HUBUNGAN ANTARA TANAH DAN AIR SERTA TANAMAN
DISUSUN OLEH:
I GEDE KRISNA WARDANA
NIM.1606541102
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR
Om
Swastiyastu
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
kasih sayang-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan “Makalah Hubungan Tanah dan Air serta Tanaman”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Tanah. Kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam segi materi. Mohon maaf
sedalam-dalamnya atas kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah
ini baik dalam segi bahasa, pemaparan, maupun penyajiannya.
Makalah
ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan campur tangan beberapa pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir
kata, harapan kami dalam penulisan makalah ini dapat terwujud, yaitu memberikan
manfaat dan menambah wawasan kepada kami dan pembaca pada umumnya.
Om Santhi Santhi Santhi Om
Denpasar,
17 April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
2.1 Hubungan Air dengan
Tumbuhan........................................................................ 2
2.2 Hubungan Tanah dengan
Tumbuhan................................................................... 8
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 12
3.2 Saran.................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 13
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan (Plantae) merupakan makhluk
hidup yang telah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan bersifat
eukariot, multiseluler, mengandung klorofil, dapat melakukan fotosintesis (autotrof),
dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual, serta dinding selnya tersusun
dari selulosa. Biasanya hidup di daratan (tanah) dan berfungsi sebagai sumber
utama oksigen bagi atmosfer bumi. Proses tumbuh pada tumbuhan merupakan salah
satu aktivitas fisiologi. Pada proses pertumbuhan banyak dipengaruhi berbagai
faktor lingkungan seperti suhu udara, pencahayaan, ketersediaan hara tanah,
kesesuaian media tumbuh dan faktor lainnya.
Salah satu faktor terpenting pada tumbuhan
adalah air. Air merupakan materi terbesar penyusun tubuh makhluk hidup
(tumbuhan, hewan, dan manusia), yaitu sekitar 80% dari total berat tubuh
makhluk hidup. Selain itu Air merupakan pelarut yang baik karena mudah berikatan
dengan partikel yang berbeda, karena daya kohesi lebih besar dari daya
adhesinya.
Selain air, tumbuhan juga membutuhkan tanah
sebagai media tanam. Tanah merupakan sistem dipersi tiga fase yang selalu
berada dalam keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut yaitu fase padat, cair,
dan gas. Adapun struktur tanah adalah padatan, bahan semen dan ruang pori
(Islami dan Utomo, 1995). Tanah mengandung berbagai nutrisi dan mineral yang
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu,
penulis akan membahas tentang” Hubungan Air, Tanah dan Tumbuhan”.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah, adalah sebagai berikut:
1)
bagaimanakah hubungan air dengan tumbuhan?
2)
bagaimanakah hubungan tanah dengan tumbuhan?
|
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Air dengan Tumbuhan
Banyak aktivitas tumbuhan ditentukan oleh sifat air dan
bahan yang larut dalam air. Jadi, telaah singkat mengenai sifat air merupakan
cara yang baik untuk memulai kajian tentang fisiologi tumbuhan.
A. Sifat-sifat Air dan Pentingnya Air Bagi Tumbuhan
1) Air Sebagai Pelarut
Air mampu melarutkan banyak bahan daripada zat cair
lainnya. Hal itu karena air memiliki sifat tetapan dielektrik yang paling
tinggi, yaitu suatu ukuran kemampuan untuk menetralkan tarik menarik antar
muatan listrik. Sisi positif molekul air ditarik oleh ion atau permukaan
molekul polar yang negatif, dan sisi negatifnya oleh ion atau permukaan
positif. Jadi molekul air membentuk sangkar, menegelilingi ion atau molekul
polar, sehingga ion atau molekul tersebut tidak dapat bergabung dengan yang
lain, dan tidak mengkristal membentuk endapan (Salisbury dan Ross 1995).
2) Gaya Adesi dan Kohesi Air
Tarik menarik antar molekul tak sejenis disebut adesi.
Sedangkan tarik menarik antara molekul sejenis dinamakan kohesi. Kohesi
memberikan sifat pada air suatu kekuatan regang yang besar yakni kemampuan
menahan regangan tanpa putus. Didalam kolom air yang kecil seperti dalam elemen
xilem batang kekeuatan regang sangat tinggi sehingga memungkinkan air tertarik
ke puncak pohon yang tinggi tanpa terputus.
Kohesi antar molekul air menimbulkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaaan berperan dalam fisiologi tumbuhan misalnya, pada tekanan
normal lalu lalangnya gelembung udara melalui pori dan ceruk di dinding sel dihambat
oleh tegangan permukaan (Salisbury dan Ross 1995).
|
3) Kalor (panas) Laten Vaporisasi dan Fusi yang
Tinggi
Kalor laten vaporisasi molekul air merupakan energi yang
dibutuhkan untuk menguapkan 1g air pada suhu 20oCdan besar kalor
laten vaporasi air adalah 586 Cal, sedangkan kalor laten fusi merupakan energi
yang dibutuhkan untuk mencairkan 1g es pada suhu 0oC dan besarnya
kalor laten fusi adalah 80 Cal. Bagi tumbuhan tingginya kalor laten vaporisasi
ini penting untuk menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
Setiap molekul air padat (es) dikelilingi oleh empat molekul
air lainnya membentuk struktur tetrahedral dan struktur tersebut tertata
sedemikian rupa sehingga kristal es berbetuk heksagonal seperti pada butiran
salju. Selama proses konversi dari bentuk padat ke bentuk cair molekul air
bergerak saling menjauh, tetapi volume total air tersebut berkurang selama
proses pencairan. Hal tersebut karena molekul air tersusun lebih efisisen dalam
bentuk cair dibanding dalam bentuk padat. Air mengembang jika membeku karena
kerapatan es lebih rendah dibanding air, oleh sebab itu es mengapung di
permukaan air (Lakitan, 1996).
4) Viskositas Rendah (kekentalan)
Air dalam keadaan cair memiliki ikatan hidrogen
bersama-sama oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogen menjadi
lemah dan mudah putus. Air dapat mengalir dengan mudah dalam jaringan tumbuhan.
Pada kondisi padat, setiap atom O memiliki lebih sedikit ikatan hidrogen,
sehingga masing-masing ikatan akan lebih kuat. Viskositas air akan menurun jika
suhunya meningkat (Lakitan, 1996).
5) Ionisasi Air dan Skala pH
Beberapa molekul air di pecah menjadi ion hidrogen (H+)
dan ion hidroksil (OH-). Secara alamiah, air sangat jarang
mengandung (H+) dan (OH-)
dalam konsentrasi yang sama. Berdasarkan konsentrasi (H+) dalam
larutan, dikembangkan sekala pH yang mencerminkan tingkat keasaman larutan dan
bermanfaat dalam studi fisiologi tumbuhan maupun bidang ilmu lainnya (Lakitan,
1996).
B. Potensial air, Potensial Osmotik, dan Potensial Tekanan Pada Tumbuhan
1) Potensial Air.
Potensial air
adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian sistem, dinyatakan
dalam satuan tekanan, dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga
dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian
yang sama; dan potensial kimia air murni ditentukan sama dengan nol.
Proses difusi zat terlarut terjadi akibat adanya
selisih potensial kimia zat terlarut maka air berdifusi akibat adanya selisih
potensial air. Jika potensial air lebih tinggi disuatu bagian dari sistem
daripada bagian lain, dan tidak ada penghalang difusi air maka air
bergerak dari daerah berpotensial tinggi kedaerah berpotensial rendah. Proses
tersebut spontan, energi bebas dilepaskan kesekitar dan energi bebas tersebut
menurun. Energi yang dilepaskan ini mempunyai potensial untuk melakukan kerja
misalnya mengalir air secara osmotik kebagian atas batang yang sering disebut
sebagai tekanan akar. Potensial air bukan saja menjadi penentu akhir dari
proses pergerakan air secara difusi tapi juga menjadi penentu tak langsung
perpindahan massa air yang terjadi karena adanya gradien
tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul karena adanya tekanan difusi.
2) Potensial Tekanan
Potensial tekanan merupakan tekanan yang diberikan pada
air atau larutan untuk meningkatkan kemampuan osmosis pada tumbuhan potensial
tekanan dapat tumbuh dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat
positif nol maupun negatif. Potensial tekanan juga merupakan tekanan fisik pada
suatu larutan yang bersifat relatif terhadap tekanan atmosfer. Contohnya air
didalam sel sel xilem yang tak hidup (trakeid fan unsur unsur pembuluh)
suatu tumbuhan sering kali berada dibawah potensial tekanan negatif (tegangan
yg kurang dari M-2 MPa). Sebaliknya seperti udara didalam balon sel sel hidup
biasanya berada dibawah tekanan positif secara spesifik isi sel akan meekan
membran plasma ke didinding sel, dan kemudian dinding sel akan menekan
protoplas yang menghasilkan sesuatu tekanan turgor (Campbell, 2008).
3) Potesial Osmotik
Potensial osmotik adalah potensial kimia zat terlarut
dalam suatu sistem atau bagian sistem dinyatakan dalam satuan
tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan
tekanan), pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama. Jadi secara ringkas potensial osmotik adalah kemampuan larutan
untuk berosmosis dan besar potensial osmotik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yaitu hipertonis,
isotonis, atau hipotonis.
Potensial osmotik larutan menyatakan status larutan dan
status larutan dapat dinyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan tekanan atau
satuan energi. Nilai potensial osmotik dapat diukur menggunakan alat yang
disebut Osmometer. Tekanan yang timbul pada osmometer merupakan tekanan yang nyata
dan tekanan tersebut merupakan tekanan osmotik yang bernilai positif, tetapi
tekanan larutan sebelum diukur disebut potensial osmotik bernilai negatif.
C. Difusi dan Osmosis pada Tumbuhan
Tukar menukar ion terjadi pada seluruh tubuh tumbuhan
yang berklorofil, yaitu masuknya CO2 dan keluarnya O2
pada proses fotosintesis. Berikut akan dibahas proses pertukaran pada tumbuhan.
1) Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random
yang menghasilkan pergerakan molekul efektif
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contoh- contohnya adalah
difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik tomografi (Jitendra
et al, 2012). Model dasar yang digunakan dalam penelitian tentang difusi
biasanya adalah hukum Fick. Difusi larutan gula sangat penting dalam dunia
biologi, contohnya adalah fenomena transport gula dalam tanaman. Difusi
merupakan pergerakan spontan suatu zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
yang rendah. Rata-rata sel mengalami difusi dalam sistem transportasinya.
Difusi air melalui membran semipermeabel disebut osmosis. Jadi secara ringkas
difusi merupakan pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi
yang rendah.
2) Osmosis
Absorpsi suatu sel terjadi melalui osmosis yaitu difusi
air melintasi suatu membran. Osmosis
merupakan perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi yang tinggi menuju
konsentrasi yang rendah melalui membran semipermeabel. Pada sel tumbuhan yang
berdinding sel kaku, menambah faktor lain yang mempengaruhi osmosis, tekanan
fisik dinding sel mendorong melawan protoplas yang mengembang. Gabungan dari
konsentrasi zat terlarut dan tekanan fisik disatukan kedalam susatu kuantitas
yang disebut potensial air.
Potensial air menentukan arah pergerakan air. Air yag
tidak terikat pada zat terlarut atau permukaan akan bergerak dari daerah yang
memiliki potensial air lebih tinggi menuju daerah yang memiliki poternsial air
lebih rendah. Contohnya, jika sel tumbuhan direndam dalam larutan yang memiliki
potensial air yang lebih tinggi dari pada sel maka air akan bergerak ke dalam
sel yang menyebabkan turgid (sangat tegang).
Potensial air dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut
disebut juga potensial osmotik karena zat terlarut mempengaruhi arah osmosis.
Sedangkan potensial tekanan adalah tekanan fisik pada suatu larutan.
D. Proses Turgid dan Plasmolisis Pada Tumbuhan
1) Turgid
Ketika suatu
sel tumbuhan berada pada larutan yang hipotonis, maka air atau pelarut dari
larutan tersebut akan berosmosis menuju ke dalam sel tumbuhan, sehingga cairan
intra selular mengalami kenaikan tekanan osmotik dan sel tersebut menjadi tegang
dan mengembang. Hal tersebut menjadikan sel tumbuhan mengalami tekanan turgor.
Keadaan saat tekanan osmotik mendorong keluar sel dan tekanan turgor yang
mendorong kedalam sel disebut turgid.
2) Plasmolisis
Potensial air
memengaruhi absorpsi dan kehilangan air
oleh sel tumbuhan hidup. sebuah sel yang flasid (flaccid) atau lemas karena
kehilangan air kemudian, sel flasid ini
direndam didalam larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi
(potensial zat terlarut lebih negatif) daripada sel itu sendiri. Karena larutan
eksternal memilikki potensial air yang lebih rendah (lebih negatif), maka air
berdifusi keluar sel. Protoplas mengalami pengerutan dan lepas dari dinding sel
yang disebut dengan plasmolisis (Campbell, 2008).
Plasmolisis
merupakaan keadaan dimana sel mengalami kehilangan air karena karena
konsentrasi larutan yang tinggi diluar sel, sehingga air berosmosis keluar se.
Proses ini menyebabkan sel mengerut dan mati. Plasmolisis umum terjadi pada sel
tanaman yang sering kehilangan sejumlah besar air karena kondisi kering atau
panas (Kristy, 2015).
E. Transpirasi, gutasi dan Evaporasi Pada Tumbuhan
1) Transpirasi
Penguapan air pada
makhluk hidup khususnya tumbuhan menurut banyak pustaka disebut transpirasi.
Pada tumbuhan, peristiwa itu biasanya berhubungan dengan kehilangan air
memalalui stomata, kutikula, lentisel. Transpirasi dilakukan untuk menunjang
pertumbuhan tanaman karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan
terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk
kedalam tumbuhan sebagai CO2 melalui pori stomata, yang paling banyak terdapat
dipermukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama saat
stomata terbuka (Salisbury dan Ross, 1992).
Memahami
berbagai faktor lingkungan dan cara faktor tersebut memepengaruhi transpirasi
melalui daun serta penyerapan CO2 ke dalam daun saat yang berlainan.
Faktor lingkungan bukan hanya mempengaruhi proses pengupan air dan difusi.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata pada
permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang ditrasnpirasikan dan CO2.
Faktor yang mempengaruhi transpirasi sebagai berikut:
i. Kenaikan suhu daun: Sangat banyak menaikkan penguapan dan sedikit
difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup dan membuka lebih lebar.
ii. Intensitas cahaya: Menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih
cepat.
iii. Angin: Membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air.
Hal ini menyebabkan penguapan dan peyerapan CO2 meningkat
2) Gutasi
Pada malam hari
tidak terjadi transpirasi, sel-sel akar terus memompa ion-ion mineral ke dalam
xilem stele. Endodermis membantu mencegah ion tersebut bocor keluar. Akumulasi
mineral yang terjadi akan menurunkan potensial air di dalam stele. Air mengalir
masuk dari korteks akar, menghasilkan tekanan akar, dorongan getah xilem.
Tekanan akar terkadang menyebabkan lebih banyak air yang memasuki daun daripada
yang di transpirasikan, sehingga terjadi gutasi, yaitu pengeluaran titik-titik
air yang dapat dilihat pada pagi hari di ujung atau di tepi daun.
3) Evaporasi
Dalam transfer
air jarak jauh dari akar ke daun melalui aliran masal,
pergerakan cairan disebabkan oleh potensial air dari kedua ujung jaringan
xilem. Perbedaan potensial air terjadi di ujung xilem pada daun akibat
evaporasi air dari sel-sel daun. Evaporasi menurunkan potensial air pada
udara-air sehingga membangkitkan tekanan negatif atau tegangan yang menarik air
melalui xilem.
Tekanan
biasanya bernilai positif pada mahkluk hidup, tapi sering negatif pada unsur
mati xilem atau pada tanah (tapi positif dibawah permukaan air tanah).
Potensial air dapat bernilai negatif , nol , atau positif , sebab tekanan dapat
bernilai positif dan sangat tinggi, dan potensial osmotik dapat bernilai nol
atau negatif. Telah ditetapkan bahwa potensial air air murni pada tekanan
atmosfer sama dengan nol dan potensial air suatu larutan pada tekanan atmosfer
bernilai negatif.
2.2 Hubungan Tanah dengan Tumbuhan
1) Peranan Tanah Sebagai Sumber Nutrisi
Tanah merupakan bagian yang tidak dapat terpisah dari kehidupan tumbuhan
karena tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup diatasnya, Tanah
diperlukan tumbuhan sebagai tempat hidup (habitat) dimana tumbuhan tersebut
ditanam. Namun yang tak kalah penting adalah unsur hara yang terkandung dalam
tanah yang diperlukan tumbuhan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya.Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya, tumbuhan menyerap unsur hara yang terkandung di
dalam tanah.
Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk
tumbuh, berkembang, dan bereproduksi.Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi,
tumbuhan menunjukkan gejala-gejala tidak sehat.Nutrisi yang terlalu sedikit
atau yang terlalu banyak dapat menimbulkan masalah.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari pertumbuhan suatu pohon. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan
yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh tumbuhan contoh nutrisi di dalam tanah
adalah berupa air dan mineral.
Berikut merupakan sifat-sifat tanah meliputi tekstur
tanah, struktur tanah dan koloid tanah.
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah bergantung pada ukuran partikel-partikelnya. Partikel tanah
dapat berkisar dari pasir yang kasar ( diameter 0,02-2 mm), lempung (0,002-0,02
mm), hingga partikel tanah liat mikroskopis ( kurang dari 0,002 mm).
partikel-partikel yang berukuran berbeda ini akhirnya muncul dari pengikisan
bebatuan. Pembekuan air di dalam retakan bebatuan menyebabkan bebatuan pecah
secara mekanis, dan asam lemak di dalam tanah menghancurkan bebatuan secara
kimiawi. Ketika organisme-organisme menembus batu, mereka memepercepat
penghancuran melalui agen-agen kimiawi dan mekanik. Akar tumbuhan, misalnya
menyekrasikan asam yang melarutkan bebatuan, dan pertumbuhannya di celah-celah
bebatuan menyebabkan pemecahan secara mekanis. Partikel-partikel mineral yang
dilepaskan oleh pengikisan menjadi tercampur dengan organisme-organisme hidup
dan humus, sisa-sisa organisme mati dan zat-zat organik lainnya membentuk top soil. Top soil dan lapisan-lapisan tanah yang berbeda atau horizon tanah
(soil horizon) sering kali terlihat
jika ada retakan jalan atau lubang yang cukup dalam. Kedalaman top soil atau horizon A, dapat berkisar
dari beberapa millimeter hingga beberapa meter.(Campbell,et al. 2008:369)
Di dalam top soil, tumbuhan memperoleh nutrisi dari larutan tanah, yaitu
air dan mineral-mineral terlarut di dalam pori-pori di antara partikel-partikel
tanah. Pori-pori tersebut juga mengandung kantong udara setelah hujan lebat,
air mengalir dari rongga-rongga yang besar di dalam tanah, namun rongga-rongga
yang lebih kecil mempertahankan air karena molekul-molekul air tertarik ke
permukaan tanah liat dan partikel tanah lain yang bermuatan negatif.
(Campbell,et al. 2008:369)
b. Struktur Tanah
Top soil
yang paling fertil mengandung sebagian besar pertumbuhan adalah loam, yang tersusun atas pasir, lempung
dan tanah liat dalam jumlah yang kira-kira setara. Tanah loam memiliki cukup banyak partikel lempung dan tanah liat yang
berukuran kecil untuk menyediakan area permukaan yang cukup besar bagi adhesi
dan retensi mineral serta air. Biasanya
top soil yang paling subur memiliki pori-pori yang berisi sekitar separuh air
dan separuh udara, sehingga menyediakan keseimbangan yang baik antara airasi,
drainase dan kapasitas penyimpanan air. (Campbell,et al. 2008:369). Komposisi top soil meliputi komponen kimiawi
anorganik (mineral) dan organik.
Komponen Anorganik
Sebagian
besar tanah bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan positif (positif) – seperti
kalium (K+), kalsium (Ca2+), Dan Magnesium (Mg2+)
– melekat ke partikel-partikel ini sehingga tidak mudah hilang akibat leaching yaitu perembesan air melalui
tanah. Akan tetapi akar tidak menyerap kation mineral secara langsung dari
partikel tanah. Sebagai gantinya, kation tersedia di dalam larutan tanah,
melalui pertukaran kation (cation
exchange). Dalam proses ini, kation mineral digantikan dari partikel tanah
oleh kation lain, terutama H+, dan memasuki larutan tanah, yang
kemudian diserap oleh rambut-rambut akar.
Komponen Organik
Humus merupakan komponen organaik utama topsoil,
terdiri dari materi organik yang dihasilkan oleh dekomposer yang mati, feses,
dedaunan yang gugur dan zat organisme lainnya oleh bakteri dan fungi. Humus
juga meningkatkan kapasitas tanah untuk bertukar kation dan berperan sebagai
penampung nutrient mineral yang kembali secara perlahan-lahan ke tanah seiring
dekomposisi zat organik oleh mikroorganisme.
Topsoil juga
merupakan komponen organik oleh mikroorganisme. Organisme yang jumlahnya sangat
banyak. Sesendok teh topsoil memiliki
sekitar 5 miliar bakteri yang hidup bersama dengan fungi, alga dan Protista
yang lain, serangga,cacing tanah,nematode, serta akar tumbuh. (Campbell,et al., 2008:370)
c. Koloid Tanah
Koloid adalah suatu campuran heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi atau
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain ( medium pendispersi atau
pemecah). Koloid tanah adalah bahan organic dan bahan mineral tanah yang sangat
halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat.
Koloid tanah terdiri dari liat (koloid anorganik) dan humus (koloid organik).
Koloid anorganik terdiri dari mineral liat seperti alsilikat, oksida-oksida
Fe, dan Al, serta mineral mineral primer. Koloik organik adalah humus yang
tersusun oleh unsur C, H, dan O. humus diperkirakan disusun oleh tiga jenis
bagian utama, yaitu fulvik, humik, dan humin. Humus menyusun 90% bagian bahan
organik tanah. Humus adalah senyawa yang kompleks tersusun oleh asam fulvat,
humat, humin, lignoprotein dan lainnya. Humus memiliki sifat resisten terhadap
perombakan jasad renik (mikroorganisme), bersifat amorf (tidak memiliki bentuk
tertentu), berwarna cokelat hitam, bersifat koloid dan berasal dari proses
humifikasi bahan organik dari mikroba tanah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Air memiliki
beberapa sifat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara
fisiologis, diantaranya: sebagagai pelarut segala macam zat yang baik, memiliki
kalor laten vaporisasi dan kalor fusi yang tinggi, memiliki daya viskositas
yang rendah, memiliki daya kohesi lebih tinggi disbanding dengan daya
adhesinya, dan memiiki kandungan ion hydrogen (H+) dan (OH-)
sehingga membuat kandungan ion dapat bersifat asam ataupun bersifat basa.
·
Proses difusi dan
osmosis yang ekstreem pada tumbuhan dapat mengakibatkan terjadinya proses lisis
dan plasmolisis.
·
Tanah merupakan
media tanam yang baik untuk tumbuhan karena memiliki kandungan unsur hara yang
dibutuhkan untuk proses metabolisme.
·
Sifat tanah mencakup tekstur, struktur dan koloid tanah
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara
fisiologis.
|
3.2
Saran
·
Jika ingin
mempelajari hubungan antara tanah, air dan tanaman sebaiknya lebih banyak lagi
melihat refrensi refrensi dari jurnal-jurnal yang sudah ada
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2008.
Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Lakitan,
Benyamin. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada.
Salisbury. 1995.
Fisiologi tumbuhan jilid 2. Bandung: ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar