarkan bentuk spora mulai
bulat, lonjong dan tidak beraturan. Bentuk dan warna ukuran spora menggambarkan
karakteristik dari masing-masing spora. Deskripsi dari masing-masing spesies
FMA yang berhasil diisolasi sebagai berikut:
3.1.1.
Glomus multicaule (Gambar 1)
Spora
ditemukan tunggal, berwarna kuning – coklat tua. Permukaan dinding spora
dikelilingi lemak, dinding mulus, tampak berkilau, transparan, spora berisi
hifa berwarna orange membentuk granul yang akan bertambah saat tua. Dinding
terdiri atas 1 lapisan. Terdapat lapisan
pertama dinding terluar yang tipis, hialin dan meluruh saat dewasa. Lapisan
kedua berwarna kuning sampai coklat kemerahan (Gerdemann, J. W. and B. K.
Bakshi. 1976).

Gambar
1. (A) dan (B) Glomus multicaule (Perbesaran Lensa 200kali)
Lapisan ketiga tipis berupa membran berwarna kuning
– coklat. Dinding subtending hifa berlanjut dengan dinding spora subtending
hifa hialin kuning kecoklatan dan spora dalam keadaan pecah. Spora diatas
menunjukkan bahwa genus spora yang terdapat adalah spora Glomus multicaule.
Spora berasal dari rhizosfer alang-alang dari Desa Sanur Kaja, Denpasar.
3.1.2.
Glomus ambisporum (Gambar 2)

Gambar
2. (A) dan (B) Glomus ambisporum (Perbesaran Lensa 200kali)
Spora ditemukan tunggal, berbentuk bulat kuning tua
– merah tua. Permukaan dinding spora relatif halus, transparan, tampak
berkilau, spora berisi hifa. Dinding subtending hifa berlanjut dengan dinding
spora subtending hifa hialin kuning kecoklatan (Jhonson et al, 1997) . Spora
berasal dari rhizosfer alang-alang dari Desa Sanur Kaja, Denpasar.
3.1.3.
Acaulospora foveata (Gambar 3)
Proses perkembangan spora Acaulospora seolah-olah
dari hifa tapi sebenarnya tidak. Pertama-tama ada hifa yang ujungnya membesar
seperti spora yang dibuat hifa terminal. Di antara hifa terminal dan dudukan
hifa akan timbul bulatan kecil yang semakin lama semakin besar. Warna sporanya
dominan merah. Dinding spora terdiri dari tiga lapisan (Blaszkowski, J. 1990).

Gambar
3. (A) dan (B) Acaulospora foveata
3.1.4
Gigaspora gigantae (Gambar 4)
Karakteristik spora Gigaspora yaitu
spora berwarna kuning bening, dan permukaannya halus. Dimana pada Gambar
4 tersebut spora dalam keadaan
pecah. Bulbous suspensor terletak
secara vertikal pada spora (INVAM) www.wvu.edu.

Gambar
4. (A) dan (B) Gigaspora gigantae (Perbesaran Lensa 200kali)
3.2.
Analisis Kolonisasi Mikoriza pada Akar Tanaman
Alang-alang Struktur vesikular, arbuskular dan hifa
pada akar tanaman alang-alang pada Gambar 5.

(A) (B)
Gambar
5. (A) Infeksi FMA pada akar alang-alang (a) vesikular (b) arbuskular (c) hifa,
(B) (a) vesikular (b) arbuskular (c) hifa
Hasil
pengamatan yang diperoleh setelah dilakukannya staining pada akar tanaman
alang-alang menunjukkan adanya struktur berbentuk bulat yang disebut vesikular,
sedangkan pada arbuskular adalah struktur hifa yang bercabang-cabang yang mirip
haustorium (membentuk pola dikotom). Struktur ini mulai terbentuk 23hari
setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk
oleh hifa ekstraseluler ke dalam dinding sel inang. Arbuskular merupakan
struktur FMA yang bersifat tidak konsisten didalam akar tanaman, sifat
kelabilan tersebut sangat tergantung pada metabolism tanaman, bahan makanan dan
intensitas radiasi matahari (Arnold, 1980; Andreas, 2002).
Perkembangan
kolonisasi FMA dimulai dengan pembentukan suatu apresorium pada permukaan akar
oleh hifa eksternal yang berasal dari spora yang berkecambah. Apresorium
tersebut masuk kedalam akar melalui celah antar epidermis, kemudian membentuk
hifa intraselular di sepanjang epidermis akar. Setelah prose situ berlangsung
terbentuklah arbuskular dan vesicular (Rianto, 2004). Total kolonisasi mikoriza
dalam satuan jumlah yaitu 5vesikular/3cm akar yang berarti dalam 1 cm akar
terdapat 0,6 kolonisasi vesikular pada akar tanaman alang-alang.
BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Spora yang berhasil
di isolasi dan diidentifikasi pada rhizosfer tanaman alangalang di Desa Sanur
kaja yang dominan merupakan genus Glomus. Adapaun genus lainnya yaitu genus
Acaulospora dan genus Gigaspora.
2. Spesies Glomus yang
berhasil diidentifikasi pada rhizosfer tanaman alang-alang di Desa Sanur Kaja
merupakan spesies Glomus multicaule, dan Glomus ambisporum.
3.
Analisis kolonisasi mikoriza pada akar tanaman alang-alang menunjukkan adanya
struktur berbentuk bulat yang disebut vesikular, sedangkan pada arbuskular
adalah struktur hifa yang bercabang-cabang yang mirip haustorium (membentuk
pola dikotom).
4.2
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan diatas adapun saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah spora yang tergolong sedikit, oleh
karena itu diperlukan adanya penelitian di tempat dataran tinggi guna untuk
dapat diketahui tepe spora dan jumlah spora apa saja yang terdapat dan
bersimbiosis pada tanaman alang-alang di daratan tinggi.
2. Perlu dilakukan
identifikasi secara molekuler guna untuk mendapatkan hasil atau gambaran yang
lebih spesifik
.
DAFTAR PUSTAKA
Sibarani
S. A. 2011. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Tegakan Karet Dan
Tegakan Sawit Di Ekosistem Lahan Gambut Desa Telaga Suka Kecamatan Panai Tengah
Kabupaten Labuhan Batu. [Skripsi] : Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan,
Sumatra Utara.
Wulandari,
I. 2008. Studi diversitas CMA pada beberapa rhisosfer tanaman pangan. Skripsi.
Universitas Brawijaya. Malang.
naini,
S., A. Niswati, S. G. Nugroho, K. muludi, dan A. Irawati. 2008. Pengaruh
Inokulasi FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) terhadap Produksi Jagung yang
Mengalami Kekeringan Sesaat pada Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah
Tropika. No. 9:1-6.
Supriyanto,
A., 2008, Petunjuk Pratikum Mikrobiologi Umum, Departemen Biologi FST,
Airlangga University Press, Surabaya.
Yusnita.
2010. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Hidayat, T. 2009.
Pengantar Bioteknologi. UPI. Bandung.
Dwiyani,
R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Pelawa Sari “percetakan & penerbit”.
Denpasar.
Eckardt,
2012. Penggunaan FMA untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kualitas tanaman.
Jurnal Pertanian.
Karti,
P D., 2008, Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan.
Jurnal Media Peternakan, 27 (2).
Pujiyanto.
2009. Penamfaatan Jasad Mikro, Jamur Mikoriza dan Bakteri Dalam Sistem
Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia. Tinjauan dari perspektif falsafah sains.
Makalah Falsafah sains program pasca sarjana institute pertanian Bogor : Bogor.
Karhu,
S and K. Hakala, 20011. Mikropropagated Strawberry on the Field. ISHS Acta
Horticultural 2 : 128 Moradi,K., M. Otroshy and M.R. Azimi. 2011. Journal of
Agricultural Technology. Vol. 7(6) : 1755 – 1763
Hayati
S. K, Nurchayati Y, Setiari N (2010) Induksi Kalus dari Hipokotil Alfalfa
(medicago sativa l.) secara in vitro dengan Penambahan Benzyl Amino Purine
(BAP) dan α-Naphtalene Acetic Acid (NAA). Bioma 12: 6-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar