BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Keanekaragaman
makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk,
jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman
dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk
hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan berdasarkan
ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri
morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa
ciri lain yang dapat diamati.
Untuk
mengetahui keanekaragaman jenis hewan pada suatu tempat dapat menentukan
indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau
keterampilan dalam mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa
pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama,
apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks
keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo
atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman.
Mengingat
keanekaragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih
banyak di bandingkan dengan daerah temperatur dan daerah beriklim dingin. Untuk
beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk mendukung indeks
keanekaragaman suatu habitat/komunitas tanpa harus mengetahui nama
masing-masing jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola pengurutan
pengambilan sampel yang dilakukan secara aacak pada saat pengamatan di
laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh
Kennedy pada tahun 1997 (Umar, 2009).
Komunitas
yang mengalami situasi lingkungan yang kurang menyenangkan dimana kondisi fisik
terus-menerus menderita, kadang kala atau secara berkala, cenderung terdiri
atas sejumlah spesies yang jumlahnya kecil tetapi berlimpah (Setiadi, 1990).
Untuk beberapa tujuan yang paktis, ada suatu cara penentuan untuk menduga
indeks keanekaragaman suatu habitat/komunitas, tanpa harus mengetahui nama
masing-masing jenis hewan dan kelompok hewan. Kemampuan yang diperlukan hanya
menyatakan, apakan kedua jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola urutan
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada saat pengamatan di
laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh
Kennedy (Setiadi, 1990).
1.2 Tujuan
Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan agar mahasisiwa/
mahasiswi dapat mengetahui :
1. Jenis dan spesies serangga yang berada di
pertanaman lemon
2. Perhitungan
indeks dominansi (D) dan indeks Keanekaragaman Shanon Wiener (H’) (frekuensi
dan kelimpahan)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi Ekologi
Ekologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi
menurut Begon adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan kemelimpahan
makhluk hidup dan interaksi yang disebabkan oleh distribusi dan kelimpahan
tersebut. Odum mendefinisikan ekologi sebagai studi tentang hubungan
organisme-organisme atau kelompok-kelmpok organisme terhadap lingkungannya atau
ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-organisme hidup dan lingkungannya.
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas. Ukuran keanekaragaman dan penyebabnya mencakup sebagian
besar pemikiran tentang ekologi. Hal itu terutama karena keanekaragaman dapat
menghasilkan kestabilan dan dengan demikian berhubungan dengan sentral ekologi.
Konsep
komunitas adalah suatu prinsip ekologi yang penting yang menekan keteraturan yang
ada dalam keragaman organisme hidup dalam habitat apapun. Suatu komunitas bukan
hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan dan tumbuhan yang hidup
secara mandiri satu sama lain namun mengandung komposisi kekhasan taksonomi,
dengan pola hubungan tropik dan metabolik yang tertentu. Konsep komunitas
sangatlah penting dalam penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi karena cara
terbaik untuk mendorong atau membasmi pertumbuhan suatu organisme adalah
memodifikasi komunitas dan bukannnya menanganinya secara langsung. Diantara
banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau
grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan
komunitas. Kepentingan relatif dari oganisme dalam suatu komunitas tidak
ditentukan oleh posisi taksonominya namun oleh jumlh, ukuran, poduksi dan
hubungan lainnya (Michael, 1990).
Komunitas
diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan,
habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan
dalam setiap lokasi tertentu berdasakan pada pembedaan zona atau gradien yang
terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin
beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak
dalam sifat fisik lingkungan. Angka perbandingan antara jumlah spesies dan
jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keragaman
spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam dengan
komunitas berbeda. Keragaman sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan
yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya manusia (Michael,
1990).
Suatu
populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang
membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi
seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi
mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau
satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas),
yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi
ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi
ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur,
komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan
dapat mempengaruhipertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem
perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia.
Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki
peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan
detrivor (Bayu, 2011).
Pada
suatu tempat atau area tertentu terdapat berbagai macam spesies serangga yang
hidup atau yang menempati, untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang hidup
di area tertentu maka dapat mengunakan perhitungan menggunakan rumus Shanon
Wiener (H’) dan Indeks Dominansi (D).
Indeks Dominansi
D = ∑
(ni/N)2
keterangan : D : Indeks Domonansi Simpson
ni : Jumlah Individu
tiap spesies
N : Jumlah Individu
seluruh spesies
Indeks Shanon Wienet
(H’)
H’ = -∑ pi log pi
keterangan : H’ : Indeks
Keanekaragaman Shanon Wiener
pi = ni/N = Kelimpahan relative
spesies
Diantara
banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya spesies atau grup yang
memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan
komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam suatu komunitas tidak
ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi jumlah, ukuran, produksi dan hubungan
lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks
keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut
spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan
fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu
berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah
tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas
karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat fisika
lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies an jumlah total individu dalam
suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan dengan
kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).
BAB
III
METODELOGI
PENELITIAN
3.1
Alat dan Bahan
Pada
praktikum ekologi tentang keanekaragaman hewan (serangga) alat yang
dipergunakan adalah fitfall traps (perangkap sumuran) yang terbuat dari cangkir
plastik. Bahan yang dipergunakan pada praktikum ini adalah air diterjen,
alkohol 70%, air. Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana pada hari kamis 21Maret 2019-senin 25 maret 2019
3.2
Metode Penelitian
3.2.1
Penggunaan Pitfall Traps
1.
Membuat lubang yang didalamnya diletakkan gelas plastik yang berisi air
diterjen + alkohol 70%.
2. Menaruh gelas
plastik yang berisi air diterjen secara diagonal dan diambil 5 sampel.
3. Setelah itu
melakukan pengamatan selama kurang lebih satu minggu.
4. Mencatat hasil pengamatan
dan meletakkan hasilnya pada tabel yang telah tersedia.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel
Pengamatan
Jumlah
Individu total tiap spesies (n) dan Spesies (s)
|
Data Pengamatan Populasi Hama
Diatas Tanah
|
||||||
NO
|
NAMA HAMA (s)
|
SAMPEL 1
|
SAMPEL 2
|
SAMPEL 3
|
SAMPEL 4
|
SAMPEL 5
|
TOTAL (n)
|
1
|
Bekicot
|
2
|
|
|
|
|
2
|
2
|
Semut
|
10
|
|
|
10
|
10
|
30
|
3
|
Ulat
|
3
|
|
|
|
|
3
|
4
|
Laba-laba
|
2
|
|
|
1
|
|
3
|
5
|
Belalang
|
1
|
2
|
|
|
1
|
4
|
6
|
Kutu putih
|
|
|
|
1
|
|
1
|
7
|
Kepik
|
|
|
6
|
|
|
6
|
8
|
Kutu dompol
|
|
|
10
|
1
|
|
11
|
9
|
Wereng
|
|
|
|
|
1
|
1
|
10
|
kumbang
|
|
|
|
|
2
|
2
|
11
|
Kepik putih
|
|
3
|
6
|
1
|
|
10
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
73
|
|
Data Pengamatan Populasi Hama
Dibawah Tanah
|
||||||
NO
|
NAMA HAMA (s)
|
SAMPEL 1
|
SAMPEL 2
|
SAMPEL 3
|
SAMPEL 4
|
SAMPEL 5
|
TOTAL (n)
|
1
|
Semut
|
10
|
6
|
5
|
10
|
10
|
41
|
2
|
Cacing
|
3
|
|
|
4
|
5
|
12
|
jumlah
|
|
|
|
|
|
53
|
4.1.1
Perhitungan Indeks Dominansi (D) dan Indeks Shanon-Wiener (H’)
A.
Indeks dominansi (D) serta keanekaragaman di atas tanah
Ket ;
D = ∑
(ni/N)2
keterangan : D : Indeks Domonansi Simpson
ni : Jumlah Individu
tiap spesies
N : Jumlah Individu
seluruh spesies
Indeks Shanon Wienet
(H’)
H’ = -∑ pi log pi
keterangan : H’ : Indeks
Keanekaragaman Shanon Wiener
pi = ni/N = Kelimpahan relative
spesies
Jawab ;
Spesies bekicot
D = ∑ (ni/N)2
H’
= -∑ pi log pi
= ∑ (2/73)2
= -∑
0.000729 log 0,000729
= ∑ (0,027)2
= -∑ 0,000729
. – 3.137
= 0,000729
= 0,00087
Spesies semut
D = ∑
(ni/N)2 H’
= -∑ pi log pi
= ∑ (30/73)2
= -∑ 0,1681 log 0,1681
= ∑ (0,41)2
= -∑ 0,1681 . – 0,774
= 0,1681
= 0,1301
Spesies ulat
D = ∑ (ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (3/73)2
= -∑ 0,001681 log 0,001681
= ∑ (0,041)2
= -∑ 0,001681 . -2,774
= 0,001681
= 0,00466
Spesies laba-laba
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (3/73)2
= -∑ 0,001681 log 0,001681
= ∑ (0,041)2
= -∑ 0,001681 . -2,774
= 0,001681
= 0,00466
Spesies belalang
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (4/73)2
=
-∑ 0,002916 log 0,002916
= ∑ (0,054)2
= -∑ 0,002916 . -2,535
= 0,002916
= 0,00739
Spesies kutu putih
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (1/73)2
=
-∑ 0,000169 log 0,000169
= ∑ (0,013)2
= -∑ 0,000169 . -3.772
= 0,000169
= 0,00063
Spesies kepik
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (6/73)2
=
-∑ 0,006724 log 0,006724
= ∑ (0.082)2
= -∑ 0,006724 . -2,172
= 0,006724
= 0,01460
Spesies kutu dompol
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (11/73)2
= -∑
0,0225 log 0,0225
= ∑ (0,150)2
= -∑ 0,0225 . -1,647
= 0,0225
= 0,03705
Spesies wereng
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (1/73)2
=
-∑ 0,000169 log 0,000169
= ∑ (0,013)2
= -∑ 0,000169 . -3.772
= 0.000169
= 0,00063
Spesies kumbang
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (2/73)2
=
-∑ 0,000729 log 0,000729
= ∑ (0,027)2
= -∑ 0,000729 . -3,149
= 0,000729
= 0,00229
Spesies kepik putih
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (10/73)2
=
-∑ 0,018496 log 0,018496
= ∑ (0,136)2
= -∑ 0,018496 . -1,732
= 0,018496
= 0,03203
B.
Indeks dominansi (D) serta keanekaragaman di bawah tanah
Spesies semut
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (41/53)2
= -∑
0,597529 log 0,597529
= ∑ (0,773)2
= -∑ 0,018496 . -0,223
= 0,597529
= 0,00412
Spesies cacing
D = ∑
(ni/N)2
H’ = -∑ pi log pi
= ∑ (12/53)2
= -∑
0,051076 log 0,051076
= ∑ (0,226)2
= -∑ 0,051076 . -1,291
= 0,051076
= 0,06593
4.2
Pembahasan
Dari
percobaan yang telah dilakukan dan setelah melalui proses pengamatan dan
perhitungan, maka diperoleh hasil Indeks Dominansi (D) untuk perhitungan
di atas tanah yaitu pada setiap spesies berbeda dari spesies semut 0,1681 , spesies belalang
0,002916, Spesies kepik 0,006724, Spesies kutu dompol 0,0225, Spesies kepik
putih 0,018496, Spesies wereng dan kutu putih memiliki nilai yang sama pada indeks
dominansi yaitu 0,000169, Serta spesies bekicot dan kumbang memiliki nilai yang
sama pada indeks dominansi yaitu 0,000729. Kemudian spesies ulat dan spesies
laba-laba memiliki nilai yang sama pada indeks dominansi yaitu 0,001681.
Dan
untuk nilai Indeks Shanon-Wiener (H’) di atas tanah setelah melalui proses
pengamatan dan perhitungan, maka diperoleh hasil dari spesies semut
0,1301 , spesies belalang 0,00739 , Spesies kepik 0,1460, Spesies kutu dompol
0,03705, Spesies kepik putih 0,03203, Spesies wereng dan kutu putih memiliki
nilai yang sama pada indeks dominansi yaitu 0,00063, Serta spesies bekicot dan
kumbang memiliki nilai yang sama pada indeks dominansi yaitu 0,00229. Kemudian
spesies ulat dan spesies laba-laba memiliki nilai yang sama pada indeks
dominansi yaitu 0,00466.
Dari
percobaan yang telah dilakukan dan setelah melalui proses pengamatan dan
perhitungan, maka diperoleh hasil Indeks Dominansi (D) untuk perhitungan
di bawah tanah yaitu pada setiap spesies
berbeda dari spesies semut 0,597529 dan
Spesies cacing 0,051076.
Dan
untuk nilai Indeks Shanon-Wiener (H’) di bawah tanah setelah melalui
proses pengamatan dan perhitungan, maka diperoleh hasil dari spesies
semut 0,00142 dan Spesies cacing 0,06593
Berdasarkan
hasil yang diperoleh tersebut dapat simpulkan bahwa lingkungan tempat
pengambilan sampel tersebut masih kurang stabil, artinya lingkungan tempat
pengambilan sampel sudah terpengaruh oleh hal-hal yang bisa membuat populasi
serangga di tempat itu berkurang, pencemaran yang terjadi di sekitar kebun
percobaan faultas pertanian unud sudah memberi pengaruh yang cukup berarti pada
serangga yang berada disekitar daerah kampus. Lingkungan tempat pengambilan
sampel menjadi habitat yang tidak cocok untuk serangga-serangga tersebut,
sehingga jumlah spesies serangga yang ada cenderung dalam jumlah yang
banyak ada pula sedikit. Pada percobaan ini tentang indeks keanekaragaman
serangga di lingkungan kampus, menggunakan alat yaitu fitfall traps (perangkap
sumuran) yang terbuat dari cangkir plastik. yang berfungsi sebagai alat untuk
menangkap serangga.
Populasi
merupakan kelompok individu dari spesies yang sama yang secara morfologis dan
biokimia relative sama yang menempati suatu tempat pada waktu tertentu.
Populasi tersebut akan membentuk suatu komunitas, dimana komunitas adalah suatu
kumpulan berbagai macam organisme (hewan, tumbuhan, dan mikroba) yang hidup
bersama dengan saling berhubungan dan berinteraksi di dalam suatu daerah,
dimana nantinya komunitas akan membentuk suatu ekosistem, merupakan suatu
sistem di alam dimana organisme terdapat hubungan timbal balik anatara organisme
dengan organisme lainnya, juga dengan lingkungannya yang terhimpun dalam suatu
habitat.
Keanekaragaman
organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut adalah
faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian,
lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi
ekologi karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat, stabil atau
sesuai dengan komunitas bersangkutan.
Dengan
keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau
memperbesar jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya. Tetapi
tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti populasi dari serangga akan
berkurang begitu pula dengan keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor misalnya pencemaran lingkungan, aktivitas manusia yang dapat
mempersempit habitat serangga tersebut serta makanan yang tersedia mulai
berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi sehingga
serangga banyak yang melakukan emigrasi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
ditemukan bahwa indeks keanekaragaman serangga di kebun percobaan akultas
pertanian unud tepatnya bagian belakang laboratorium dan samping kanan
pelinggih, dikategorikan rendah karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan
serangga tidak mampu beradaptasi karena lokasi pengamatan itu yang tidak
memiliki sumber makanan yang melimpah sehingga mengakibatkan populasi serangga
disekitar kebun percobaan fakultas pertanian unud tergangu.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikun
yang telah dilaksanakan dapat di tarik kesimpulan :
1. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaragaman adalah faktor-faktor udara,
tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak,
dan pH.
2. Pada penggunaan
masing-masing alat spesies yang di peroleh memiliki perbedaan dari jumlah,
spesies dan ukuran spesies.
3. Kurangnya
kestabilan ekosistem di lingkungan kebun percobaan fakultas pertanian unud mengakibatkan
jumlah spesies yang di peroleh pun cukup sedikit.
4. Adanya
kompetisi pada tiap-tiap spesies pun mempengaruhi keterbatasan spesies yang
hidup di lingkungan lebun percobaan fakultas pertanian unud
5. Adanya
campur tangan manusia mengakibatkan populasi suatu organism dapat terganggu.
5.2
Saran
Sebaiknya dalam
melakukan pengamatan terhadap jumlah hama dilakukan dengan hati-hati sehingga
jumlah hama yang diketahui dapat secara maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Lakitan, B.
1994. Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Michael, P. E. 1994. Metode
Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia
: Jakarta.
Odum, Eugene.
1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Setiadi, Agus.
1990. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Tim Dosen Ekologi.
2012. Penuntun Praktikum ekologi . IAIN Lampung : Bandar Lampung.
Wolf, L.
1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar