Selasa, 07 Mei 2019

PENGARUH SIFAT FISIK TANAH TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI


MAKALAH
PENGARUH SIFAT FISIK TANAH TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI

I GEDE KRISNA WARDANA
NIM.1606541102


















PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Om Swastiyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan “Makalah DAS”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DAS. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam segi materi. Mohon maaf sedalam-dalamnya atas kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini baik dalam segi bahasa, pemaparan, maupun penyajiannya.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan campur tangan beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, harapan kami dalam penulisan makalah ini dapat terwujud, yaitu memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada kami dan pembaca pada umumnya.
 Om Santhi Santhi Santhi Om


                                                                                    Denpasar, 27 April 2019


                                                                                    Penulis














DAFTAR ISI
JUDUL-------------------------------------------------------------------------------------      i
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------------      ii
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------      iii
BAB 1 PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------      1
1.1 Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------      1
1.2 Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------      2
1.3 Tujuan-----------------------------------------------------------------------------------      2
BAB II PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------      3
2.1 Hubungan Sifat Tanah Dengan Aliran Permukaan-------------------------------------      3
2.1.1 Bahan Organik Tanah-----------------------------------------------------------------      3
2.1.2 Tekstur Tanah-------------------------------------------------------------------------      4
2.1.3 Bobot Isi------------------------------------------------------------------------------      5
2.2 Pengaruh Terkstur Tanah Terhadap Terjadinya Erosi----------------------------------      6
2.3 Pengaruh Struktur Tanah Terhadap Terjadinya Erosi----------------------------------      6
2.4 Pengaruh Permeabilitas Tanag Terhadap Terjadinya Erosi-----------------------------      7
BAB III PENUTUP------------------------------------------------------------------------      8
3.1 Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------      8
3.2 Saran------------------------------------------------------------------------------------      8
DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------------      9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak pada mendangkalnya sungai sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau (Arsyad, 2012).
Erosi merupakan salah satu proses dalam DAS yang terjadi akibat dari pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Erosi juga merupakan salah satu indikasi untuk menentukan kekritisan suatu DAS. Besarnya erosi dan sedimentasi dari tahun ke tahun akan semakin bertambah apabila tidak dilakukan pengendalian atau pun pencegahan (Anonimus 2012)
Aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah atau bumi dan bentuk aliran inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi (Arsyad, 2006). Di dalam bahasa inggris dikenal kata runoff yang berarti bagian air hujan yang mengalir ke sungai atau saluran, danau, atau laut berupa aliran di atas permukaan tanah atau aliran di bawah permukaan tanah. Akan tetapi di dalam hidrologi istilah runoff digunakan untuk aliran di atas permukaan tanah bukan aliran di bawah permukaan tanah. Dalam pengertian ini runoff dapat berarti aliran air di atas permukaan tanah sebelum air itu sampai ke dalam saluran atau sungai, dan aliran air di dalam sungai (Arsyad, 2006).
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil interaksi antara iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk dan waktu (Arsyad, 2006). Tanah memiliki sifat-sifat kimia, biologi dan fisika. Fisika tanah adalah penerapan konsep dan hukum-hukum fisika pada kontinum tanah-tanamanatmosfer. Sifat fisik tanah berperan penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat fisik tanah, seperti kerapatan isi dan kekuatan tanah sudah lama dikenal sebagai parameter utama dalam menilai keberhasilan teknik pengolahan tanah (Afandi, 2005). Sifat fisik tanah juga sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain dalam hubungannya dengan kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan kemampuan tanah untuk menyimpan air. Walaupun sifat fisika tanah telah lama dan secara

luas dipahami sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan tanaman, sampai dewasa ini perhatian terhadap kepentingan menjaga dan memperbaiki sifat fisik tanah masih sangat terbatas (Utomo, 1994, dalam Damayani 2008).
Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda serta aliran energi dalam tanah. Sifat fisika tanah dibentuk oleh empat komponen utama tanah yaitu: partikel-partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Perbandingan keempat komponen tersebut sangat bervariasi berdasarkan jenis tanah, lokasi, dan kedalaman. Sifat fisik tanah terbentuk akibat proses degradasi mineral batuan oleh asam-asam organik-anorganik. Degradasi mineral batuan merupakan proses perubahan permukaan bumi karena terjadi penyingkiran mineral batuan oleh proses fisika, kimia, dan biologi. Proses ini termasuk dalam proses eksogenik yang terdiri dari pelapukan, erosi, dan pergerakan massa. Pelapukan berperan menyediakan bahan mentah tanah. Erosi berpengaruh dominan menghilangkan tanah yang telah terbentuk, serta pergerakan massa mampu menjalankan fungsi pelapukan dan erosi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh sifat fisik tanah terhadap aliran permukaan dan erosi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui sifat fisik tanah yang mempengaruhi aliran permukaan dan erosi

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Hubungan Sifat Tanah dengan Aliran Permukaan
2.1.1 Bahan Organik Tanah
Analisis kadar bahan organik tanah dilakukan pada kedalaman 0-20 cm, sebelum pengamatan aliran permukaan dan erosi pada musim tanam kedua. Kadar bahan organik tanah pada petak 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 3.84, 3.84, dan 3.76% seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan Sulaeman et al. (2005) mengenai kriteria kadar bahan organik tanah, ketiga petak tersebut memiliki kadar bahan organik tanah pada kriteria tinggi (2-4%). Kadar bahan organik tanah yang tinggi dikarenakan tanah pada ketiga petak tersebut telah ditanami kacang tanah selama tiga tahun berturut-turut. Pada setiap persiapan tanam, tanah selalu diberikan pupuk, baik itu pupuk kandang maupun pupuk kimia. Selain itu setelah pemanenan, sisa tanaman dikembalikan ke tanah sehingga tanah memiliki bahan organik tanah dengan kadar yang tinggi.
Jumlah aliran permukaan dan erosi yang terjadi pada musim tanam kedua, yaitu selama dua bulan pengamatan berada pada kategori rendah (Tabel 5). Apabila total erosi yang terjadi selama dua bulan tersebut diasumsikan terjadi selama satu tahun, maka dalam satu tahun erosi yang terjadi pada petak 1, 2, dan 3 diprediksi sebesar 4.14, 4.02, dan 2.58 ton/ha. Klasifikasi tingkat bahaya erosi berdasarkan Departemen Kehutanan (1998), kehilangan tanah kurang dari 15 ton/ha/tahun merupakan bahaya erosi pada tingkat satu, yaitu erosi sangat ringan. Kadar bahan organik tanah yang tinggi menyebabkan aliran permukaan dan erosi yang terjadi pada musim tanam kedua rendah. Pengaruh bahan organik tanah terhadap aliran permukaan terutama berupa perlambatan kecepatan aliran permukaan, peningkatan

infiltrasi dan pemantapan agregat tanah (Arsyad 2010). Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah (Tolaka et al. 2013), sehingga dapat meningkatkan infiltrasi tanah.

2.1.2 Tekstur Tanah
Analisis tekstur tanah dilakukan pada kedalaman 0-20 cm, sebelum pengamatan aliran permukaan dan erosi pada musim tanam kedua. Berdasarkan hasil analisis, tekstur pada petak 1, 2, dan 3 memiliki kelas tekstur klei dengan komposisi pasir, klei dan debu yang berbeda (Tabel 6). Persentase pasir pada petak 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 6.62, 8.55, dan 14.03%. Persentase klei pada petak 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 84.94, 86.06, dan 70.80%. Persentase debu pada petak 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 8.44, 5.39, dan 15.17%.
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada kondisi hujan lebat yaitu 96.75 mm, petak 1 mengalami aliran permukaan dan erosi tertinggi yaitu 8.55 mm dan 29.48 g/m2 . Hal tersebut dikarenakan petak 1 memiliki persentase pasir yang rendah yaitu 6.22%. Dengan kadar pasir paling rendah, memungkinkan petak 1 memiliki laju infiltrasi paling rendah sehingga aliran permukaan dan erosi paling tinggi. Pada kondisi hujan lebat, pasir memiliki peran besar terhadap infiltrasi tanah. Arsyad (2010) menyatakan tanah pasir mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi. Nilai erosi terendah pada saat hujan lebat terdapat pada petak 3 yaitu 4.37 g/m2 . Meskipun tanah pada petak 3 memiliki kandungan debu yang tinggi, namun kandungan pasir yang tinggi pada petak 3 menyebabkan tingkat erosi yang rendah pada saat terjadi hujan lebat. Kandungan pasir yang tinggi pada petak 3 menyebabkan banyaknya air yang meresap ke dalam tanah sehingga berkurangnya aliran pePada kondisi hujan ringan yaitu 10 mm, petak 3 mengalami aliran permukaan dan erosi tertinggi yaitu 0.49 mm dan 1.13 g/m2 . Hal tersebut dikarenakan petak 3 memiliki persentase debu yang tinggi yaitu 15.17%. Pada saat hujan ringan, aliran permukaan yang terjadi rendah. Aliran permukaan yang rendah menyebabkan debu tererosi terlebih dahulu. Energi aliran permukaan yang ada belum cukup untuk mengangkut pasir dan klei, sehingga menyebabkan pasir dan klei masih bisa bertahan. Pasir bertahan melalui bobotnya dan klei bertahan melalui bobot dan ikatannya. Tenaga yang dibutuhkan aliran permukaan untuk mengangkut partikel tanah semakin besar seiring dengan bertambahnya ukuran partikel tanah (FAO 1965). Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanahtanah didominasi klei umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk dihancurkan. rmukaan dan daya angkut air terhadap erosi tanah.
Dalam peristiwa erosi, fraksi halus tanah akan terangkut lebih dahulu. Proses ini berhubungan dengan daya angkut aliran permukaan terhadap butir-butir tanah yang berbeda berat jenisnya, kejadian tersebut disebut selektivitas erosi (Arsyad 2010). Namun klei yang saling berikatan membentuk agregat yang lebih besar akan sulit terangkut aliran permukaan.

2.1.3 Bobot Isi
Bobot isi menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume total tanah (bahan padatan ditambah pori-pori) (Hillel 1997). Analisis bobot isi dilakukan pada kedalaman 0-20 cm, sebelum pengamatan aliran permukaan dan erosi pada musim tanam kedua. Bobot isi pada petak 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 1.06, 0.89, dan 1.01 g/cm3 , seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7. Bobot isi pada ketiga petak tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adeline (2014) dan Presana (2014), bobot isi tanah Latosol Darmaga berada diantara 0.98-1.1 g/cm3. Bobot isi yang relatif rendah menyebabkan air mudah masuk ke dalam tanah sehingga jumlah air yang masuk lebih banyak dan memperkecil aliran permukaan dan erosi yang terjadi.
Petak 2 memiliki nilai aliran permukaan terendah pada setiap kondisi curah hujan, yaitu pada kondisi curah hujan lebat, normal dan ringan. Hal tersebut dikarenakan petak 2 memiliki bobot isi terendah yaitu 0.89 g/cm3 , sehingga lebih mudah meresapkan air ke dalam tanah dan menyebabkan aliran permukaan yang rendah.
Bobot isi pada petak 1, 2, dan 3 dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah yang tinggi. Santosa (2006) menyatakan bahan organik memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan dengan partikel mineral tanah, sehingga semakin besar kadar bahan organik tanah maka nilai berat isi tanah semakin kecil. Tanah dengan bahan organik yang tinggi akan memiliki bobot isi tanah yang relatif rendah.

2.2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Terjadinya Erosi
Menurut Ashari (2013) menerangkan bahwa Nilai erodibilitas tanah ditentukan oleh berbagai faktor. Tekstur berkaitan dengan kapasitas infiltrasi serta kemudahan tanah untuk terangkut pada saat terjadi erosi. Bahan organik selain menyuburkan tanah juga memperkuat agregat tanah. Struktur merupakan susunan saling mengikat antar butir tanah, sehingga semakin kuat struktur maka semakin tahan terhadap erosi. Permeabilitas berkaitan dengan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Tekstur tanah dan kandungan bahan organik tanah sangat berpengaruh terhadap nilai Indeks Erosi, sedangkan nilai Indeks Erosi tidak dapat ditunjukkan hanya dengan permeabilitas tanah. Dimana, semakin besar persentase tekstur tanah debu (silt), maka semakin besar pula nilai indeks erosi dan semakin kecil persentase tekstur tanah liat (clay) maka semakin besar nilai Indeks Erosi, sedangkan untuk persentase tekstur tanah pasir (sand) tergantung dari komposisi tekstur tanah debu (silt) dan tekstur tanah liat (clay). Selain itu, semakin besar persentase kandungan bahan organik tanah maka semakin kecil nilai indeks erosi (Sulistyaningrum, Liliya, Bambang, 2014).
Menurt Arifin (2010) menerangkan bahwa sifat fisik yang dipengaruhi oleh bahan organik dalam kaitannya dengan erodibilitas tanah adalah struktur, tekstur dan permeabilitas tanah. Pengelolaan tanah yang intensif secara terus menerus tanpa mengistirahatkan tanah dan tanpa penambahan bahan organik berakibat merusak struktur tanah. Selanjutnya berakibat pada permeabilitas tanah. Pada tanah tertentu permeabilitas tanahnya menjadi lambat. Permeabilitas lambat dan laju infiltrasi yang rendah mengakibatkan tingginya limasan permukaan yang pada akhirnya mempertinggi limpasan permukaan dan berakibat pada meningkatnya kehilangan tanah (erosi). Tanah dengan partikel tanah berukuran besar akan tahan terhadap erosi karena sukar diangkut, sedangkan tanah yang didominasi oleh partikel yang berukuran halus peka terhadap erosi karena adanya pengikisan bahan semen oleh hujan. Jadi tanah yang mudah tererosi adalah tanah berdebu.

2.3 Pengaruh Struktur Tanah Terhadap Terjadinya Erosi
Struktur adalah ikatan butir primer ke dalam butir sekunder atau agregat. Susunan butir-butir primer tersebut menentukan tipe struktur. Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granular lebih terbuka atau lebih sarang dan akan menyerap air lebih cepat dari pada yang berstruktur dengan butir-butir primer lebih rapat. Terdapat dua aspek struktur yang penting dalam hubungannya dengan erosi. Yang pertama adalah sifat fisiko-kimia liat yang menyebabkan terjadinya flokuasi, dan aspek yang keduanya adalah adanya bahan pengikat butir-butir primer sehingga terbentuk agregat yang mantap (Arsyad, 1989).

2.4 Pengaruh Permeabilitas Tanah Terhadap Terjadinya Erosi
Sairung (2008) menyatakan bahwa permeabilitas adalah kemudahan dimana gas, cairan, atau akar tanaman dapat masuk atau melalui sebongkah tanah atau lapisan tanah. Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran suatu media porous, yang memiliki rumus:
K = (2,3 x a x L)  x Log (h1)
              A x t                        ( h2)
Keterangan : K = permeabilitas tanah (cm2 ) a = luas penampang tabung (cm2 ) A = luas penampang ring (cm2 ) t = waktu (jam) h1 = tinggi kesuluruhan air (cm) h2 = tinggi setelah penurunan air (cm)
Secara langsung bahan organik tanah merupakan sumber senyawasenyawa organik yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Secara fisik biomass (bahan organik) berperan: 1) mempengaruhi warna tanah menjadi coklat-hitam, 2) merangsang granulasi, 3) menurunkan plastisitas dan kohesi tanah, 4) memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan 5) meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil (Hanafiah, 2005).






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan terbawa masuk ke sumber air (sedimen) dan akan diendapkan di tempat yang aliran airnya melambat di dalam sungai, waduk,  danau, reservoir, saluran irigasi, diatas pertanian dan sebagainya.
Aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah atau bumi dan bentuk aliran inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi (Arsyad, 2006). Di dalam bahasa inggris dikenal kata runoff yang berarti bagian air hujan yang mengalir ke sungai atau saluran, danau, atau laut berupa aliran di atas permukaan tanah atau aliran di bawah permukaan tanah.
Dengan  demikian, kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di dua tempat, yaitu pada tanah tempat erosi terjadi, dan pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan (Arsyad, 2012).
Kerusakan yang disebabkan erosi tidak hanya dirasakan dibagian hulu (on site) saja. Akan tetapi, juga berpengaruh dibagian hilir (off site) dari suatu DAS. Kerusakan di hulu menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan berpengaruh terhadap kemunduran produktivitas tanah atau meluasnya lahan kritis. Dibagian hilir kerusakan diakibatkan oleh sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran air dan sungai dan berakibat terjadinya banjir dimusim penghujan, dan terjadi kekeringan di musim kemarau (Atmojo, 2006). Menurut Setyono dan Devi (2015) menerangkan bahwa Waduk Selorejo beroperasi sejak tahun 1970 dan diharapkan dapat beroperasi dan melayani kebutuhan air hingga pada tahun 2020. Namun besarnya sedimen yang mengendap di dalam waduk hingga tahun 2020 sudah  melebihi kapasitas tampungan mati sebelum umur rencana waduk yang sudah direncanakan.

3.2 Saran
Untuk mengamati terjadinya erosi dan aliran permukaan dapat dilakukan melalui pengamatan sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah yang dapat dipakai yaitu struktur tanah, terkstur tanah, permeabilitas tanah, bahan organik tanah dan bobot isi tanah.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi – Institut
          Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.

Gintings, A. Ng. 1982. Aliran Permukaan dan Erosi dari Tanah yang Tertutup Tanaman
Kopi dan Hutan Alam di Sumberjaya-Lampung Barat. Balai Penelitian Hutan. Pusat      Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Laporan No:399. (Tidak dipublikasikan)

Meyer, L.D., and W.C. Harmon. 1984. Susceptibility of agricultural soils to interill
         erosion. Soil Sci. Soc. Am.J. 8:1.152-1.157.





HUBUNGAN ANTARA AIR DAN TANAH SERTA TUMBUHAN


HUBUNGAN ANTARA TANAH DAN AIR SERTA TANAMAN



DISUSUN OLEH:
I GEDE KRISNA WARDANA
NIM.1606541102





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS UDAYANA
2019




KATA PENGANTAR

Om Swastiyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan “Makalah Hubungan Tanah dan Air serta Tanaman”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Tanah. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam segi materi. Mohon maaf sedalam-dalamnya atas kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini baik dalam segi bahasa, pemaparan, maupun penyajiannya.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan campur tangan beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, harapan kami dalam penulisan makalah ini dapat terwujud, yaitu memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada kami dan pembaca pada umumnya.
 Om Santhi Santhi Santhi Om


                                                                                    Denpasar, 17 April 2019


                                                                                    Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
2.1 Hubungan Air dengan Tumbuhan........................................................................ 2
2.2 Hubungan Tanah dengan Tumbuhan................................................................... 8
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 12
3.2 Saran.................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 13





























BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tumbuhan (Plantae) merupakan makhluk hidup yang telah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan bersifat eukariot, multiseluler, mengandung klorofil, dapat melakukan fotosintesis (autotrof), dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual, serta dinding selnya tersusun dari selulosa. Biasanya hidup di daratan (tanah) dan berfungsi sebagai sumber utama oksigen bagi atmosfer bumi. Proses tumbuh pada tumbuhan merupakan salah satu aktivitas fisiologi. Pada proses pertumbuhan banyak dipengaruhi berbagai faktor lingkungan seperti suhu udara, pencahayaan, ketersediaan hara tanah, kesesuaian media tumbuh dan faktor lainnya.
Salah satu faktor terpenting pada tumbuhan adalah air. Air merupakan materi terbesar penyusun tubuh makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia), yaitu sekitar 80% dari total berat tubuh makhluk hidup. Selain itu Air merupakan pelarut yang baik karena mudah berikatan dengan partikel yang berbeda, karena daya kohesi lebih besar dari daya adhesinya.
Selain air, tumbuhan juga membutuhkan tanah sebagai media tanam. Tanah merupakan sistem dipersi tiga fase yang selalu berada dalam keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut yaitu fase padat, cair, dan gas. Adapun struktur tanah adalah padatan, bahan semen dan ruang pori (Islami dan Utomo, 1995). Tanah mengandung berbagai nutrisi dan mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang” Hubungan Air, Tanah dan Tumbuhan”.

1.2   Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah, adalah sebagai berikut:
1)      bagaimanakah hubungan air dengan tumbuhan?
2)      bagaimanakah hubungan tanah dengan tumbuhan?

 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Air dengan Tumbuhan
Banyak aktivitas tumbuhan ditentukan oleh sifat air dan bahan yang larut dalam air. Jadi, telaah singkat mengenai sifat air merupakan cara yang baik untuk memulai kajian tentang fisiologi tumbuhan.
A. Sifat-sifat Air dan Pentingnya Air Bagi Tumbuhan
1)      Air Sebagai Pelarut
Air mampu melarutkan banyak bahan daripada zat cair lainnya. Hal itu karena air memiliki sifat tetapan dielektrik yang paling tinggi, yaitu suatu ukuran kemampuan untuk menetralkan tarik menarik antar muatan listrik. Sisi positif molekul air ditarik oleh ion atau permukaan molekul polar yang negatif, dan sisi negatifnya oleh ion atau permukaan positif. Jadi molekul air membentuk sangkar, menegelilingi ion atau molekul polar, sehingga ion atau molekul tersebut tidak dapat bergabung dengan yang lain, dan tidak mengkristal membentuk endapan (Salisbury dan Ross 1995).
2)      Gaya Adesi dan Kohesi Air
Tarik menarik antar molekul tak sejenis disebut adesi. Sedangkan tarik menarik antara molekul sejenis dinamakan kohesi. Kohesi memberikan sifat pada air suatu kekuatan regang yang besar yakni kemampuan menahan regangan tanpa putus. Didalam kolom air yang kecil seperti dalam elemen xilem batang kekeuatan regang sangat tinggi sehingga memungkinkan air tertarik ke puncak pohon yang tinggi tanpa terputus.
Kohesi antar molekul air menimbulkan tegangan permukaan. Tegangan permukaaan berperan dalam fisiologi tumbuhan misalnya, pada tekanan normal lalu lalangnya gelembung udara melalui pori dan ceruk di dinding sel dihambat oleh tegangan permukaan (Salisbury dan Ross 1995).


 

3)      Kalor (panas) Laten Vaporisasi dan Fusi yang Tinggi
Kalor laten vaporisasi molekul air merupakan energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1g air pada suhu 20oCdan besar kalor laten vaporasi air adalah 586 Cal, sedangkan kalor laten fusi merupakan energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1g es pada suhu 0oC dan besarnya kalor laten fusi adalah 80 Cal. Bagi tumbuhan tingginya kalor laten vaporisasi ini penting untuk menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
Setiap molekul air padat (es) dikelilingi oleh empat molekul air lainnya membentuk struktur tetrahedral dan struktur tersebut tertata sedemikian rupa sehingga kristal es berbetuk heksagonal seperti pada butiran salju. Selama proses konversi dari bentuk padat ke bentuk cair molekul air bergerak saling menjauh, tetapi volume total air tersebut berkurang selama proses pencairan. Hal tersebut karena molekul air tersusun lebih efisisen dalam bentuk cair dibanding dalam bentuk padat. Air mengembang jika membeku karena kerapatan es lebih rendah dibanding air, oleh sebab itu es mengapung di permukaan air (Lakitan, 1996).
4)      Viskositas Rendah (kekentalan)
Air dalam keadaan cair memiliki ikatan hidrogen bersama-sama oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogen menjadi lemah dan mudah putus. Air dapat mengalir dengan mudah dalam jaringan tumbuhan. Pada kondisi padat, setiap atom O memiliki lebih sedikit ikatan hidrogen, sehingga masing-masing ikatan akan lebih kuat. Viskositas air akan menurun jika suhunya meningkat (Lakitan, 1996).
5)      Ionisasi Air dan Skala pH
Beberapa molekul air di pecah menjadi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-). Secara alamiah, air sangat jarang mengandung (H+) dan  (OH-) dalam konsentrasi yang sama. Berdasarkan konsentrasi (H+) dalam larutan, dikembangkan sekala pH yang mencerminkan tingkat keasaman larutan dan bermanfaat dalam studi fisiologi tumbuhan maupun bidang ilmu lainnya (Lakitan, 1996).

B. Potensial air, Potensial Osmotik, dan Potensial Tekanan Pada Tumbuhan
1)      Potensial Air.
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian sistem, dinyatakan dalam satuan tekanan, dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama; dan potensial kimia air murni ditentukan sama dengan nol.
Proses  difusi zat terlarut terjadi akibat adanya selisih potensial kimia zat terlarut maka air berdifusi akibat adanya selisih potensial air. Jika potensial air lebih tinggi disuatu bagian dari sistem daripada bagian lain, dan tidak ada penghalang difusi air maka air bergerak dari daerah berpotensial tinggi kedaerah berpotensial rendah. Proses tersebut spontan, energi bebas dilepaskan kesekitar dan energi bebas tersebut menurun. Energi yang dilepaskan ini mempunyai potensial untuk melakukan kerja misalnya mengalir air secara osmotik kebagian atas batang yang sering disebut sebagai tekanan akar. Potensial air bukan saja menjadi penentu akhir dari proses pergerakan air secara difusi tapi juga menjadi penentu tak langsung perpindahan massa air yang terjadi karena adanya  gradien  tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul karena adanya tekanan difusi.
2)      Potensial Tekanan
Potensial tekanan merupakan tekanan yang diberikan pada air atau larutan untuk meningkatkan kemampuan osmosis pada tumbuhan potensial tekanan dapat tumbuh dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif nol maupun negatif. Potensial tekanan juga merupakan tekanan fisik pada suatu larutan yang bersifat relatif terhadap tekanan atmosfer. Contohnya air didalam sel sel xilem yang tak hidup (trakeid fan unsur unsur pembuluh) suatu tumbuhan sering kali berada dibawah potensial tekanan negatif (tegangan yg kurang dari M-2 MPa). Sebaliknya seperti udara didalam balon sel sel hidup biasanya berada dibawah tekanan positif secara spesifik isi sel akan meekan membran plasma ke didinding sel, dan kemudian dinding sel akan menekan protoplas yang menghasilkan sesuatu tekanan turgor (Campbell, 2008).

3)      Potesial Osmotik
Potensial osmotik adalah potensial kimia zat terlarut dalam suatu sistem atau bagian sistem dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama. Jadi secara ringkas potensial osmotik adalah kemampuan larutan untuk berosmosis dan besar potensial osmotik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yaitu hipertonis, isotonis, atau hipotonis.
Potensial osmotik larutan menyatakan status larutan dan status larutan dapat dinyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi. Nilai potensial osmotik dapat diukur menggunakan alat yang disebut Osmometer. Tekanan yang timbul pada osmometer merupakan tekanan yang nyata dan tekanan tersebut merupakan tekanan osmotik yang bernilai positif, tetapi tekanan larutan sebelum diukur disebut potensial osmotik bernilai negatif.

C. Difusi dan Osmosis pada Tumbuhan
Tukar menukar ion terjadi pada seluruh tubuh tumbuhan yang berklorofil, yaitu masuknya CO2 dan keluarnya O2 pada proses fotosintesis. Berikut akan dibahas proses pertukaran pada tumbuhan.
1)      Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan pergerakan molekul efektif  dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contoh- contohnya adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik tomografi (Jitendra et al, 2012). Model dasar yang digunakan dalam penelitian tentang difusi biasanya adalah hukum Fick. Difusi larutan gula sangat penting dalam dunia biologi, contohnya adalah fenomena transport gula dalam tanaman. Difusi merupakan pergerakan spontan suatu zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah. Rata-rata sel mengalami difusi dalam sistem transportasinya. Difusi air melalui membran semipermeabel disebut osmosis. Jadi secara ringkas difusi merupakan pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi yang rendah.
2)      Osmosis
Absorpsi suatu sel terjadi melalui osmosis yaitu difusi air  melintasi suatu membran. Osmosis merupakan perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi yang tinggi menuju konsentrasi yang rendah melalui membran semipermeabel. Pada sel tumbuhan yang berdinding sel kaku, menambah faktor lain yang mempengaruhi osmosis, tekanan fisik dinding sel mendorong melawan protoplas yang mengembang. Gabungan dari konsentrasi zat terlarut dan tekanan fisik disatukan kedalam susatu kuantitas yang disebut potensial air.
Potensial air menentukan arah pergerakan air. Air yag tidak terikat pada zat terlarut atau permukaan akan bergerak dari daerah yang memiliki potensial air lebih tinggi menuju daerah yang memiliki poternsial air lebih rendah. Contohnya, jika sel tumbuhan direndam dalam larutan yang memiliki potensial air yang lebih tinggi dari pada sel maka air akan bergerak ke dalam sel yang menyebabkan turgid (sangat tegang).
Potensial air dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut disebut juga potensial osmotik karena zat terlarut mempengaruhi arah osmosis. Sedangkan potensial tekanan adalah tekanan fisik pada suatu larutan.

D. Proses Turgid dan Plasmolisis Pada Tumbuhan
1)      Turgid
Ketika suatu sel tumbuhan berada pada larutan yang hipotonis, maka air atau pelarut dari larutan tersebut akan berosmosis menuju ke dalam sel tumbuhan, sehingga cairan intra selular mengalami kenaikan tekanan osmotik dan sel tersebut menjadi tegang dan mengembang. Hal tersebut menjadikan sel tumbuhan mengalami tekanan turgor. Keadaan saat tekanan osmotik mendorong keluar sel dan tekanan turgor yang mendorong kedalam sel disebut turgid.
2)      Plasmolisis
Potensial air memengaruhi absorpsi dan  kehilangan air oleh sel tumbuhan hidup. sebuah sel yang flasid (flaccid) atau lemas karena kehilangan air kemudian,  sel flasid ini direndam didalam larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi (potensial zat terlarut lebih negatif) daripada sel itu sendiri. Karena larutan eksternal memilikki potensial air yang lebih rendah (lebih negatif), maka air berdifusi keluar sel. Protoplas mengalami pengerutan dan lepas dari dinding sel yang disebut dengan plasmolisis (Campbell, 2008).
Plasmolisis merupakaan keadaan dimana sel mengalami kehilangan air karena karena konsentrasi larutan yang tinggi diluar sel, sehingga air berosmosis keluar se. Proses ini menyebabkan sel mengerut dan mati. Plasmolisis umum terjadi pada sel tanaman yang sering kehilangan sejumlah besar air karena kondisi kering atau panas (Kristy, 2015).

E. Transpirasi, gutasi dan Evaporasi Pada Tumbuhan
1)      Transpirasi
Penguapan air pada makhluk hidup khususnya tumbuhan menurut banyak pustaka disebut transpirasi. Pada tumbuhan, peristiwa itu biasanya berhubungan dengan kehilangan air memalalui stomata, kutikula, lentisel. Transpirasi dilakukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk kedalam tumbuhan sebagai CO2  melalui pori stomata, yang paling banyak terdapat dipermukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama saat stomata terbuka (Salisbury dan Ross, 1992).
Memahami berbagai faktor lingkungan dan cara faktor tersebut memepengaruhi transpirasi melalui daun serta penyerapan CO2 ke dalam daun saat yang berlainan. Faktor lingkungan bukan hanya mempengaruhi proses pengupan air dan difusi. Faktor lingkungan juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang ditrasnpirasikan dan CO2. Faktor yang mempengaruhi transpirasi sebagai berikut:
                 i.   Kenaikan suhu daun: Sangat banyak menaikkan penguapan dan sedikit difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup dan membuka lebih lebar.
               ii.   Intensitas cahaya: Menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat.
             iii.   Angin: Membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air. Hal ini menyebabkan penguapan dan peyerapan CO2 meningkat
2)      Gutasi
Pada malam hari tidak terjadi transpirasi, sel-sel akar terus memompa ion-ion mineral ke dalam xilem stele. Endodermis membantu mencegah ion tersebut bocor keluar. Akumulasi mineral yang terjadi akan menurunkan potensial air di dalam stele. Air mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan tekanan akar, dorongan getah xilem. Tekanan akar terkadang menyebabkan lebih banyak air yang memasuki daun daripada yang di transpirasikan, sehingga terjadi gutasi, yaitu pengeluaran titik-titik air yang dapat dilihat pada pagi hari di ujung atau di tepi daun.
3)      Evaporasi
Dalam transfer air jarak jauh dari akar ke daun melalui aliran masal, pergerakan cairan disebabkan oleh potensial air dari kedua ujung jaringan xilem. Perbedaan potensial air terjadi di ujung xilem pada daun akibat evaporasi air dari sel-sel daun. Evaporasi menurunkan potensial air pada udara-air sehingga membangkitkan tekanan negatif atau tegangan yang menarik air melalui xilem.
Tekanan biasanya bernilai positif pada mahkluk hidup, tapi sering negatif pada unsur mati xilem atau pada tanah (tapi positif dibawah permukaan air tanah). Potensial air dapat bernilai negatif , nol , atau positif , sebab tekanan dapat bernilai positif dan sangat tinggi, dan potensial osmotik dapat bernilai nol atau negatif. Telah ditetapkan bahwa potensial air air murni pada tekanan atmosfer sama dengan nol dan potensial air suatu larutan pada tekanan atmosfer bernilai negatif.

2.2 Hubungan Tanah dengan Tumbuhan
1)      Peranan Tanah Sebagai Sumber Nutrisi
Tanah merupakan bagian yang tidak dapat terpisah dari kehidupan tumbuhan karena tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup diatasnya, Tanah diperlukan tumbuhan sebagai tempat hidup (habitat) dimana tumbuhan tersebut ditanam. Namun yang tak kalah penting adalah unsur hara yang terkandung dalam tanah yang diperlukan tumbuhan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya.Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, tumbuhan menyerap unsur hara yang terkandung di dalam tanah.
Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk tumbuh, berkembang, dan bereproduksi.Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi, tumbuhan menunjukkan gejala-gejala tidak sehat.Nutrisi yang terlalu sedikit atau yang terlalu banyak dapat menimbulkan masalah.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari pertumbuhan suatu pohon. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh tumbuhan contoh nutrisi di dalam tanah adalah berupa air dan mineral.
Berikut merupakan sifat-sifat tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah dan koloid tanah.
a.       Tekstur tanah
Tekstur tanah bergantung pada ukuran partikel-partikelnya. Partikel tanah dapat berkisar dari pasir yang kasar ( diameter 0,02-2 mm), lempung (0,002-0,02 mm), hingga partikel tanah liat mikroskopis ( kurang dari 0,002 mm). partikel-partikel yang berukuran berbeda ini akhirnya muncul dari pengikisan bebatuan. Pembekuan air di dalam retakan bebatuan menyebabkan bebatuan pecah secara mekanis, dan asam lemak di dalam tanah menghancurkan bebatuan secara kimiawi. Ketika organisme-organisme menembus batu, mereka memepercepat penghancuran melalui agen-agen kimiawi dan mekanik. Akar tumbuhan, misalnya menyekrasikan asam yang melarutkan bebatuan, dan pertumbuhannya di celah-celah bebatuan menyebabkan pemecahan secara mekanis. Partikel-partikel mineral yang dilepaskan oleh pengikisan menjadi tercampur dengan organisme-organisme hidup dan humus, sisa-sisa organisme mati dan zat-zat organik lainnya membentuk top soil. Top soil dan lapisan-lapisan tanah yang berbeda atau horizon tanah (soil horizon) sering kali terlihat jika ada retakan jalan atau lubang yang cukup dalam. Kedalaman top soil atau horizon A, dapat berkisar dari beberapa millimeter hingga beberapa meter.(Campbell,et al. 2008:369)
Di dalam top soil, tumbuhan memperoleh nutrisi dari larutan tanah, yaitu air dan mineral-mineral terlarut di dalam pori-pori di antara partikel-partikel tanah. Pori-pori tersebut juga mengandung kantong udara setelah hujan lebat, air mengalir dari rongga-rongga yang besar di dalam tanah, namun rongga-rongga yang lebih kecil mempertahankan air karena molekul-molekul air tertarik ke permukaan tanah liat dan partikel tanah lain yang bermuatan negatif. (Campbell,et al. 2008:369)
b.      Struktur Tanah
Top soil yang paling fertil mengandung sebagian besar pertumbuhan adalah loam, yang tersusun atas pasir, lempung dan tanah liat dalam jumlah yang kira-kira setara. Tanah loam memiliki cukup banyak partikel lempung dan tanah liat yang berukuran kecil untuk menyediakan area permukaan yang cukup besar bagi adhesi dan retensi mineral serta air.  Biasanya top soil yang paling subur memiliki pori-pori yang berisi sekitar separuh air dan separuh udara, sehingga menyediakan keseimbangan yang baik antara airasi, drainase dan kapasitas penyimpanan air. (Campbell,et al. 2008:369). Komposisi top soil meliputi komponen kimiawi anorganik (mineral) dan organik.
Komponen Anorganik
Sebagian besar tanah bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan positif (positif) – seperti kalium (K+), kalsium (Ca2+), Dan Magnesium (Mg2+) – melekat ke partikel-partikel ini sehingga tidak mudah hilang akibat leaching yaitu perembesan air melalui tanah. Akan tetapi akar tidak menyerap kation mineral secara langsung dari partikel tanah. Sebagai gantinya, kation tersedia di dalam larutan tanah, melalui pertukaran kation (cation exchange). Dalam proses ini, kation mineral digantikan dari partikel tanah oleh kation lain, terutama H+, dan memasuki larutan tanah, yang kemudian diserap oleh rambut-rambut akar.


Komponen Organik
Humus merupakan komponen organaik utama topsoil, terdiri dari materi organik yang dihasilkan oleh dekomposer yang mati, feses, dedaunan yang gugur dan zat organisme lainnya oleh bakteri dan fungi. Humus juga meningkatkan kapasitas tanah untuk bertukar kation dan berperan sebagai penampung nutrient mineral yang kembali secara perlahan-lahan ke tanah seiring dekomposisi zat organik oleh mikroorganisme.
Topsoil juga merupakan komponen organik oleh mikroorganisme. Organisme yang jumlahnya sangat banyak. Sesendok teh topsoil memiliki sekitar 5 miliar bakteri yang hidup bersama dengan fungi, alga dan Protista yang lain, serangga,cacing tanah,nematode, serta akar tumbuh. (Campbell,et al., 2008:370)
c.       Koloid Tanah 
Koloid adalah suatu campuran heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi atau dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain ( medium pendispersi atau pemecah). Koloid tanah adalah bahan organic dan bahan mineral tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Koloid tanah terdiri dari liat (koloid anorganik) dan humus (koloid organik).
Koloid anorganik terdiri dari mineral liat seperti alsilikat, oksida-oksida Fe, dan Al, serta mineral mineral primer. Koloik organik adalah humus yang tersusun oleh unsur C, H, dan O. humus diperkirakan disusun oleh tiga jenis bagian utama, yaitu fulvik, humik, dan humin. Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah. Humus adalah senyawa yang kompleks tersusun oleh asam fulvat, humat, humin, lignoprotein dan lainnya. Humus memiliki sifat resisten terhadap perombakan jasad renik (mikroorganisme), bersifat amorf (tidak memiliki bentuk tertentu), berwarna cokelat hitam, bersifat koloid dan berasal dari proses humifikasi bahan organik dari mikroba tanah.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·         Air memiliki beberapa sifat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara fisiologis, diantaranya: sebagagai pelarut segala macam zat yang baik, memiliki kalor laten vaporisasi dan kalor fusi yang tinggi, memiliki daya viskositas yang rendah, memiliki daya kohesi lebih tinggi disbanding dengan daya adhesinya, dan memiiki kandungan ion hydrogen (H+) dan (OH-) sehingga membuat kandungan ion dapat bersifat asam ataupun bersifat basa.
·         Proses difusi dan osmosis yang ekstreem pada tumbuhan dapat mengakibatkan terjadinya proses lisis dan plasmolisis.
·         Tanah merupakan media tanam yang baik untuk tumbuhan karena memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan untuk proses metabolisme.
·        

Sifat tanah mencakup tekstur, struktur dan koloid tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara fisiologis.

3.2 Saran
·           Jika ingin mempelajari hubungan antara tanah, air dan tanaman sebaiknya lebih banyak lagi melihat refrensi refrensi dari jurnal-jurnal yang sudah ada










DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2008. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada.

Salisbury. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 2. Bandung: ITB